TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Satwa Endemik Sulawesi, Bukti Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Mereka harus tetap dijaga dan dilestarikan

ilustrasi babirusa (pixabay.com/DominikRh)

Kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, dari mulai sektor pertambangan, hutan, laut, hingga keanekaragaman hayatinya. Indonesia sebagai negara tropis memiliki 515 jenis mamalia, lebih dari 600 jenis reptil, 1519 jenis burung, dan lebih dari 270 jenis amfibi, semuanya tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Dari mulai pulau-pulau kecil hingga ke pulau-pulau besar seperti pulau Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan lainnya.

Nah kali ini kita akan membahas 5 satwa endemik yang ada di pulau Sulawesi, salah satu bukti dari keanekaragaman hayati Indonesia. Berikut adalah pembahasannya.

1. Anoa

ilustrasi anoa (pixabay.com/No-longer-here)

Binatang dengan nama ilmiah Bubalus sp ini adalah kerabat dekat dari kerbau yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari para kerabatnya yaitu sekitar 69-106 cm, maka tak heran jika hewan ini sering dijuluki sebagai kerbau kerdil. Anoa memiliki dua spesies, yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Anoa dapat ditemui di berbagai wilayah Seperti Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan Taman Nasional Wakatobi.

Anoa adalah hewan soliter (penyendiri) dan pemalu, ia cenderung menghindari pertemuan dengan manusia atau dengan sesama anoa lainnya. Anoa hanya akan berkumpul pada saat musim kawin atau ketika melahirkan. Populasi anoa diperkirakan hanya sekitar 2.500 individu, perburuan liar dan hilangnya habitat menjadikan anoa sebagai hewan yang terancam punah.

2. Babirusa

ilustrasi babirusa Sulawesi (pixabay.com/paulbr75)

Babirusa atau babyrousa adalah hewan yang termasuk dalam marga babi liar dan dapat ditemukan di rawa-rawa atau semak-semak di pulau Sulawesi. Panjang dari binatang ini sekitar 877-1065 mm dari kepala sampai ujung ekor, tingginya sekitar 65-80 cm, dan berat tubuhnya mencapai 90 kg. Babirusa memiliki empat sub spesies yaitu babirusa sulawesi (Babyrousa celebensis), babirusa togean (Babyrousa togeanensis), babirusa buru (Babyrousa babyrussa) dan yang telah punah yaitu babirusa bolabatu (Babyrousa babyrussa bolabatuensis).

Babirusa adalah hewan nokturnal dan penyendiri, tetapi kadang dapat ditemukan berkelompok yang dipimpin oleh seekor pejantan terkuat. Seperti kebanyakan babi, babirusa adalah omnivora yang memakan apapun yang mereka temukan, tetapi ia lebih suka menyantap buah-buahan yang jatuh dari pepohonan. Sayangnya hewan ini sering dianggap hama oleh penduduk karna merusak lahan pertanian, selain itu perburuan dan hilangnya habitat juga turut mengancam populasi babirusa yang sudah termasuk rentan/terancam punah.

3. Kera jambul hitam Sulawesi

ilustrasi kera jambul hitam (pixabay.com/Anders_Mejlvang)

Kera jambul hitam Sulawesi atau biasa disebut dengan Yaki adalah primata endemik yang hanya ada di Sulawesi Utara. Primata dengan nama ilmiah Macaca nigra ini adalah monyet macaca terbesar di Sulawesi dengan tinggi sekitar 44-60 cm dan berat sekitar 7-15 kg. Yang membuat hewan ini disebut dengan kera hitam adalah karena sekujur tubuhnya dari mulai bulu, jambul, hingga wajahnya berwana hitam, kecuali pada bagian pantatnya yang cenderung berwarna merah muda.

Primata ini merupakan hewan diurnal atau aktif di siang hari, dan termasuk hewan semiarboreal-terseterial (sering menghabiskan waktu di pepohonan dan juga di atas tanah). Makanan favorit nya adalah buah-buahan, tapi jika sumber makanan langka maka ia akan beralih ke tanaman hingga hewan-hewan kecil. Status primata ini adalah kritis dan termasuk ke dalam satwa dilindungi, aktivitas-aktivitas seperti perburuan, alih fungsi hutan, serta bencana alam adalah ancaman yang mengancam populasi kera jambul hitam ini.

4. Burung maleo

ilustrasi burung maleo (Vecteezy.com/rezza.minanti)

Burung maleo atau nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah burung eksotis yang menghuni hutan tropis dataran rendah di pulau Sulawesi. Burung ini berukuran sedang dengan panjang sekitar 55 cm, sementara ukuran telurnya 5 kali lebih besar dari telur ayam yaitu sebesar 240-270 gram perbutirnya. Ciri khasnya adalah paruhnya berwarna jingga, bulu bagian bawah perunya berwarna putih ke merah mudaan, tubuh bagian atasnya berwarna hitam, serta di atas kepalanya terdapat seperti benjolan.

Burung maleo adalah burung terestial atau sering menghabiskan waktunya berjalan-jalan di darat, mirip seperti seekor ayam. Burung maleo termasuk dalam hewan monogami, artinya ia akan setia pada pasangannya sampai akhir hayatnya. Ketika si betina mati maka si jantan tidak akan kawin lagi, dan jika si jantan yang mati, maka si betina tidak akan bertelur lagi seumur hidupnya. Burung ini tidak akan mengerami telurnya tetapi akan memasukan telurnya ke dalam pasir yang hangat, mengingat ukuran telurnya yang cukup besar. Dilansir dari IUCN, burung maleo masuk dalam kategori endangered atau terancam punah.

Writer

RAFLY ANUGRAH

Seorang pria yang sedang melukis coretan di kanvas kehidupan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya