TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Unik Kepiting Pompom, si Mungil yang Kloning Paksa Anemon Laut

Mereka ada di Indonesia!

kepiting pompom Lybia tessellata di Teluk Kimbe, Papua Nugini (commons.wikimedia.org/Eliot Ferguson)

Tahukah kamu kalau jauh di dasar perairan Indonesia hidup sejenis kepiting mungil lucu mirip pemandu sorak? Ya, namanya kepiting pompom. Mereka disebut demikian karena selalu membawa anemon laut dengan capitnya yang membuatnya kelihatan seperti pemandu sorak membawa pompom. Selain disebut kepiting pompom, krustasea ini juga disebut kepiting petinju karena mirip petinju dengan sarung tinjunya.

Kepiting ini berukuran kecil dan hidup bersembunyi di balik batu-batu besar di bawah laut, jadi kamu perlu benar-benar jeli untuk bisa menemukannya. Lalu, mengapa kepiting ini suka membawa anemon laut di capitnya? Benarkah hubungan mereka saling menguntungkan? Tahukah kamu kalau kepiting ini lakukan kloning paksa anemon laut? Yuk, simak lima fakta unik kepiting pompom yang wajib kamu tahu berikut ini!

1. Mereka membawa anemon laut yang menyengat

kepiting pompom Lybia leptochelis membawa anemon laut (commons.wikimedia.org/Schnytzer Y, Giman Y, Karplus I, Achituv Y.)

Kepiting pompom atau kepiting petinju merupakan jenis kepiting kecil dari genus Lybia. Contoh spesiesnya ada Lybia tessellata yang bisa dijumpai di perairan Indonesia dan Lybia edmondsoni dari perairan Hawaii. Kepiting jenis ini banyak dikenal karena hubungan mutualismenya dengan anemon laut. Hewan laut mirip tumbuhan ini dibawa ke sana kemari dengan capitnya sehingga si kepiting kelihatan seperti sedang membawa pompom.

Kepiting pompom membawa anemon laut yang bisa menyengat. Seperti yang dilansir laman Live Science, kepiting pompom jenis Lybia leptochelis yang cuma selebar setengah inci atau sekitar 13 milimeter ini membawa jenis anemon laut Triactis producta yang beracun. Karena capit kecil dan cangkang lembutnya gak memberikan perlindungan dari serangan predator, kepiting pompom menggunakan anemon laut untuk menakut-nakuti dan mengusir predator supaya gak dimakan. Cerdas juga, ya?

Baca Juga: 7 Fakta Unik Anjing Rakun, Pandai Memanjat Pohon! 

2. Gak mau melepaskan anemon laut dari capitnya

kepiting pompom di balik bebatuan (commons.wikimedia.org/Philippe Bourjon dan Elisabeth Morcel)

Menariknya, kepiting pompom gak pernah benar-benar menggunakan anemon laut di capitnya untuk menyerang balik predator atau melawan sesamanya. Menurut studi perilaku bertarung kepiting pompom Lybia edmondsoni dari jurnal Symbiosis pada 1997, krustasea ini diamati cuma mengayun-ayunkan anemon laut tanpa benar-benar melakukan kontak. Sekalinya anemon laut menyentuh lawan, itu terjadi secara gak sengaja.

Para peneliti punya beberapa spekulasi tentang hal ini. Bisa jadi kepiting pompom takut terkena sengatan anemon laut atau mereka gak mau mengambil risiko mencederai anemon laut. Pasalnya, kepiting pompom juga menggunakan anemon laut untuk membantu menangkap partikel makanan dan melahapnya.

Bahkan, saat makan sekalipun, kepiting ini gak melepaskan anemon laut. Ia berbeda dari kepiting pada umumnya yang menggunakan capit untuk merobek makanan dan membawanya ke dalam mulut. Kepiting pompom ini berevolusi menggunakan sepasang kaki berjalan pertamanya untuk melakukan itu. 

3. Gak begitu menguntungkan bagi anemon laut

kepiting pompom Lybia tessellata membawa anemon laut (commons.wikimedia.org/prilfish)

Hubungan antara kepiting pompom dan anemon laut awalnya diduga saling menguntungkan atau biasa kita sebut simbiosis mutualisme. Namun, sebenarnya manfaat yang didapat anemon laut dari hubungan ini masih agak misterius. Bahkan, bisa jadi ini gak begitu menguntungkan mereka. 

Anemon laut memang jadi bisa mengakses oksigen dan makanan lebih mudah karena dibawa ke sana kemari oleh kepiting pompom. Pertumbuhannya banyak terbantu karenanya. Namun, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Peerj pada 2017, kepiting pompom sebenarnya mengatur asupan makanan anemon laut dan lebih punya kendali dalam pertumbuhannya. Dengan cara ini, kepiting pompom bisa mempertahankan ukuran kecil anemon laut supaya bisa dibawa dengan capitnya yang kecil.

Laman BBC pun mengungkapkan kalau kebanyakan anemon laut yang dibawa kepiting pompom berukuran setengah kali lebih kecil dari mereka yang hidup bebas di alam liar. Mereka juga gak punya tentakel semu yang dimiliki anemon laut lain untuk melakukan fotosintesis. Hal ini menunjukkan kalau manfaat yang didapat anemon laut lebih sedikit dari yang didapat oleh kepiting pompom.

4. Mengkloning paksa anemon laut

kepiting pompom Lybia tessellata dengan satu anemon laut (commons.wikimedia.org/Rickard Zerpe)

Kepiting pompom perlu anemon laut. Ini kesimpulan yang diambil para peneliti di IUI Marine Laboratory, Israel usai mempelajari lebih dari seratus kepiting pompom Lybia leptochelis. Mengutip laman National Geographic, mereka mencoba mengambil 1 dari 2 anemon laut dari capit kepiting pompom. Krustasea ini kemudian merobek anemon laut di capitnya menjadi dua untuk dipegang di masing-masing capit.

Dalam beberapa hari, dua bagian anemon laut ini melakukan regenerasi dan tumbuh menjadi dua klon dari anemon laut yang sama. Ini merupakan kasus pertama karena  suatu jenis hewan mendorong hewan lain untuk melakukan reproduksi aseksualnya.

Gak berhenti sampai di situ saja, para peneliti kemudian menempatkan satu kepiting pompom tanpa anemon laut di dalam akuarium bersama dengan kepiting pompom yang membawa anemon laut di masing-masing capitnya. Bisa kamu tebak apa yang terjadi? Ya, eksperimen ini selalu berujung dengan pertarungan dengan kepiting pompom tanpa anemon laut merebut satu anemon laut dari lawannya.

Analisis DNA terhadap kepiting pompom yang diambil dari alam liar pun menunjukkan kalau masing-masing kepiting membawa dua anemon laut yang merupakan klon identik. Jadi perilaku mencuri dan mengkloning yang ditunjukkan kepiting pompom di laboratorium juga dilakukan oleh kepiting pompom di alam liar.

Baca Juga: 9 Fakta Unik Serigala Etiopia, Punya Hubungan Unik dengan Monyet

Verified Writer

Ina Suraga

Business inquiries: suraga.ina@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya