TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Sains Berlebihan Bersosial Media Picu Depresi!

Yuk, bijak bersosial media!

Ilustrasi sosial media (Unsplash.com/camilo jimenez)

Sosial media dalam beberapa tahun belakangan telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Dimana berkembangnya penggunaan sosial media ini memiliki efek seperti dua sisi koin.

Jika digunakan secara bijak tentunya akan membawa dampak positif, namun jika kita terlalu berlebihan menggunakannya akan terjadi dampak negatif seperti meningkatnya risiko depresi. Nah, bagaimana caranya? Yuk, kita cari tahu bersama!

1. Terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain

ilustrasi membandingkan diri (pexels.com/duy dinh)

Pernahkah kamu merasa tertekan atau merasa insecure tentang diri sendiri setelah scrolling media sosial? Ini bukan hanya masalah biasa ya guys, tetapi dapat menjadi pemicu depresi.

Studi jurnal Advances in Social Science, Education, and Humanities Research menunjukkan bahwa ketika kita terlalu sering membandingkan diri kita dengan orang lain di media sosial, kita cenderung merasa tidak cukup atau kurang sukses. Kita melihat pencapaian orang lain dan hidup mereka yang tampak sempurna, dan ini dapat membuat kita merasa tidak puas dengan diri sendiri.

Hal ini dapat menjadi perangkap yang berbahaya. Semakin kita terjebak dalam perbandingan ini, semakin rendah harga diri kita. Ini bisa memicu perasaan depresi yang mendalam karena kita merasa gagal atau tidak berarti. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah kita membandingkan kehidupan nyata kita dengan potongan-potongan yang dipilih orang lain untuk ditampilkan di media sosial. Penting untuk diingat, jika manusia tidak ada yang sempurna dan sangat normal jika kita memilki kekurangan.

2. Terjadinya penurunan kepuasan hidup

ilustrasi seorang pria depresi (pexels.com/Arina Krasnikova)

Semakin seseorang mencari pengakuan di media sosial, semakin rendah tingkat kepuasan hidupnya (Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 2021). Hal ini dikarenakan orang dengan harga diri rendah, kepuasan hidup rendah, dan sedikit kontak offline sering menggantikannya dengan mencari pengakuan dan popularitas di dunia maya.

Mereka berharap bahwa dengan mendapatkan lebih banyak teman dan lebih banyak perhatian online, mereka akan merasa lebih baik. Namun, kenyataannya bisa sangat berbeda. Mereka akan banyak membandingkan diri mereka dengan orang lain. Dimana hal ini berakhir dengan perasaan tidak adil, insecure, hingga iri dengan pencapaian orang lain. Akhirnya mereka akan merasa tertekan, stres, dan depresi.

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi dan Menghentikan Kebiasaan Mengeluh di Media Sosial

3. Meningkatnya hormon kortisol

Ilustrasi sosial media (Unsplash.com/ROBIN WORRALL)

Dalam temuan jurnal International Review of Psychiatry telah mengungkapkan adanya hubungan antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan peningkatan hormon kortisol, terutama pada remaja. Kortisol adalah hormon stres dalam tubuh kita, yang seringkali meningkat dalam situasi-situasi yang menekan.

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tingkat kortisol dalam saliva secara signifikan lebih tinggi pada remaja yang menggunakan media sosial secara berlebihan. Tingkat kortisol yang tinggi mengakibatkan peningkatan gejala depresi. Inilah alasan sains mengapa kamu bisa menjadi depresi setelah menggunakan sosial media berlebihan. Yuk, lebih bijak ya dalam bersosial media!

4. Terlalu berlebihan bersosial media menyebabkan kecanduan

Ilustrasi sosial media (Pexels.com/Tracey Le Blanc)

Otak manusia bisa berperilaku seperti otak pecandu ketika terlalu banyak terpapar oleh media sosial (Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 2021). Korteks anterior cingulate (CAC) adalah bagian otak yang penting dalam mengontrol impuls dan perasaan kecanduan. Namun, ketika kita terlalu banyak menggunakan media sosial, korteks anterior cingulate (CAC) bisa mengalami cedera di tengah jalan, dan tidak lagi mampu mendukung proses inhibisi yang diperlukan untuk mengendalikan perilaku kecanduan. Akibatnya, kita semakin sulit untuk menghentikan diri dari terus menggunakan media sosial.

Hal tersebut bisa menjadi lingkaran setan yang berbahaya. Semakin kita terjerumus dalam penggunaan media sosial yang berlebihan, semakin terganggu fungsi normal otak kita. Hal ini dapat memicu perasaan depresi karena kita tidak bisa mengatur intensitas efek sosial media yang kita terima.

Verified Writer

Masrurotul Hikmah

Cheesecake addict!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya