TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Peltzman Effect, Fenomena di Balik Rasa Aman yang Berbahaya!

Paradoks rasa aman yang mengundang bahaya

ilustrasi mudik bersama anak (pexels.com/Dominika Roseclay)

Pernahkah kamu merasa lebih aman saat menyetir mobil karena menggunakan sabuk pengaman? Ternyata, rasa aman ini bisa memicu perilaku yang tidak terduga, lho. Fenomena ini dikenal sebagai Peltzman Effect, di mana ketika tindakan pengamanan diterapkan, orang-orang cenderung menjadi lebih ceroboh dan melakukan perilaku berisiko.

Efek ini bukan hanya terjadi saat menyetir mobil. Vaksinasi, penggunaan helm, hingga peraturan keselamatan lainnya juga bisa memicu Peltzman Effect. Penasaran bagaimana efek ini terjadi dan apa saja fakta menariknya? Yuk, simak lima fakta Peltzman Effect berikut ini!

1. Peltzman Effect adalah konsep yang kompleks dan masih terus diteliti

ilustrasi teman (pexels.com/Ron Lach)

Peltzman Effect yang pertama kali diungkapkan oleh ekonom Sam Peltzman pada tahun 1975, menunjukkan bahwa peningkatan standar keselamatan tidak selalu berbanding lurus dengan penurunan angka kecelakaan atau kematian. Ini karena individu cenderung menyesuaikan perilakunya berdasarkan persepsi risiko yang dirasakan, yang bisa jadi kurang akurat.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa konsep ini tidak hanya relevan dalam konteks keselamatan kendaraan, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan, olahraga, dan keuangan, di mana orang mungkin mengambil risiko lebih besar saat merasa lebih aman.

Para peneliti terus menggali lebih dalam untuk memahami bagaimana dan mengapa orang menyesuaikan perilaku mereka sebagai tanggapan terhadap perubahan dalam keamanan atau regulasi. Studi-studi ini penting untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mencegah perilaku berisiko dan meningkatkan keselamatan publik.

2. Peltzman Effect tidak selalu negatif

ilustrasi berolahraga (unsplash.com/Christopher Campbell)

Peltzman Effect sering kali dipandang negatif karena dapat menyebabkan orang bertindak lebih berani saat merasa dilindungi oleh langkah-langkah keselamatan. Namun, fenomena ini juga bisa memiliki sisi positif. Misalnya dalam dunia olahraga, atlet mungkin meningkatkan performa mereka karena merasa lebih aman dengan peralatan yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa Peltzman Effect bisa menjadi pendorong untuk inovasi dan peningkatan kinerja.

Di sisi lain, kesadaran akan risiko yang lebih tinggi bisa mendorong seseorang untuk lebih berhati-hati, bahkan jika mereka memiliki perlindungan tambahan. Ini menunjukkan bahwa Peltzman Effect tidak selalu menghasilkan hasil yang negatif dan dapat menjadi faktor yang memotivasi untuk perilaku yang lebih aman.

Baca Juga: 5 Fakta Martha Mitchell Effect, ketika Kebenaran Dicap Sebagai Delusi

3. Peltzman Effect dapat dikurangi dengan edukasi dan kampanye kesadaran

ilustrasi guru (pexels.com/Yan Krukau)

Peltzman Effect dapat diminimalisir melalui pendidikan dan kampanye kesadaran yang dirancang dengan baik. Dengan menyediakan informasi yang akurat tentang risiko yang sebenarnya dan konsekuensi dari perilaku berisiko, orang dapat didorong untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana.

Program-program edukasi yang menargetkan perilaku tertentu, seperti mengemudi di bawah pengaruh alkohol atau penggunaan helm saat berkendara, telah terbukti efektif dalam mengurangi insiden yang terkait dengan Peltzman Effect.

Kampanye kesadaran publik juga memainkan peran penting dalam menginformasikan masyarakat tentang pentingnya mematuhi regulasi keselamatan. Dengan menekankan bahwa langkah-langkah keselamatan ada untuk melindungi, bukan untuk membatasi, orang dapat lebih menghargai dan mematuhi aturan yang ada.

4. Peltzman Effect perlu dipertimbangkan saat merumuskan kebijakan

ilustrasi diskusi (pexels.com/SHVETS production)

Saat merumuskan kebijakan, sangat penting untuk mempertimbangkan Peltzman Effect. Pembuat kebijakan harus menyadari bahwa langkah-langkah keselamatan yang mereka terapkan bisa memicu perilaku kompensasi yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, kebijakan harus dirancang dengan cara yang meminimalkan potensi untuk perilaku berisiko sambil tetap memberikan perlindungan yang memadai.

Analisis dampak kebijakan harus mencakup evaluasi tentang bagaimana orang mungkin menyesuaikan perilaku mereka sebagai respons terhadap perubahan regulasi. Ini akan membantu dalam menciptakan kebijakan yang tidak hanya efektif dalam teori tetapi juga dalam praktik dengan mempertimbangkan sifat adaptif dari perilaku manusia.

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya