TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Fakta Menarik Darwin's Frog, Berpura-pura Mati saat Terancam

Kelangsungan hidupnya bergantung pada upaya konservasi

Darwin's frog (commons.m.wikimedia.org/Jalmonacida)

Darwin's frog juga dikenal sebagai southern darwin's frog. Mereka berada dalam famili Rhinoderma darwinii. Panjang tubuhnya kisaran 2,2–3,1 sentimeter dan beratnya tidak diketahui. Moncongnya memanjang seperti belalai berdagang yang membuat kepalanya berbentuk segitiga. Badannya ramping dan panjang, kaki depannya tidak berselaput, tapi beberapa jari di kaki belakangnya berselaput. Penting untuk tahu ciri-cirinya agar kamu bisa membedakannya dari katak lainnya.

Bagian atasnya berwarna cokelat atau variasi hijau. Beberapa katak yang warnanya cokelat punya tanda samar berbentuk V di punggungnya. Bagian tengah atasnya berwarna cokelat terang dibandingkan bagian panggul dan tungkai depannya keputihan. Perlu kamu ingat bahwa betina biasanya berwarna cokelat, sedangkan jantan cenderung berwarna hijau. Yuk, kenalan dengan mereka melalui fakta berikut ini.

1. Wilayah penyebaran darwin's frog

Darwin's frog (commons.m.wikimedia.org/Parque Tepuhueico)

Penyebaran darwin's frog berada di Chili dan Argentina. Di Chili, mereka menjangkau Provinsi Concepcion hingga Provinsi Palena. Di Argentina, wilayahnya dari Provinsi Neuquen dan Provinsi Rio Negro. Mereka menghuni kawasan terbuka dan hutan di ketinggian hingga 1.000 meter diatas permukaan laut. Katak ini juga berada di rawa-rawa dan dekat sungai yang berarus lambat.

Animalia menginformasikan bahwa darwin's frog biasanya berada di campuran padang rumput, daerah berlumut, sisa kayu kasar, pohon muda dan semak-semak di hutan tua. Tumbuhan pendek meningkat retensi air sekaligus menurunkan suhu tanah dan melindunginya predator.

Baca Juga: 5 Fakta P-51 Mustang, Pesawat Pemburu Legendaris dari Era PD II

2. Apa makanan darwin's frog?

Darwin's frog (commons.m.wikimedia.org/Ong Ranita)

Berdasarkan informasi dari A-Z Animals, darwin's frog adalah karnivora. Menu makannya terdiri dari serangga, laba-laba, siput dan cacing. Mereka hanya duduk diam sambil menunggu mangsanya. Ketika mangsa mendekat, darwin's frog menyergapnya dengan cepat dalam diam menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket. Tapi pola makannya tergantung habitat yang dihuninya, ada juga katak dengan kecenderungan herbivora.

3. Berpura-pura mati saat terancam

Darwin's frog (commons.m.wikimedia.org/Mono Andes)

Sumber yang sama menjelaskan bahwa darwin's frog lebih aktif saat siang hari dan memilih tidur di malam hari. Menariknya, saat mereka terancam oleh pemangsa, katak ini akan berpura-pura mati. Darwin's frog tergeletak diam di lantai hutan atau bahkan mengambang di sungai. Warna dan corak kulitnya membuat mereka seperti daun mati, menyatu dengan baik di lingkungan sekitarnya.

4. Sistem perkawinan darwin's frog

Darwin's frog (commons.m.wikimedia.org/Jalmonacida)

Jantan akan menyuarakan panggilan khusus untuk menarik perhatian betina saat musim kawin. Mereka menggunakan non-linear vocal phenomena (NPL) untuk menarik dan berkomunikasi dengan pasangan. Darwin's frog juga punya pola kawin berbeda berdasarkan populasi dan ukuran tubuhnya. Karenanya, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi mengenai sistem perkawinannya.

Melansir iNaturalist, betina biasanya menghasilkan 4–10 telur sekaligus. Sementara jantan bertugas untuk mengeraminya. Dalam kasus tertentu, betina bisa menempatkan hingga 40 butir telur pada satu serasah dedaunan. Telur menetas sekitar tiga hari kemudian dan jantan terus membawa berudu berkeliling di dalam kantong khususnya. Di dalam sana, anaknya memakan kuning telur dan sekresi yang dihasilkan oleh dinding kantong.

Darwin's frog ternyata punya pola makan berbeda, tergantung pada habitat yang dihuninya. Kebanyakan dari mereka adalah karnivora dan beberapa cenderung herbivora. Di alam liar, jantan sepertinya jadi ayah yang sangat bertanggung jawab dalam merawat anak-anaknya. Sayangnya, darwin's frog diklasifikasikan sebagai Endangered oleh IUCN sejak tahun 2018 dan tren populasinya mengalami penurunan.

Kemudian di bulan Oktober tahun 2021, mereka diklasifikasikan sebagai Critically Depleted. Kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada upaya konservasi dan potensi pemulihan yang tinggi. Sudah ada upaya kolini penangkaran di dua kebun binatang di Chili.

Baca Juga: 5 Kemampuan Unik Katak Pohon Kuning, Memiliki Siklus Hidup yang Cepat!

Verified Writer

Nur Aulia Safira

Grow in silence

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya