TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Itu El Nino? Ini Penyebab dan Dampaknya bagi Kehidupan

Ini yang bikin suhu panas warbyasah

ilustrasi panas terik (pexels.com/Khanh Lee)

Sempat merasakan panas terik yang warbyasah beberapa waktu lalu? Selamat, kamu sedang merasakan dampak dari fenomena iklim bernama El Nino atau El Niño.

El Nino adalah pola yang terjadi di Samudera Pasifik, tetapi efeknya memengaruhi seluruh dunia. Lantas, bagaimana El Nino terbentuk dan apa dampak yang bisa ditimbulkan selain suhu udara terasa panas? Untuk tahu jawabannya, baca sampai akhir, ya.

Baca Juga: Kenali 7 Perbedaan Iklim dan Cuaca, Masih Banyak yang Salah Paham!

Apa yang dimaksud dengan El Nino?

Dilansir United States Geological Survey, El Niño berasal dari bahasa Spanyol yang berarti 'Anak Kristus'. Istilah ini kerap digunakan oleh penduduk asli Peru yang menemukan munculnya air hangat tidak biasa. Dinamakan demikian karena fenomena ini sering muncul menjelang Natal.

Secara sains, El Niño adalah pola iklim yang menggambarkan pemanasan permukaan air tidak biasa di Samudera Pasifik tropis timur. El Niño merupakan fase hangat dari fenomena yang lebih besar bernama El Niño-Southern Oscillation (ENSO). 

Nah, Southern Oscillation alias Osilasi Selatan adalah perubahan tekanan udara di atas Samudera Pasifik tropis. Ketika di daerah tersebut, perairan pesisirnya menjadi lebih (terjadi El Niño), maka tekanan atmosfer di atas laut akan berkurang. 

Untuk mengukur terjadinya El Niño, ilmuwan menggunakan Oceanic Nino Index (ONI). Dikatakan El Niño apabila kenaikan suhu permukaan laut lebih dari 0,9 derajat Fahrenheit atau sekitar 17,2 derajat Celsius, melansir Education National Geographic.

Bagaimana El Niño terjadi?

ilustrasi panas (pexels.com/Maggie Zhan)

Cuaca sangat bergantung pada suhu lautan. Ketika satu titik lautan menjadi hangat, maka akan ada lebih banyak awan terbentuk. Alhasil, lebih banyak hujan yang turun di bagian dunia tersebut. Nah, di Samudera Pasifik, air menjadi lebih hangat karena dekat dengan ekuator. 

Dilansir penjelasan SciJinks, angin kencang di sepanjang khatulistiwa umumnya mendorong air pada permukaan hangat di dekat Amerika Selatan ke arah barat, hingga menuju Indonesia. Ketika hal ini terjadi, air yang lebih dingin pun naik ke permukaan di dekat Amerika Selatan. 

Namun, pada musim gugur dan musim dingin, tiupan angin bisa jauh lebih lemah. Alih-alih terdorong ke Indonesia, air permukaan yang hangat justru bertiup ke Amerika Selatan. Alhasil, permukaan yang hangat di khatulistiwa malah menumpuk di sepanjang pantai Amerika Selatan. 

Baca Juga: Tak Layak Huni, 7 Tempat di Tata Surya dengan Iklim Ekstrem

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya