TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hewan yang Mengeluarkan Cairan Asam, Mekanisme Pertahanan Diri

Untuk menakut-nakuti predator

ilustrasi burung fulmar (pixabay.com/asfafi)

Intinya Sih...

  • Kumbang bombardier dapat menyemprotkan bahan kimia panas dari perutnya sebagai mekanisme pertahanan. Reaksi kimia menciptakan suara ledakan dan mampu membuat predator memuntahkannya.
  • Semut mengeluarkan cairan asam saat menggigit, menyebabkan rasa terbakar, bengkak, kemerahan, dan nyeri. Kalajengking cambuk juga mampu menyemprotkan cairan asam yang 20 kali lebih kuat dari cuka.
  • Alpaka dan llama meludah ketika merasa terganggu, dengan ludah yang bisa berbau busuk. Kobra penyembur menembakkan racun hingga jarak lebih dari 2 meter untuk melindungi diri.

Ada banyak bentuk pertahanan yang dimiliki oleh hewan, salah satunya adalah menyemprotkan cairan asam. Asam adalah bahan kimia korosif, yang artinya dapat melarutkan zat dan menyebabkan luka bakar.

Beberapa hewan menggunakan cairan asam sebagai mekanisme pertahanan. Bau, rasa, atau sensasi terbakar yang menyakitkan yang disebabkan oleh asam dapat membuat predator berpikir dua kali untuk menyerang dan memangsa hewan tersebut. Yuk, kita lihat apa saja hewan yang mengeluarkan cairan asam.

1. Kumbang bombardier

ilustrasi kumbang bombardier (commons.wikimedia.org/gailhampshire)

Kumbang bombardier adalah kumbang tanah yang memiliki kemampuan untuk menyemprotkan bahan kimia panas dari perutnya. Namun, bagaimana kumbang melakukan ini tanpa melukai dirinya sendiri?

Terdapat dua kelenjar di ujung perutnya. Setiap kelenjar memiliki hidrogen peroksida dan reservoir asam. Saat terancam, kumbang akan memeras isi reservoir ke dalam 'ruang' yang berisi air dan enzim. Reaksi kimia terjadi, memanaskan air hingga 100 derajat Celcius. Reaksi tersebut juga menghasilkan tekanan, yang menyemprotkan air mendidih, uap, dan bahan kimia busuk.

Letusannya begitu kuat sehingga menimbulkan suara ledakan. Jika dimakan, kumbang bombardier akan tetap menggunakan mekanisme pertahanan ini. Sebagai akibatnya, katak atau predator lain akan memuntahkannya.

2. Semut

ilustrasi semut (pexels.com/Poranimm Athithawatthee )

Asam yang dihasilkan semut disebut asam format. Secara kimia, asam format merupakan asam karboksilat sederhana. 

Biasanya, semut mengeluarkan cairan asam melalui rahangnya saat menggigit. Dampak dari gigitan asam ini adalah rasa terbakar, bengkak, kemerahan, dan nyeri. 

3. Kalajengking cambuk

ilustrasi kalajengking cambuk (pixabay.com/Josch13)

Kalajengking cambuk adalah arakhnida. Mereka memiliki cakar seperti kalajengking, tetapi tidak memiliki ekor yang menyengat atau taring berbisa. Sebaliknya, mereka mampu menyemprotkan cairan asam dari perutnya. Cairan ini 20 kali lebih kuat dari cuka.

Mereka menggunakan ekor seperti cambuk untuk mengarahkan semprotan. Asam ini dapat menyebabkan rasa pedih dan merusak mata.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Kalajengking Palsu, Tidak Memiliki Ekor Sengat

4. Alpaka dan llama

ilustrasi Alpaka (pixabay.com/kasjanf)

Alpaka dan llama merupakan anggota keluarga unta. Keduanya juga memiliki penampilan dan tingkah laku yang mirip satu sama lain. Misalnya, baik alpaka maupun llama akan meludah ketika mereka merasa terganggu.

Ludah ini dapat berupa air liur murni, atau air liur yang dicampur dengan asam lambung atau muntahan. Meskipun begitu, alpaka umumnya lebih ramah dan cenderung tidak meludah pada manusia. Di sisi lain, llama memiliki sikap yang kurang ramah. Meskipun tidak berbahaya, tetapi ludah keduanya dapat berbau busuk.

5. Kobra penyembur

ilustrasi ular kobra (unsplash.com/Nivedh P)

Kobra penyembur menyemprotkan cairan asam untuk mengusir predator dan melindungi dirinya sendiri. Mereka menyemprotkan cairan ini dengan menggunakan kontraksi otot untuk meremas kelenjar di mulutnya. 

Proses ini bukanlah meludah yang sebenarnya. Kobra penyembur diketahui dapat menembakkan racun hingga jarak lebih dari 2 meter.

6. Eurasian roller

ilustrasi Eurasian roller (pixabay.com/Mich Logan)

Eurasian roller adalah burung berukuran kecil yang suka memakan belalang. Saat terancam, belalang melepaskan zat kimia yang berasal dari tanaman yang mereka makan dengan tujuan meninggalkan rasa tidak enak di mulut burung tersebut. Itu mungkin berhasil untuk beberapa burung, tetapi tidak untuk Eurasian roller. 

Eurasian roller mampu menyimpan beberapa zat kimia ini di dalam tubuhnya. Saat merasa terganggu, mereka akan memuntahkan zat kimia ini dalam jumlah banyak. Bau dari zat berwarna oranye ini selanjutnya dapat menjauhkan predator.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya