TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Saat Kebakaran, Benarkah Asap Lebih Mematikan daripada Api?

Mana yang membunuh lebih cepat?

ilustrasi kebakaran (pexels.com/Pixabay)

Belakangan ini, beberapa kota di Indonesia mengalami kebakaran. Sebut saja kebakaran di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, pada Minggu (24/4/2022) dan kebakaran di pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza Surabaya pada Rabu (13/4/2022). Syukurlah, tidak ada korban jiwa dalam dua peristiwa tersebut.

Namun, tidak banyak orang yang tahu kalau asap kebakaran lebih mematikan daripada api itu sendiri. Mengapa demikian? Cari tahu jawabannya di sini!

1. Sekitar 85 persen kematian disebabkan oleh asap, bukan luka bakar

ilustrasi asap kebakaran (pixabay.com/Pexels)

Mengutip Noberne Seals, diperkirakan 85 persen kematian disebabkan oleh asap, bukan luka bakar. Ini karena material bangunan (misalnya cat tembok) menjadi beracun ketika terbakar.

Selain itu, asap mengandung karbon monoksida, karbon dioksida, dan zat-zat berbahaya lainnya. Kita bisa mati karena sesak napas jika menghirupnya terlalu lama.

2. Partikel mikroskopis bisa masuk ke dalam paru-paru

ilustrasi rontgen paru-paru (pexels.com/Anna Shvets)

Ancaman terbesar dari asap adalah partikel halus atau mikroskopis dari material yang terbakar. Menurut Environmental Protection Agency (EPA) di situs website resminya, partikel mikroskopis bisa menembus ke dalam paru-paru dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Mulai dari mata terbakar atau iritasi, pilek, batuk, kesulitan bernapas, mengi, kelelahan, hingga nyeri dada dan palpitasi (jantung berdebar cepat dan tidak teratur). Sisi psikologis juga ikut terdampak karena dalam kondisi chaos, kita rentan panik dan disorientasi (kebingungan).

Baca Juga: 7 Kebakaran Hutan Paling Parah yang Pernah Terjadi di Dunia, Ngeri!

3. Beberapa kalangan lebih berisiko jika menghirup asap kebakaran

ilustrasi lansia (pixabay.com/truthseeker08)

Lebih lanjut, EPA mengatakan bahwa beberapa kalangan lebih berisiko jika menghirup asap kebakaran. Terutama jika mereka:

  • Memiliki penyakit jantung atau paru-paru, seperti gagal jantung, angina (nyeri dada karena kurangnya aliran darah ke jantung), penyakit jantung iskemik, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan emfisema.
  • Orang lanjut usia (lansia) yang lebih mungkin memiliki penyakit jantung atau paru-paru daripada orang yang usianya lebih muda.
  • Anak-anak dan remaja karena sistem pernapasannya masih berkembang.
  • Orang yang memiliki diabetes karena sangat mungkin mengalami komplikasi kardiovaskular.
  • Perempuan hamil, karena asap kebakaran bisa memberikan efek kesehatan serius bagi dirinya dan janin yang dikandung.

4. Gunakan masker N95 untuk melindungi diri dari zat kimia berbahaya dalam asap

ilustrasi masker N95 (pexels.com/CDC)

Masker N95 tidak hanya melindungi kita dari virus corona, tetapi juga dari asap kebakaran. Dilansir Healthline, masker N95 bisa menyaring 95 persen partikel yang ukurannya lebih besar dari 0,3 mikron.

Sebagai informasi, partikel dalam asap kebakaran ukurannya sekitar 2,5 mikron. Karena lebih besar dari partikel virus, masker N95 sangat efisien untuk melindungi tubuh dari zat-zat berbahaya.

Ketika kita terjebak dalam bangunan yang terbakar, gunakan masker N95 sembari berusaha keluar dari sana. Masker N95 bersifat sekali pakai. Karena jika digunakan berulang kali, efisiensinya akan menurun.

Baca Juga: Bahaya, 7 Zat Beracun Ini Terkandung dalam Asap Hasil Kebakaran Hutan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya