Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Lutung merah atau maroon leaf monkey juga dikenal sebagai maroon langur atau red leaf monkey. Mereka berada dalam famili Cercopithecidae dan memiliki nama ilmiah Presbytis rubicunda. Panjang tubuhnya mencapai 40,6--56 sentimeter dan seberat 6 kilogram. Lutung merah termasuk dalam keluarga monyet Dunia Lama.
Seluruh tubuh dan bahkan ekornya berwarna merah marun, namun kulit wajahnya berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan. Berbeda dengan anak lutung merah yang warnanya krem atau kekuning-kuningan. Mari kenalan lebih jauh dengan mereka melalui fakta berikut ini.
1. Wilayah penyebaran lutung merah
Lutung merah (commons.m.wikimedia.org/Mike Prince) Penyebaran lutung merah berada di Asia Tenggara, khususnya di Lembah Danum Sabah di Kalimantan Utara, berada di ketinggian 2.000 meter atau kurang dari itu. Mereka endemik pulau Kalimantan yang terhubung dengan Malaysia, Indonesia dan Brunei. Animalia menginformasikan bahwa lutung merah menghuni hutan hujan tropis dan terkadang mengunjungi taman untuk mencari makan.
2. Menghindari makan buah yang manis
Lutung merah (commons.m.wikimedia.org/CheongWeei Gan) Berdasarkan informasi dari National Geographic, lutung merah juga mengonsumsi sejumlah besar biji-bijian dan bunga selain dedaunan. Mereka memakan buah-buahan, tapi cenderung menghindari buah manis yang matang. Mengapa? Sebab gula mengganggu keseimbangan lambungnya yang kompleks.
Lutung merah lebih suka daun muda daripada daun tua. Walaupun begitu, saat daun muda jadi langka, terutama pada musim hujan, mereka tidak masalah memakan lebih banyak daun tua. Spesies lutung ini banyak mengonsumsi buah-buahan pada bulan Juni hingga September karena ketersediannya melimpah pada waktu tersebut.
3. Mengapa lutung merah suka makan tanah?
Lutung merah (commons.m.wikimedia.org/desertnaturalist) Banyak monyet yang melakukan geophagy, sengaja memakan tanah untuk menambahkan mineral dan senyawa lain ke dalam dietnya. Hal tersebut juga dilakukan oleh lutung merah, sebab tanah kaya akan kalsium dan magnesium. Hal tersebut diyakini untuk membantu meringankan efek tanin dalam pola makanan nabati yang tinggi.
Melansir Net Primate Conservancy, lutung merah nampaknya mengonsumsi tanah tanpa memandang musim dan asupan makanan utamanya. Jadi, kemungkinan besar ada tujuan lain dari mengonsumsi tanah selain dari membantu penyerapan tanin.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Baca Juga: 5 Spesies Monyet Dunia Lama yang Berstatus Hewan Endemik Indonesia
4. Mereka sangat teritorial
Lutung merah (commons.m.wikimedia.org/Daniel Z) Sumber yang sama menjelaskan bahwa lutung merah hidup dalam kawanan yang terdiri dari 2 hingga 14 individu. Mereka menghabiskan harinya dengan mencari makan, terkadang berpisah dalam kelompok yang lebih kecil. Lutung merah mulai mencari makan di pagi hari, lalu berkumpul dengan anggota kelompok lainnya untuk tidur siang.
Kamu harus tahu bahwa lutung merah jantan sangat teritorial, siap mempertahankan wilayah jelajah dan haremnya kapan saja. Mereka biasanya mengeluarkan seruan keras untuk mengintimidasi jantan lain. Jika terpaksa, jantan bisa terlibat dalam pertarungan fisik. Bahkan jika jantan berhadapan dengan pemangsa, mereka akan mengeluarkan suara lebih keras dari pemangsa.
5. Bagaimana cara berkomunikasinya?
Lutung merah (commons.m.wikimedia.org/Mike Prince) Seperti penjelasan sebelumnya, cara utama lutung merah berkomunikasi adalah vokalisasi. Mereka menggunakan geraman untuk mengekspresikan dirinya pada anggota lain di dalam kelompok atau memperingatkan akan adanya bahaya. Selain menginformasikan adanya bahaya, seruan menggelegar jantan juga diserukan untuk mengintimidasi saingan. Panggilannya itu bisa terdengar hingga lebih dari 100 meter jauhnya.
Itu biasanya berupa rangkaian suara 'ka-ka-ka' tapi bisa memiliki arti yang berbeda. Ekor juga jadi alat komunikasi penting bagi lutung merah sebab bisa menyampaikan kegembiraan, kekesalan, ketakutan, kekhawatiran dan agresinya. Mereka juga berusaha merawat satu sama lain untuk memperkuat ikatan kekeluargaan dalam kelompok.