TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Fakta NICA, Tentara Belanda yang Bonceng Sekutu ke Indonesia

Banyak orang Indonesia yang jadi bagian dari NICA

www.donisetyawan.com

Pasca Bung Karno membacakan proklamasi dan menyatakan bahwa Indonesia telah merdeka, Belanda di bawah pimpinan Jenderal Van Mook kembali 'menyambangi' Indonesia untuk melakukan agresi demi merebut negeri yang pernah mereka jajah berabad-abad lalu. NICA atau  Nederlands Indie Civil Administration ikut dalam rombongan tentara Sekutu yang saat itu berhasil mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II.

Kedatangan NICA berhasil membangkitkan semangat masyarakat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka bersedia angkat senjata dan melawan Belanda, meski mereka tahu jika angkat senjat melawan kolonial itu sama saja cari mati. 

Beberapa informasi mengenai tentara Belanda ini tidak banyak diberitahukan kepada masyarakat luas. Hanya beberapa informasi terkait mengapa mereka datang ke sini, bersama siapa, dan tujuan mereka datang kembali ke Indonesia. Namun, beberapa fakta di bawah ini akan mengupas beberapa fakta tentang NICA yang menjadi momok menakutkan di masa revolusioner.

1. Tentara NICA tak suka teriakan "Merdeka"

historia.id

Saat pasukan NICA datang membonceng tentara Sekutu, dalam sekejap mata kota Jakarta yang sebelumnya tenang berubah menjadi mencekam hingga membangkitkan semangat bergelora dari para pemuda. Tak hanya itu, seluruh rakyat Indonesia pun bersatu untuk melawan pasukan Van Mook meski hanya berbekal senjata bambu runcing dan beberapa senjata yang berhasil dilucuti dari tentara Jepang. Mereka siap mati demi mempertahankan kemerdekaan RI.

Tepat pada 1 September 1945, pekik "Merdeka!" pun menjadi salam nasional yang telah disahkan. Pada masa revolusioner itu juga, setiap kali berjumpa dengan kawannya, para pemuda akan memekik, "Merdeka, Bung!" yang menjadi kalimat paling dibenci tentara NICA.

Dalam sebuah catatan sejarah, pernah ada tentara NICA yang menembak mati seorang pemuda berjiwa patriotik yang tanpa gentar meneriakkan kata "Merdeka" di kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Baca Juga: 6 Tokoh Sejarah Dunia Ini Mengalami Rekontruksi Wajah Forensik

2. Orang Indonesia dalam NICA

boombastis.com

Di kondisi Indonesia yang tidak stabil pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan pun membuat sebagian orang memutuskan untuk mengubah-ubah profesinya. Berubah-ubah profesi ini pun menjadi hal lazim dan umun di kalangan masyarakat saat itu. Tak aneh, jika banyak orang Indonesia yang akhirnya mendukung kedatangan dan tujuan NICA ke Indonesia, bahkan mereka bersedia bergabung dengan tentara tersebut. Bergabungnya orang Indonesia menjadi tentara NICA pun tak terlepas dari beberapa faktor, yaitu karena faktor ekonomi, rasa kesetiaan yang sudah mengakar, dan masalah politis lainnya. Hal ini pun tak menampik kemungkinan jika ada orang Indknesia yang menjadi polisi Belanda, lalu jadi polisi Jepang, kemudian menjadi polisi Republik, dan akhirnya kembali lagi menjadi polisi Belanda.

Jumlah orang Indonesia yang bekerja sama atau yang terpaksa bekerja sama dengan NICA terbilang banyak. Kebanyakan dari mereka adalah raja-raja kecil di luar Pulau Jawa yang dipengaruhi oleh Belanda agar berpihak kepada NICA yang ingin mendirikan negara-negara boneka. 

Sebelum Indonesia merdeka, Sultan Hamid II dari Pontianak adalah Letnan KNIL yang juga orang dekat Belanda. Orang yang merancang lambang Garuda Pancasila ini pun menggantikan Ayahnya yang terbunuh oleh tentara Jepang untuk menjadi Sultan Pontianak.

NICA juga memberikan pangkat perwira militer kepada orang-orang yang juga bukan berasal dari kalangan militer. Misalnya, Mochtar Lutfie yang diberi pangkat Mayor karena keberpihakannya kepada Belanda. Namun, sebetulnya ia diam-diam mendukung Indonesia dan akhirnya mati ditembak serdadu KNIL saat sedang melaksanakan shalat shubuh.

3. NEFIS: Intel Belanda yang intai Indonesia

https://nationalgeographic.grid.id

Netherlands East Indies Forces Intelligence Service (NEFIS) adalah mata-mata Belanda yang didirikan di Australia dan bermarkas di Melbourne. Tujuan didirikannya badan intelejen ini adalah untuk mengumpulkan informasi agar bisa kembali menduduki wilayah Indonesia. Tentu, agen rahasia ini pun tak hanya dari kalangan orang Belanda, tapi juga banyak agen-agen yang direkrut berasal dari Indonesia. Biasanya yang bergabung dalam NEFIS adalah golongan dari pihak swasta yang pro kolonial dan pedagang. Mereka seringkali menjadi mata dan telinga bagi intel Belanda tersebut.

NEFIS mulai mendirikan kantornya di Jakarta pada Oktober 1945. Intel Belanda ini dinilai memberikan banyak kontribusi dalam pengumpulan informasi tentang Indonesia demi melancarkan operasi militer tentara Belanda, yang kemudian kembali bergejolak di Indonesia. NEFIS adalah momok bagi kaum Republik di zaman Revolusi karena badan intelejen Indonesia pada saat itu masih berantakan.

Baca Juga: 7 Fakta Louis XIV, Raja Terlama yang Berkuasa dalam Sejarah Prancis

Verified Writer

Ines Melia

Dengan menulis saya 'bersuara'. Dengan menulis saya merasa bebas.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya