Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Di satu sisi, dia memanjakan indra penglihatan dan pengecap kita. Di sisi lain, dia membahagiakan perut dan perasaan kita. Itulah 'keajaiban' makanan (dengan catatan: selama dikonsumsi secukupnya).
Ternyata ada sedikitnya empat alasan ilmiah, lho, di balik kenapa kita bisa menyukai kuliner tertentu. Tentunya alasan yang bukan sekadar soal enak atau tidak enak. Yuk, simak!
1. Sebagian kecenderungan kita akan makanan tertentu dipengaruhi secara genetis
ilustrasi ilmuwan meneliti DNA (pixabay.com/Belova59) Dilansir Women's Health Magazine pada tahun 2011, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Physiology & Behavior menyebutkan bahwa sekitar 45 persen kecenderungan kita akan makanan tertentu dipengaruhi secara genetis. Hal ini dikarenakan kecenderungan manusia terhadap cita rasa tertentu sudah tersusun dan terbangun dalam kode-kode DNA kita sejak sebelum kita lahir.
2. Kesukaan kita pada makanan tertentu juga dipengaruhi oleh apa yang kita lihat dan pelajari di masa kecil
ilustrasi anak kecil makan sendiri (pixabay.com/avitalchn) Masih menurut penelitian yang sama dari Physiology & Behavior, bahwa sisa 55 persen kecenderungan kita untuk menyukai makanan tertentu mendapat pengaruh dari apa yang pernah kita lihat maupun pelajari di masa kecil. Dalam hal ini termasuk apa yang kita observasi dari kebiasaan makan orang tua kita dan/atau kebiasaan makan keluarga kita secara umum. Termasuk pula apa yang orang tua kita ajarkan atau tanamkan pada kita sejak dini perihal makan dan makanan.
Baca Juga: 5 Faktor Junk Food Lebih Disukai Orang daripada Makanan Biasa
3. Ada hubungan erat antara kerja saraf otak dengan sistem pencernaan yang memengaruhi rasa suka kita terhadap suatu makanan
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi seorang wanita bahagia makan cokelat (pixabay.com/Nika_Akin) Disebutkan dalam NPR bahwa sistem pencernaan kita memproduksi hormon-hormon seperti insulin, leptin, dan grelin, yang semuanya bekerja di bagian otak bernama hipokampus. Hipokampus berperan penting dalam memproses memori dan emosi. Tentu saja juga termasuk memori dan emosi terkait makanan tertentu yang meninggalkan kesan mendalam bagi kita.
Saat kita merasa sangat menyukai sesuatu (termasuk makanan), sistem dopamin di dalam otak secara otomatis mengirimkan perasaan nyaman dan perasaan bahagia. Hal ini kemudian disimpan dalam sebuah memori di dalam otak kita. Sistem dopamin itu menjadi aktif setiap kali kita melihat sesuatu yang kita suka, termasuk makanan.
Makanan yang membuat kita merasa nyaman ini adalah makanan yang kita hubungkan dengan emosi-emosi positif. Kata Brian Wansink, penulis Mindless Eating, meskipun memori tentang makanan tersebut samar-samar, perasaan menggugah yang muncul bisa mendorong kita kepada makanan bersangkutan untuk meningkatkan mood atau menjaga perasaan bahagia.