TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Spesies Burung Camar dari Genus Ichthyaetus dan Negara Asalnya

Kamu bisa menjumpainya di pesisir pantai

ilustrasi burung dari genus Ichthyaetus (commons.wikimedia.org/@pintafontes)

Apakah kamu familiar dengan burung di atas? Itu adalah burung camar alias gulls, yang berasal dari famili Laridae. Burung yang kerap terlihat di pesisir ini memiliki paruh yang agak bengkok, kaki berselaput, dan sayap yang panjang.

Famili Laridae terdiri dari beberapa genus, salah satunya adalah Ichthyaetus. Dalam Bahasa Yunani kuno, ikhthus artinya 'ikan' (merujuk pada makanan utamanya) dan aetos yang berarti 'elang'. Mau tahu lebih detail mengenai beberapa spesies burung camar dari genus Ichthyaetus beserta negara asalnya? Check this out!

1. Ichthyaetus ichthyaetus

ilustrasi Ichthyaetus ichthyaetus (commons.wikimedia.org/Vedant Raju Kasambe)

Seperti namanya, Ichthyaetus ichthyaetus atau Pallas’s gull pertama kali dideskripsikan oleh Peter Simon Pallas (ahli zoologi kelahiran Jerman) pada tahun 1773. Spesies ini berkembang biak di Rusia selatan hingga Mongolia, tetapi akan bermigrasi ke India, Arab, dan Mediterania timur saat musim dingin. Sebagai salah satu burung camar terbesar, panjangnya 55–72 cm dengan rentang sayap 142–170 cm dan berat 960 gram hingga 2,1 kilogram.

Mereka mudah dikenali berkat kepalanya yang berwarna hitam, sayap abu-abu tua, kaki kuning, dan paruh kuning dengan ujung merah. Makanan favoritnya ialah ikan, krustasea, dan serangga. Di usia empat tahun, mereka mulai kawin lalu bertelur sebanyak 2–4 butir.

2. Ichthyaetus hemprichii

ilustrasi Ichthyaetus hemprichii (commons.wikimedia.org/williamstephens56)

Berikutnya adalah Ichthyaetus hemprichii, yang memiliki beberapa julukan, seperti sooty gull, Aden gull, dan Hemprich’s gull. Nama ilmiahnya merupakan bentuk apresiasi untuk Wilhelm Hemprich, naturalis Jerman, yang telah mendeskripsikan banyak spesies. Kamu bisa menemukan burung ini di Arab Saudi, Bahrain, Djibouti, Eritrea, India, Iran, Kenya, Lebanon, Maladewa, Mesir, Mozambik, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Somalia, Sri Lanka, Sudan, Tanzania, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Yordania.

Sebagai burung pesisir, mereka jarang terbang ke tengah laut, maksimal 10 kilometer dari tepi pantai. Di siang hari, mereka aktif berburu ikan, udang, kura-kura yang baru menetas, anak burung beserta telurnya. Ichthyaetus hemprichii dikategorikan sebagai spesies berisiko rendah (least concern). Sayangnya, kini mereka mulai terancam oleh proyek reklamasi dan tumpahan minyak di laut yang meracuni sumber makanannya.

Baca Juga: 6 Mitos Kelelawar, Tercipta dari Burung yang Tidak Bahagia 

3. Ichthyaetus melanocephalus

ilustrasi Ichthyaetus melanocephalus (commons.wikimedia.org/Michel wal)

Awalnya Ichthyaetus melanocephalus alias Mediterranean gull hanya ditemukan di sekitar Laut Hitam dan Mediterania timur. Namun, sekarang meluas ke sebagian besar negara di Benua Eropa, termasuk Inggris Raya, Irlandia, Skotlandia, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia, Hungaria, Republik Ceko, dan masih banyak lagi. Mereka tidak menetap di sana sepanjang tahun, melainkan akan bermigrasi ke daerah yang lebih hangat saat musim dingin.

Sepintas, spesies ini mirip dengan Ichthyaetus ichthyaetus. Bedanya, paruh dan kaki Ichthyaetus melanocephalus berwarna oranye kemerahan dengan sayap berwarna abu-abu pudar. Tubuhnya juga lebih kecil dengan panjang 36–38 cm, rentang sayap 92–100 cm, dan berat 232–280 gram. Tidak hanya ikan, mereka juga memangsa cacing dan bangkai.

4. Ichthyaetus audouinii

ilustrasi Ichthyaetus audouinii (commons.wikimedia.org/Ryan Hodnett)

Berlanjut ke Ichthyaetus audouinii atau Audouins gull, yang sebagian besar tubuhnya berwarna putih. Pengecualian untuk kaki dan bagian atas sayapnya yang berwarna abu-abu, ujung sayap dan ekornya yang berwarna hitam, serta paruh berwarna merah. Mereka dapat tumbuh sepanjang 48–52 cm dengan rentang sayap 115–140 cm.

Temukan mereka di pantai, teluk, dan muara sungai di Eurasia dan Afrika. Namun, diperkirakan Ichthyaetus audouinii tersisa 19.200 ekor saja, di mana 65 persennya berada di Spanyol. Alhasil, mereka dikategorikan sebagai spesies rentan (vulnerable).

Verified Writer

Nena Zakiah

Let God do the rest 🌠

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya