TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Sains tentang Kebahagiaan, Benarkah Makin Turun di Usia 50-an?

Meski relatif, bahagia itu bisa diukur

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidak ada pengetian baku yang bisa menjelaskan kebahagiaan. Namun, banyak orang sepakat bahwa bahagia dikorelasikan dengan keinginan dan harapan yang selaras dengan kondisi atau realitas. Jika keinginan atau harapan tadi berseberangan jauh terhadap kondisi realitasnya, maka di situlah muncul ketidakbahagiaan.

Nah, kali ini kita akan membahas tentang kebahagiaan yang dilihat dari sudut pandang sains. Benarkah bahagia itu hanya bersifat relatif? Lalu, apa betul bahwa usia-50 an merupakan fase di mana orang-orang merasa tak bahagia? Well, jika saat ini kamu merasa tidak bahagia atau penasaran dengan kondisi tersebut, simak penjelasan dalam artikel berikut.

1. Bahagia menurut sains

ilustrasi orang bahagia (pexels.com/Julia Avamotive)

Sains rupanya dapat menjabarkan apa itu kebahagiaan. Dilansir Positive Psychology, kebahagiaan dalam sains bisa diartikan sebagai emosi positif yang kita alami dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari. Dengan kata lain, bagi sains, kebahagiaan adalah lawan dari depresi yang identik dengan emosi negatif.

Ada beberapa contoh emosi positif yang bisa ditampakkan secara nyata. Mereka adalah kesenangan alami, kenyamanan, rasa syukur, inspirasi, dan harapan. Dalam literatur lainnya, yakni jurnal ilmiah yang ditulis oleh dua profesor psikologi bernama Ryan RM dan Deci EL, diungkapkan bahwa rasa bahagia adalah kondisi di mana situasi hati dan mental kita tidak mengandung emosi negatif.

Hal ini sekaligus menyederhanakan pengertian dari kebahagiaan yang terkesan relatif tadi. Sejatinya, jika kamu sudah mampu berpikir dan beperasaan positif, di situlah kamu juga sudah dianggap bahagia.

Baca Juga: 5 Tips Menerapkan Pola Hidup Sederhana, Gak Banyak Gaya pun Bahagia!

2. Bahagia bisa diukur dengan parameter

ilustrasi orang tengah berbahagia (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Tingkat kebahagiaan juga ternyata bisa diukur menggunakan parameter yang berlaku dalam sains. Menurut Psychology Today, kebahagiaan bisa diukur menggunakan beberapa pendekatan atau parameter, yakni:

  • Biologi, di mana ahli biologi bisa mengukur kebahagiaanmu dari jumlah hormon serotonin;
  • Perilaku, di mana hal ini terkait dengan segala hal yang kita lakukan, seperti interaksi dengan pihak lain;
  • Tindakan implisit, sebuah penilaian yang biasanya dilihat melalui fakta-fakta di lapangan berdasarkan prestasi dan hubungan kita terhadap lingkungan;
  • Laporan lainnya, yakni metode yang menggunakan sudut pandang orang lain terhadap diri kita sendiri; dan
  • Laporan diri sendiri, sebuah cara paling akurat karena akan melibatkan kejujuran diri kita terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Nah, semuanya bisa dinilai dan ahli akan menyimpulkan kebahagiaan seseorang menjadi angka sebagai parameternya. Jadi, perasaan dan kehidupan yang bahagia sebetulnya masih bisa diukur dan diharapkan dapat menjadi standar baku dalam penilaian psikologis seseorang.

3. Bahagia itu sederhana

ilustrasi bahagia (pexels.com/Helena Lopes)

Ini bukan sekadar jargon atau bualan belaka, lho. Pasalnya, bagi sains, kebahagiaan itu memang sederhana dan simpel. Gak percaya? Menurut kabar yang dirilis dalam Verywell Mind, untuk menjadi bahagia itu hanya dibutuhkan cara-cara yang simpel, ringan, dan gak butuh perjuangan bertele-tele.

Langkah-langkah sederhana tersebut di antaranya belajar bersyukur, gabung di lingkungan positif, berbuat baik sekecil apa pun, habiskan banyak waktu dengan keluarga atau teman, dan kembangkan pengalamanmu. Sains pun sudah membuktikan, bahwa tidak dibutuhkan harta berlimpah dan jabatan tinggi untuk menemukan kebahagiaan, karena bahagia itu memang sederhana.

4. Benarkah usia memengaruhi kebahagiaan?

ilustrasi pasangan kakek nenek (pexels.com/Tristan Le)

Berdasarkan laporan dari University of Southern California, kebahagiaan manusia memang bisa dipengaruhi oleh usia dan waktu. Menurut penelitian, ada grafik atau peta yang memiliki kecenderungan berbentuk U, manakala dihubungkan dengan tingkat bahagia dan usia manusia. Jika diambil rata-rata, usia 50-an menjadi lapisan dasar dari grafik atau kurva U tersebut.

Namun, beranjak ke usia 60 ke atas, manusia akan merasa bahwa hidupnya menjadi lebih bahagia karena sudah meminimalkan tuntutan dan standar hidupnya. Ini artinya, meskipun berada di kondisi yang mapan, orang-orang berusia 50-an tetap merasa tidak puas dengan apa yang telah diraih selama ini.

Hal yang sama diungkapkan oleh Profesor Susan Charles Ph.D., di mana dalam pandangannya, kurva berbentuk U bisa dijadikan gambaran mengenai kebahagiaan secara umum--meski bukan mutlak. Bagaimana mengatasinya? Tingkatkan rasa syukur dan pola hidup sehat di saat kamu memasuki usia 50-an.

Baca Juga: 5 Fakta Sains tentang Dasar Lautan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an 

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya