TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta Mengerikan Hari Valentine, Pernah Dirayakan dengan Penyiksaan

Tak selalu identik dengan kasih sayang

ilustrasi cokelat untuk hari Valentine (pexels.com/Budgeron Bach)

Pada saat ini, Hari Valentine dirayakan oleh banyak orang sebagai hari kasih sayang dan cinta. Hari Valentine identik dengan memberikan bunga, cokelat, dan menghabiskan waktu bersama dengan orang yang dicintai.

Namun, tahukah kamu bahwa sejarah Hari Valentine sama sekali tidak berhubungan dengan cinta? Sebaliknya, Valentine justru datang dengan beberapa fakta mengerikan yang tidak banyak diketahui orang-orang.

Di sini, kamu akan diajak mengetahui beberapa fakta mengerikan seputar Hari Valentine. Sudah siap? Simak sampai habis, ya!

1. Dirayakan dengan penyiksaan terhadap perempuan

ilustrasi penyiksaan terhadap perempuan (pixabay.com/KlausHausmann)

Tidak ada yang benar-benar tahu asal usul Valentine sebagai hari besar. Namun, satu hal yang sejarawan ketahui adalah bahwa asal-usul Valentine sangatlah brutal dan berdarah, sangat berbeda dengan perayaan Valentine saat ini yang identik dengan cinta dan cokelat.

Dilansir News.com.au, satu teori menyatakan bahwa Hari Valentine bermula dari Pesta Romawi Lupercalia yang berlangsung dari 13 hingga 15 Februari. Selama perayaan tersebut, para perempuan akan dicambuk dengan keyakinan bahwa itu akan membantu mereka menjadi subur. Sangat kejam dan sama sekali tidak mencerminkan kasih sayang.

2. Berawal dari tindakan pemberontakan

ilustrasi Valentine (aleteia.org)

Mengutip List 25, salah satu teori paling populer tentang asal-usul Hari Valentine adalah bahwa Kaisar Claudius II tidak ingin laki-laki Romawi menikah selama masa perang. Namun, Uskup Valentine menentang keinginannya dan melakukan pernikahan rahasia.

Akibat perbuatan ini, Valentine dipenjara dan dieksekusi. Saat berada di dalam penjara, dia menulis surat kepada putri kepala penjara dan memberikan tanda tangan dengan salam yang berbunyi "from your Valentine".

Baca Juga: Sejarah Anglo-Zanzibar, Perang Tersingkat dalam Sejarah

3. Ditentang di beberapa negara

ilustrasi demonstrasi (pexels.com/life matters)

Salah satu fakta paling menyedihkan tentang Hari Valentine adalah bahwa itu tidak benar-benar dirayakan di mana pun di dunia. Sebaliknya, di beberapa tempat, Hari Valentine justru ditentang.

Misalnya, hari perayaan ini dianggap bertentangan dengan hukum di Arab Saudi dan dilarang dirayakan di negara ini. Untuk itu, Commission for the Promotion of Virtue and the Prevention of Vice membatasi penjualan mawar dan apa pun yang berwarna merah di hari tersebut, mengutip The Fact Site.

4. Lebih tentang bisnis daripada cinta

ilustrasi uang (pixabay.com/Maklay62)

Alih-alih tentang cinta dan kasih sayang, Hari Valentine sebenarnya adalah tentang bisnis yang sangat besar. Dilansir Good Housekeeping, sekitar 55 persen orang Amerika merayakan Hari Valentine dan menghabiskan sekitar 18,2 miliar dolar per tahun atau sekitar Rp260,8 triliun.

Rata-rata laki-laki menghabiskan US$150 atau Rp2,15 juta pada Hari Valentine. Sementara itu, para perempuan hanya US$74 dolar atau Rp1 juta.

5. Sikap ironi Raja Henry VIII

ilustrasi Raja Henry VIII (ranker.com)

Seperti dijelaskan pada laman Les Listes, pada tahun 1537, Raja Henry VIII menyatakan 14 Februari sebagai hari libur. Dia menyatakannya sebagai hari libur dalam Royal Charter. Dan, dari situlah orang Inggris mendapatkan hari resmi untuk merayakan Valentine.

Namun, peresmian hari libur ini tidak datang dengan sukacita. Pasalnya, Raja Henry VIII yang memiliki banyak istri ini membunuh para istrinya ketika mereka tidak memberinya seorang anak laki-laki.

6. Hari Valentine justru membuat banyak orang merasa kesepian

ilustrasi kesepian (pexels.com/Min An)

Hari Valentine yang dianggap sebagai hari kasih sayang ternyata justru memberikan rasa kesepian bagi banyak orang. Salah satu fakta menyeramkan tentang Hari Valentine adalah banyak perempuan yang mengirimkan bunga untuk dirinya sendiri. Dalam banyak kasus, mereka merasa sedih karena masih lajang.

Menurut laman WhatCulture, sebanyak 15 persen perempuan di Amerika Serikat mengirim kartu dan bunga kepada diri mereka sendiri agar mereka tidak merasa ditinggalkan di Hari Valentine. Bisa dikatakan, fakta ini adalah kesalahan besar pada komersialisasi Hari Valentine.

Baca Juga: Sekarang Dianggap 'Gila', 5 Hal Ini Wajar pada Zaman Dahulu

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya