TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Spesies Babi Liar yang Dapat Dijumpai di Indonesia

Ada yang punya taring, lho!

ilustrasi babi liar (pexels.com/light wizzi)

Ada banyak fauna yang hidup di hutan belantara Indonesia, salah satunya adalah babi liar. Mereka berasal dari ordo Artiodactyla dan famili Suidae. Babi liar berbeda dengan Sus domesticus, babi yang telah dijinakkan dan diternakkan untuk diambil dagingnya.

Ciri khas babi liar adalah memiliki bulu kasar berwarna abu-abu atau hitam, bermoncong panjang, bertubuh kuat, dan sebagian mempunyai taring besar yang keluar dari mulutnya. Namun, ciri yang terakhir hanya ada pada pejantan. Tanpa berlama-lama, berikut ini beberapa spesies babi liar yang dapat dijumpai di Indonesia!

1. Babi kutil Jawa

ilustrasi babi kutil Jawa (commons.wikimedia.org/Adyah Ningtyas)

First of all, mari berkenalan dengan babi kutil Jawa (Sus verrucosus). Namanya diambil dari tonjolan khas mirip kutil yang ada di bawah mata, di bawah telinga, dan di sudut rahang pada babi jantan. Mereka dapat tumbuh sepanjang 90–190 cm dengan berat 35–150 kilogram dan bisa hidup hingga 14 tahun.

Hewan omnivora (pemakan segala) ini endemik di Pulau Jawa dan Bawean (Gresik). Predator alaminya adalah macan tutul, anjing liar (Cuon alpinus), dan harimau Jawa (sebelum dinyatakan punah). Babi betina dan anak-anaknya hidup berkelompok dan mereka kerap merusak kebun singkong atau jagung milik warga. Mereka terancam punah karena dianggap hama lalu diburu atau diracun, serta kehilangan habitat.

2. Babirusa Sulawesi

ilustrasi babirusa Sulawesi (commons.wikimedia.org/Alena Houšková)

Berikutnya adalah babirusa Sulawesi (Babyrousa celebensis), yang dinamai demikian karena taringnya mengingatkan pada tanduk rusa. Kulitnya berwarna abu-abu, agak berkerut, dan ditumbuhi bulu yang sangat pendek. Panjangnya sekitar 85–110 cm dengan berat 60–100 kilogram, padahal saat baru lahir beratnya hanya 750 gram. Mereka adalah penduduk asli Pulau Sulawesi, Lembeh, Buton, dan Muna.

Hewan yang diurnal (aktif di siang hari) dan pandai berenang ini biasanya mengonsumsi buah yang jatuh ke tanah, dedaunan, rerumputan, akar-akaran, jamur, serangga, hingga mamalia kecil. Uniknya, mereka punya kebiasaan mengumpulkan tanaman untuk dijadikan alas tidur. Sayangnya, babirusa Sulawesi tersisa kurang dari 10.000 ekor karena perburuan ilegal dan deforestasi.

3. Babirusa Togian

ilustrasi babirusa Togian (commons.wikimedia.org/Mangkau Zulkifli)

Dari seluruh spesies babirusa, yang terbesar adalah babirusa Togian (Babyrousa togeanensis). Ini adalah hewan endemik dari Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Sepintas, warna kulitnya seperti kuda nil, ya?

Tak jauh berbeda dengan babi liar pada umumnya, mereka tidak pilih-pilih makanan dan akan menyantap apa pun, termasuk cacing tanah! Tetapi, total populasinya tidak lebih dari 1.000 ekor karena wilayah sebarannya sangat kecil (di bawah 1.000 kilometer persegi). Jumlahnya semakin berkurang karena diburu manusia, alih fungsi hutan, serta inbreeding depression (berkurangnya kesuburan dan kelangsungan hidup akibat perkawinan sedarah).

Baca Juga: 5 Fakta Babi Hutan, Salah Satu Spesies Hewan Invasif

4. Babi berjanggut

ilustrasi babi berjanggut (commons.wikimedia.org/Rufus46)

Next, saatnya bertemu dengan babi berjanggut (Sus barbatus). Warnanya abu-abu dan mempunyai dua pasang kutil di wajah yang tertutup oleh rambut. Panjang tubuhnya berkisar antara 100–167 cm dengan bobot 41–150 kilogram.

Di Indonesia, kamu bisa menjumpainya di Sumatra, Kalimantan, Bangka, Kepulauan Riau, dan Pulau Karimata. Mereka juga ditemukan di Semenanjung Malaya dan Filipina. Menariknya, babi berjanggut kerap mengikuti kawanan kera dan menunggu buah yang jatuh ke tanah. Cerdik juga, ya?

Verified Writer

Nena Zakiah

Let God do the rest 🌠

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya