TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak dari Dilakukannya Ekspor Pasir, Selain Merusak Lingkungan

Larangan diperlukan untuk cegah krisis pasir

pexels.com/Jolo Diaz

Intinya Sih...

  • Penambangan pasir telah meningkat tiga kali lipat dalam dua dekade terakhir.
  • Eksplorasi pasir pantai dan laut berdampak pada lingkungan dan keanekaragaman hayati.
  • Dampak lingkungan dari penambangan pasir termasuk erosi, hilangnya perlindungan terhadap gelombang badai, dan produksi pangan.

Kota-kota, secara harfiah, dibangun di atas pasir. Seiring dengan urbanisasi global yang terus berlanjut, permintaan akan beton, kaca, dan bahan bangunan yang menggunakan pasir pun meningkat.

Pada 2050, diproyeksikan hingga 68 persen populasi dunia akan tinggal di kota. Namun, untuk menampung orang-orang tersebut, penambangan pasir industri atau ekstraksi agregat-di mana pasir dan kerikil diambil dari dasar sungai, danau, lautan, dan pantai untuk digunakan dalam konstruksi, terjadi lebih cepat daripada bahan baku yang dapat diperbarui. Hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap lingkungan.

Ini adalah tantangan yang dibahas dalam laporan baru World Economic Forum, Nature-Positive Industry Sector Transitions yang mengidentifikasi lima tindakan prioritas untuk sektor semen dan beton untuk mengurangi dampaknya terhadap alam.

Baca Juga: RI Pernah Ekspor Pasir Laut dari Kepri ke Singapura Senilai Rp153 T

Berapa banyak pasir yang ditambang?

Pasir adalah sumber daya alam yang paling banyak dieksploitasi di dunia setelah air. Penambangan material tersebut telah meningkat tiga kali lipat dalam dua dekade terakhir, dengan permintaan mencapai 50 miliar ton per tahun pada 2019, menurut United Nations Environment Programme (UNEP).

Volume pasir dan kerikil yang digunakan setiap tahun cukup untuk membangun tembok di sekitar khatulistiwa setinggi 27 meter dan selebar 27 meter.

Namun ekstraksi, pengambilan, penggunaan, dan pengelolaan pasir yang tidak diatur di banyak bagian dunia, dikonsumsi lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh proses geologi.

Tindakan segera-termasuk larangan ekstraksi pasir pantai, diperlukan untuk mencegah “krisis pasir”, bunyi laporan Sand and Sustainability dari UNEP. Sekitar 6 miliar ton pasir laut juga digali setiap tahun oleh industri pengerukan laut, yang secara signifikan berdampak pada keanekaragaman hayati dan masyarakat pesisir.

Punya banyak dampak

ilustrasi ikan (pexels.com/wewe yang)

Dampak lingkungan dari penambangan pasir, menurut UNEP, di antaranya:

  • Menyebabkan erosi.
  • Salinitas akuifer.
  • Hilangnya perlindungan terhadap gelombang badai.
  • Pasokan air.
  • Produksi pangan.
  • Perikanan.
  • Industri pariwisata.

Pada tahun 2018, World Wildlife Fund (WWF) memperingatkan bahwa penambangan pasir di delta sungai, seperti Yangtze dan Mekong, meningkatkan risiko bencana yang berkaitan dengan iklim, karena tidak ada sedimen yang cukup untuk melindungi dari banjir.

Menjaga pasir tetap berada di sungai adalah adaptasi terbaik terhadap perubahan iklim. Jika sebuah delta sungai menerima cukup sedimen, maka delta tersebut akan membangun dirinya sendiri di atas permukaan laut sebagai reaksi alami.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya