TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bagian Bumi yang Hilang 120 Juta Tahun Ditemukan di Kalimantan

Lempeng tektonik yang sebelumnya tidak dikenal

ilustrasi pulau Kalimantan (commons.wikimedia.org)

Intinya Sih...

  • Lempeng Pontus sebelumnya tidak dikenal, ditemukan di Kalimantan
  • Penelitian dipimpin oleh ahli geologi dari Universitas Utrecht, Suzanna van de Lagemaat
  • Penemuan ini membuka wawasan baru tentang sejarah geologi Borneo dan wilayah sekitarnya

Bagian bumi yang hilang 120 juta tahun ditemukan di Kalimantan. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh ahli geologi dari Universitas Utrecht, Suzanna van de Lagemaat, telah mengungkap teka-teki besar dalam sejarah geologi Bumi. 

Van de Lagemaat berhasil merekonstruksi sebuah lempeng tektonik raksasa yang sebelumnya tidak dikenal, yang memiliki ukuran seperempat dari Samudra Pasifik. 

Lempeng yang dinamai Pontus ini sebelumnya hanya merupakan hipotesis yang dibangun lebih dari satu dekade lalu berdasarkan serpihan lempeng tektonik tua. 

Penelitian yang dilakukan di Jepang, Borneo, Filipina, Papua Nugini, dan Selandia Baru, Van de Lagemaat berhasil mengungkap keberadaan lempeng ini secara utuh.

1. Penemuan awal lempeng Pontus

ilustrasi lempeng Bumi (pixabay/WikiImages)

Lebih dari 10 tahun yang lalu, tim geologi di Utrecht memprediksi adanya lempeng tektonik besar yang tidak dikenal melalui serpihan yang tersimpan di dalam Bumi. Serpihan-serpihan ini adalah sisa-sisa lempeng tua yang telah tersubduksi atau "tenggelam" ke dalam mantel.

Walaupun serpihan-serpihan ini sulit dipahami, teknologi modern memungkinkan para ilmuwan untuk mendeteksi anomali dalam mantel bumi. Ini memberikan petunjuk awal adanya lempeng yang hilang. Namun, tanpa data lapangan yang konkret, keberadaan lempeng Pontus hanya sebatas teori hingga penelitian Van de Lagemaat dimulai.

2. Bukti dari pulau Kalimantan

Salah satu terobosan utama dari penelitian Van de Lagemaat terjadi saat ia menemukan sisa-sisa batuan di Kalimantan Utara. Sebelumnya batuan ini tidak pernah dikaitkan dengan lempeng Pontus.

Awalnya, tim peneliti mengira mereka sedang mempelajari sisa-sisa lempeng tektonik yang sudah dikenal. Namun, studi magnetik pada batuan ini menunjukkan bahwa asal-usulnya berasal dari wilayah yang jauh lebih utara, lokasi pasti dari lempeng yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Penemuan ini menjadi bukti kunci dalam rekonstruksi lempeng Pontus dan membuka wawasan baru tentang sejarah geologi Borneo serta wilayah sekitarnya.

3. Sistem lempeng yang berhubungan

Ilustrasi lempeng tektonik (unsplash.com/ko/@mitko)

Van de Lagemaat tidak hanya merekonstruksi lempeng Pontus, tetapi juga mengungkap bahwa lempeng ini merupakan bagian dari sistem tektonik yang sangat besar. Sistem ini membentang dari Jepang bagian selatan hingga Selandia Baru. Kemungkinan besar sistem lempeng ini telah ada selama lebih dari 150 juta tahun.

Ini adalah temuan yang besar dalam studi tektonik karena sebelumnya tidak ada bukti jelas mengenai jangkauan lempeng ini. Keberadaan sistem tektonik yang begitu luas memberikan petunjuk penting tentang dinamika pergerakan lempeng di wilayah Pasifik Barat. 

4. Peran anomali gelombang seismik

Prediksi tentang lempeng Pontus pada awalnya didasarkan pada anomali seismik yang terdeteksi di dalam mantel bumi. Ketika sebuah lempeng tektonik tenggelam ke dalam mantel, ia meninggalkan jejak berupa perubahan suhu atau komposisi kimia yang dapat dideteksi melalui gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi.

Gelombang-gelombang ini terganggu ketika melewati anomali, dan para geolog dapat melacak gangguan ini untuk menemukan sisa-sisa lempeng yang hilang. Melalui metode ini, tim peneliti mampu melihat kembali hingga 300 juta tahun ke masa lalu, mengidentifikasi zona subduksi purba yang membatasi lempeng Pontus dari lempeng Pasifik yang lebih dikenal.

5. Rekonstruksi berdasarkan data global

ilustrasi Bumi (unsplash.com/NASA)

Van de Lagemaat memanfaatkan data geologi dari berbagai wilayah di sekitar Pasifik Barat, mulai dari Jepang hingga Selandia Baru. Dengan memetakan pergerakan lempeng-lempeng tektonik di kawasan ini, ia berhasil mengungkap luasnya wilayah yang pernah ditempati oleh lempeng Pontus. 

Proses rekonstruksi ini mengungkap betapa besar dan signifikan peran lempeng Pontus dalam sejarah geologi wilayah tersebut. Batuan-batuan purba yang ditemukan di Borneo dan Palawan membuktikan bahwa wilayah ini dulunya adalah bagian dari samudra luas yang telah hilang.

6. Pentingnya studi tektonik

Studi tektonik tidak hanya membantu kita memahami sejarah pergerakan lempeng, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mengungkap perubahan paleogeografi dan iklim Bumi dari waktu ke waktu.

Pergerakan lempeng juga memengaruhi lokasi pembentukan pegunungan, gunung berapi, dan keberadaan sumber daya alam, termasuk logam langka.

Namun, banyak lempeng tektonik yang telah tenggelam ke dalam mantel Bumi melalui subduksi. Hal ini hanya menyisakan sedikit jejak yang tersembunyi di pegunungan atau di bawah lautan.

Penemuan lempeng Pontus memberikan wawasan penting tentang bagian-bagian Bumi yang telah hilang dan sejarah dinamika kerak bumi.

 

Penemuan Van de Lagemaat membuka lembaran baru dalam sejarah geologi Bumi. Rekonstruksi lempeng Pontus mengungkapkan pergerakan besar lempeng tektonik yang sebelumnya tersembunyi di balik samudra purba. Dengan metode canggih, penelitian ini memperkuat pemahaman kita tentang dinamika Bumi. 

Baca Juga: Studi Baru Ungkap Fakta Evolusi Cepat Ikan Purba Coelacanth

Referensi

Van De Lagemaat, Suzanna H.A., and Douwe J.J. Van Hinsbergen. “Plate Tectonic Cross-Roads: Reconstructing the Panthalassa-Neotethys Junction Region from Philippine Sea Plate and Australasian Oceans and Orogens.” Gondwana Research 126 (September 29, 2023).
EurekAlert. Diakses pada September 2024. Plate tectonic surprise: Utrecht geologist unexpectedly finds remnants of a lost mega-plate.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya