TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bagaimana Kucing Mendapatkan Garis di Bulunya yang Khas? 

Kalau penasaran, cari tahu jawabannya di sini

ilustrasi kucing (pexels.com/Arina Krasnikova)

Coba perhatikan kucing di sekitarmu. Sebagian besar kucing punya 'cetakan' berbentuk M di dahinya. Meski warnanya serupa, nyaris semuanya memiliki pola atau garis yang berbeda. Lantas, bagaimana kucing mendapatkan garis di bulunya?

Misteri ini sudah dipertanyakan bahkan oleh para ahli selama puluhan tahun, lho! Menjawab rasa penasaranmu, ini uraian kemungkinan dari mana corak kucing berasal.

Baca Juga: Kucing Busok, Leopard Asal Indonesia yang Diakui Dunia

Bagaimana kucing mendapatkan garis di bulunya?

Keluarga kucing amat sangat unik. Mereka memiliki mantel bulu yang bervariasi, bentuk wajah yang berbeda, hingga coraknya yang nyaris tidak sama. Hmm, kok bisa begitu, ya?

Penulis senior yang juga seorang ahli genetika Institut Bioteknologi HudsonAlpha di Huntsville, Alabama, Dr. Gregory Barsh pada Live Science menjelaskan terkait kemungkinannya. Sekitar 70 tahun lalu, ilmuwan mulai mengembangkan teori mengapa dan bagaimana organisme memiliki pola periodik. Misalnya, pola pada ikan zebra yang muncul karena susunan berbagai jenis sel.

Namun, penyebab tersebut ini tidak sama pada mamalia. Pasalnya, sel kulit dan rambut di tubuh mamalia sama persis. Lantas, apa yang membuatnya coraknya berbeda?

Faktor utamanya adalah aktivitas genetik pada mamalia tersebut. Studi terbaru yang diterbitkan dalam Nature Communications pada 2022 menemukan bahwa beberapa gen yang bekerja sama dapat mengubah pola bulu kucing.

Dipengaruhi faktor genetik

ilustrasi kucing (pexels.com/Taha Yasir Yöney)

Sebuah gen yang bernama Transmembran aminopeptidase Q (Taqpep) telah diidentifikasi sebelumnya. Kucing yang membawa satu gen ini memiliki garis-garis gelap dan sempit. Sementara, kucing yang mutan dari genetik tersebut cenderung berpola lingkaran besar dan bulu gelap. Ini sering dijumpai pada kucing liar. 

Tidak berhenti di sana, peneliti juga menyelidiki gen tambahan yang mungkin memengaruhi bentuk pola. Tim melakukan analisis sel-sel kulit individual embrio, lalu menemukan gen Dickkopf WNT Signaling Pathway Inhibitor 4 atau DKK4.

Dilansir National Geographic, peneliti menemukan bahwa genetik tersebut muncul pada kucing saat berusia 28-30 hari dalam kandungan. Selanjutnya, hal tersebut memengaruhi embrio, lalu membuat kulit kucing menjadi tebal atau tipis.

Perbedaan ketebalan kulit tersebut lantas menghasilkan dua melanin. Ada eumelanin yang membuat bulunya berwarna gelap. Selain itu, ada juga pheomelanin yang menyebabkan kucing berbulu terang.

Nah, kalau berjalan sesuai rencana, sel-sel dengan DKK4 akhirnya membuat pola gelap sehingga kucing menjadi tabi. Lebih dari itu, mutasi genetik pun menghasilkan warna dan pola bulu lainnya, seperti bintik-bintik putih atau garis-garis yang lebih tipis. 

Baca Juga: Kenapa Kucing Takut Suara Sisir? Ternyata Ini Alasannya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya