TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Gempa Megathrust yang Menghantui Indonesia Sulit Diprediksi

Gempa megathrust belum bisa diprediksi secara akurat

Ilustrasi jalan yang terdampak gempa (pexels.com/id-id/@wilson-malone-739912/)

Prediksi gempa megathrust yang mengancam wilayah Indonesia masih menjadi tantangan besar bagi para ilmuwan. Meskipun teknologi terus berkembang, memahami kapan dan di mana gempa besar ini akan terjadi tetap sangat sulit. Berikut adalah lima alasan utama mengapa prediksi gempa megathrust begitu rumit.

1. Kompleksitas pergerakan lempeng tektonik

Ilustrasi lempeng tektonik (unsplash.com/ko/@mitko)

Lempeng tektonik bergerak sangat lambat di atas mantel bumi, dan pergerakan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tekanan dan suhu. Interaksi antar lempeng di zona subduksi sangat kompleks, sehingga sulit untuk memprediksi kapan energi yang terakumulasi akan dilepaskan sebagai gempa. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Nature Geoscience, sifat friksi yang bervariasi di sepanjang zona subduksi dapat memengaruhi jenis dan ukuran gempa yang terjadi, membuat prediksi semakin sulit.

2. Ketidakpastian dalam mengukur stres bawah tanah

Ilustrasi gelombang seismik (pixabay.com/users/tumisu-148124/)

Salah satu indikator utama terjadinya gempa adalah stres yang terakumulasi di dalam bumi. Namun, mengukur stres ini di zona subduksi megathrust sangat sulit karena letaknya jauh di bawah permukaan laut. Meskipun teknologi seperti analisis gelombang seismik dan GPS terus berkembang, hasilnya sering kali tidak cukup akurat untuk membuat prediksi yang pasti. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Susan L. Bilek dan Thorne Lay dalam artikel berjudul Subduction Zone Megathrust Earthquakes pada tahun 2018, yang diterbitkan oleh GeoScienceWorld, variasi dalam slip dan proses pergerakan lempeng yang lambat sering kali tidak terdeteksi oleh alat-alat ini.

3. Fenomena gempa pendahuluan yang tidak konsisten

Ilustrasi dampak gempa bumi (pexels.com/id-id/@serkangonultas/)

Gempa kecil sering kali terjadi sebelum gempa besar, tetapi ini tidak selalu terjadi, terutama pada gempa megathrust. Beberapa gempa besar terjadi tanpa peringatan gempa kecil sebelumnya, membuat deteksi awal menjadi tantangan besar. Penelitian yang sama oleh Susan L. Bilek dan Thorne Lay di Subduction Zone Megathrust Earthquakes (2018), yang diterbitkan oleh GeoScienceWorld, mencatat bahwa gempa besar pada zona megathrust bisa terjadi dalam siklus yang tidak teratur, dengan sedikit atau tanpa gempa pendahuluan yang bisa dideteksi.

4. Variabilitas dalam waktu pelepasan energi

Ilustrasi energi (unsplash.com/ko/@othentikisra)

Setiap zona subduksi memiliki karakteristik unik dalam hal waktu pelepasan energi. Gempa megathrust bisa terjadi setiap beberapa ratus hingga ribuan tahun, membuatnya sulit untuk memprediksi pola berdasarkan data historis saja. Hal ini diperparah oleh adanya variabilitas dalam waktu pelepasan energi yang tidak dapat diprediksi dengan mudah.

Menurut artikel berjudul Geometric Controls on Megathrust Earthquakes oleh Steven M. Plescia dan Gavin P. Hayes (2020) yang diterbitkan di Geophysical Journal International, geometri zona subduksi memainkan peran penting dalam pembentukan dan propagasi gempa bumi megathrust. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabilitas geometris pada zona megathrust dapat membatasi atau memicu peristiwa gempa besar, sehingga memperumit upaya prediksi kapan dan di mana gempa besar ini akan terjadi.

5. Keterbatasan teknologi pengamatan

Ilustrasi teknologi (unsplash.com/ko/@thisisengineering)

Meskipun teknologi pengamatan seperti sensor bawah laut dan satelit terus berkembang, cakupan pengamatan seringkali tidak lengkap. Tanpa pengamatan yang lengkap dan real-time, peluang untuk mendeteksi tanda-tanda awal gempa besar tetap rendah. David J. Wald dalam jurnal Practical Limitations of Earthquake Early Warning (2020) menekankan bahwa sistem peringatan dini gempa memiliki keterbatasan praktis, termasuk dalam hal waktu peringatan yang efektif, terutama di wilayah yang dekat dengan pusat gempa. Sistem ini seringkali tidak dapat memberikan peringatan yang memadai di wilayah dengan tingkat guncangan yang kuat, sehingga tantangan teknis dan sosial dalam memberikan informasi yang dapat diandalkan tetap signifikan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya