TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Dampak Perubahan Iklim bagi Sektor Penerbangan, Jarang Disorot!

Dampak perubahan iklim tidak bisa dianggap sepele

ilustrasi pesawat terbang (pexels.com/Pascal Borener)

Sudah bukan merupakan rahasia lagi jika akhir-akhir ini ancaman perubahan iklim semakin nyata terlihat. Beragam permasalahan baru timbul akibat perubahan iklim, mulai dari lingkungan, kesehatan, sosial, hingga transportasi. Nah, salah satu sektor yang baru-baru ini disorot terdampak perubahan iklim adalah sektor penerbangan, khususnya pesawat terbang.

Pastinya kamu ingat beragam peristiwa tidak menyenangkan yang menimpa sektor penerbangan yang baru terjadi beberapa bulan lalu. Mulai dari peristiwa turbulensi yang menimpa singapore airlines yang terjadi pada penerbangan Boeing 777-300ER pada Selasa (21/05/2024), hingga turbulensi yang menimpa maskapai Qatar Airways pada penerbangan yang terjadi pada Minggu 26/05/2024.

Namun, perubahan iklim tidak hanya berdampak pada tturbulensi pesawat terbang. Ada banyak dampak perubahan iklim lain bagi sektor penerbangan yang jarang disorot. Lantas, apa aja sih dampak perubahan iklim bagi sektor penerbangan yang dapat terjadi? Yuk simak pemaparannya berikut ini!

1. Meningkatkan potensi turbulensi pesawat terbang

ilustrasi Singapore Airline (pexels.com/Jeffry Surianto)

Meningkatnya potensi turbulensi menjadi dampak perubahan iklim bagi sektor penerbangan yang pertama. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh University of Reading pada tahun lalu, sejak tahun 1979 hingga 2020 terjadi peningkatan turbulensi pesawat terbang secara siknifikan, yakni 55 persen di atlantik utara.

Peningkatan turbulensi tidak lepas dari naiknya suhu di bumi akibat perubahan iklim. Diketahui, suhu yang lebih panas dapat menghasilkan kecepatan angin yang lebih tinggi pada aliran jet tingkat atas yang tercepat, menurut peniliti Universitas Chicago. Lebih jauh, ia menyebut bahwa kecepatan angin dapat meningkat hingga 2 persen untuk setiap kenaikan satu derajat selsius suhu panas. Jika ini tetap dibiarkan, maka diperkirakan  akan terjadi peningkatan turbulensi udara dua atau tiga kali lipat dalam beberapa dekade mendatang.

2. Semakin sering terjadinya cuaca ekstrim

ilustrasi cuaca ekstrem (pixabay.com/Finmiki)

Dampak perubahan iklim bagi sektor penerbangan berikutnya adalah meningkatnya frekuensi cuaca ekstrim, yang nantinya dapat menganggu keberlangsungan penerbangan. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini frekuensi kejadian cuaca ekstrem, termasuk badai, angin topan, dan gelombang panas, mengalami peningkatan yang siknifikan sebagai dampak dari perubahan iklim. Tentunya, hal itu akan menimbulkan ancaman terhadap keselamatan dan keandalan perjalanan udara.

Tidak hanya itu, frekuensi cuaca ekstrim yang tidak dapat diprediksi dapat mempengaruhi lamanya waktu penerbangan, mengurangi efisiensi bahan bakar pesawat, hingga peningkatan biaya operasional. Oleh karenanya, beragam cara mulai diupayakan pelaku usaha industri penerbangan untuk menanggulangi permasalahan ini, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh industri penerbangan.

3. Kenaikan permukaan air laut akan menganggu penerbangan

ilustrasi kenaikan permukaan air laut (commons.wikimedia.org/RCraig09)

Perubahan iklim memiliki andil besar dalam peningkatan permukaan air laut. Hal ini tentu saja secara tidak langsung akan turut berpengaruh terhadap sektor penerbangan. Tidak sedikit bandara yang diperkirakan akan kehilangan kapasitasnya di masa depan, baik secara permanen maupun sementara. Hal ini akan menyebabkan gangguan siknifikan terhadap jaringan transportasi udara.

Ancaman kenaikan permukaan air laut terhadap sektor pesawat terbang nyatanya bukan Cuma bualan belaka. Dilansir dari weather.com, Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Climate Risk Management menyebut, lebih dari 260 bandara di seluruh dunia saat ini berisiko terkena banjir, bahkan puluhan bandara mungkin berada di bawah permukaan laut pada pergantian abad ini, dengan bandara di pasifik dan Asia menjadi yang paling berpotensi terendam banjir.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya