TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta The Misinformation Effect, Jebakan Informasi yang Mengintai

Bagaimana informasi bohong mengubah ingatan kita

ilustrasi teman (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pernahkah kamu merasa yakin melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi? Atau teringat detail suatu peristiwa yang ternyata salah? Hati-hati, kamu mungkin menjadi korban The Misinformation Effect. Fenomena psikologis ini dapat mendistorsi ingatanmu dengan informasi yang menyesatkan.

The Misinformation Effect bisa terjadi dalam berbagai situasi, seperti saat menjadi saksi mata suatu peristiwa, membaca berita, atau menonton video. Informasi yang salah dapat dengan mudah tertanam dalam ingatan dan menggantikan ingatan asli. Hal ini dapat berakibat serius, terutama dalam kasus hukum atau saat membuat keputusan penting.

Bagaimana, penasaran bagaimana The Misinformation Effect ini bekerja? Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut!

1. The Misinformation Effect menjelaskan bagaimana informasi baru dapat mengganggu ingatan asli

ilustrasi teman (pexels.com/Edmond Dantès)

The Misinformation Effect merujuk pada gangguan memori yang disebabkan oleh pengenalan informasi yang menyesatkan. Fenomena ini menunjukkan bahwa ingatan seseorang tentang suatu peristiwa dapat menjadi kurang akurat karena informasi yang diperoleh setelah peristiwa tersebut. Misalnya, seseorang mungkin mengingat warna mobil dalam kecelakaan sebagai merah karena seseorang menyebutkannya, meskipun sebenarnya warnanya biru. Ini menunjukkan betapa fleksibel dan rentan ingatan kita terhadap pengaruh luar.

Dalam konteks hukum, The Misinformation Effect dapat memiliki konsekuensi serius, karena dapat menyebabkan kesaksian mata yang tidak akurat. Kesalahan dalam ingatan seperti ini dapat mengarah pada kesalahan hukuman dan bahkan pengadilan yang salah. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bagaimana informasi yang menyesatkan dapat mempengaruhi ingatan kita dan bagaimana kita dapat mengurangi risiko tersebut.

2. The Misinformation Effect menjadi dasar penelitian Elizabeth Loftus

ilustrasi berbincang (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Contoh nyata dari The Misinformation Effect dapat dilihat dalam kasus-kasus di mana saksi mata memberikan kesaksian yang berubah setelah mendengar informasi dari sumber lain. Misalnya, saksi yang melihat kecelakaan mungkin awalnya tidak yakin tentang kecepatan kendaraan, tetapi setelah mendengar orang lain mengatakan bahwa kendaraan tersebut “melaju kencang,” mereka mungkin mulai mengingatnya sebagai fakta.

Kasus seperti ini menunjukkan bahwa ingatan kita tidak hanya rekaman objektif dari apa yang kita alami, tetapi juga dapat dibentuk oleh informasi yang kita terima setelahnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keandalan ingatan kita dan bagaimana kita dapat membedakan antara apa yang benar-benar terjadi dan apa yang kita pikir terjadi berdasarkan informasi tambahan.

Baca Juga: 5 Fakta Observer-expectancy Effect, Fenomena Dimanipulasi Ekspektasi!

3. The Misinformation Effect memicu kekhawatiran tentang keandalan kesaksian mata

ilustrasi berbincang (pexels.com/MART PRODUCTION)

Elizabeth Loftus, seorang psikolog terkemuka, telah melakukan penelitian ekstensif tentang The Misinformation Effect. Penelitiannya menunjukkan bahwa cara pertanyaan diajukan setelah suatu peristiwa dapat mempengaruhi ingatan seseorang tentang peristiwa tersebut.

Misalnya, jika seseorang ditanya apakah mereka melihat lampu merah selama kecelakaan, mereka mungkin mulai mengingat lampu merah, meskipun tidak ada lampu merah di tempat kejadian.

Penelitian Loftus juga menunjukkan bahwa ingatan palsu dapat dibentuk melalui sugesti. Ini berarti bahwa ingatan kita dapat dimanipulasi untuk mengingat sesuatu yang tidak terjadi, yang dapat memiliki implikasi serius dalam pengaturan hukum, seperti dalam kasus kesaksian mata.

4. The Misinformation Effect dapat dimitigasi dengan berbagai cara

ilustrasi berbincang (pexels.com/Anastasia Lashkevich)

Kesaksian mata telah lama dianggap sebagai salah satu bentuk bukti paling kuat dalam sistem peradilan pidana. Namun, penelitian tentang The Misinformation Effect telah menunjukkan bahwa ingatan saksi mata dapat dengan mudah dipengaruhi oleh informasi yang menyesatkan. Ini dapat menyebabkan kesalahan identifikasi dan kesalahan hukuman, yang menimbulkan pertanyaan serius tentang keandalan kesaksian mata.

Pentingnya memahami The Misinformation Effect dalam konteks kesaksian mata tidak dapat dilebih-lebihkan. Kesalahan dalam kesaksian mata dapat memiliki konsekuensi yang mengubah hidup, tidak hanya bagi individu yang salah dituduh tetapi juga bagi korban yang mencari keadilan.

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya