TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Miris, 5 Hewan Asli Australia Ini Punah Karena Invasi Kucing Domestik

Kucing domestik jadi salah satu hewan invasif paling berbahaya

Felis catus atau kucing domestik (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)

Bagi para pencinta kucing, mungkin hewan satu ini menjadi peliharaan yang menggemaskan dan lucu. Namun ternyata mamalia kecil ini bisa menjadi hewan yang sangat merugikan dan membawa dampak buruk, lho. Khususnya untuk spesies hewan lainnya.

Tak tanggung-tanggung, kucing domestik termasuk dalam 100 spesies invasif paling merugikan berdasarkan data Invasive Species Specialist Group. Mereka bisa mengakibatkan kerugian ekonomi, membawa penyakit, sampai ikut andil dalam punahnya berbagai spesies hewan.

Australia jadi salah satu negara yang paling dirugikan akibat kehadiran kucing domestik di daerahnya. Awalnya, kucing-kucing ini tidak mengganggu karena jadi peliharaan, tapi banyaknya peliharaan yang kabur dan jadi liar menjadi masalah baru. Kucing peliharaan yang kabur ini disebut kucing feral dan mereka beradaptasi untuk hidup di alam liar.

Di sana mereka berkembang biak dengan cepat dan memakan hewan apa pun yang bisa diburu. Karenanya beberapa hewan asli Australia punah karena ulah kucing-kucing domestik. Nah, berikut lima spesies di antaranya!

1. Tikus pelompat berekor pendek

Spesimen tikus pelompat berekor pendek (commons.wikimedia.org/David Staples)

Mamalia berukuran kecil ini merupakan hewan yang bentuknya mirip tikus namun ia bergerak dengan cara melompat. Tikus pelompat berekor berekor pendek biasanya hidup di daerah gurun atau padang rumput di Australia bagian tengah. Warna cokelat dan kekuningan di tubuhnya membantu hewan ini untuk berkamuflasme di bebatuan atau tanaman kering. Sayangnya kemampuan kamuflasenya tersebut tak bisa membantunya untuk menghindari kepunahan.

Hewan dengan nama ilmiah Notomys amplus ini terakhir kali ditemukan pada tahun 1896, jelas Atlas of Living Australia. Tak cuma itu, para ahli juga hanya bisa mengawetkan dua spesimen dari tikus ini sehingga penelitian terhadap biologi, morfologi, dan kebiasaannya cukup sulit.

Terdapat dua faktor utama yang membuat hewan ini punah, pertama karena adanya kerusakan habitat dan kedua karena membludaknya populasi predator seperti kucing dan rubah. Tentunya hal ini sangat disayangkan karena tikus pelompat berekor berekor pendek merupakan salah satu tikus pelompat terbesar di Australia.

2. Potoroo berwajah lebar

Ilustrasi potoroo berwajah lebar (commons.wikimedia.org/John Gould)

Potorous platyops atau potoroo berwajah lebar sudah dinyatakan punah sejak tahun 2000, terang DCEEW. Potoroo berwajah lebar sendiri merupakan marsupial, artinya ia punya kantung di tubuhnya yang berguna untuk menyimpan anaknya. Kantung ini mirip seperti yang dimiliki kanguru dan wombat. Namun berbeda dengan dua hewan tersebut mamalia ini punya ukuran yang lebih kecil dengan panjang maksimal di angka 24 cm. Tubuhnya didominasi warna abu-abu dengan perut putih, seperti namanya hewan ini juga punya wajah yang lebar.

Kepunahannya dipicu beberapa faktor, yaitu invasi kucing yang terus memburu hewan ini tanpa ampun, adanya kerusakan alam dan habitat, dan penyebarannya yang sempit. Saking sempitnya, hewan ini hanya bisa ditemukan di daerah yang kering seperti di daerah pesisir Australia Selatan dan Barat. Sebelum ditanyakan punah hewan ini juga sangat jarang ditemukan, tercatat spesimen terakhirnya ditemukan antara tahun 1874 dan 1875.

3. Tikus pelompat berekor panjang

Ilustrasi tikus pelompat berekor panjang (commons.wikimedia.org/A. C. Tatarinov)

Tak cuma tikus pelompat berekor pendek yang punah, saudaranya yang berekor panjang juga sudah musnah dari muka bumi. Notomys longicaudatus atau tikus pelompat berekor panjang dulunya dapat ditemukan di Australia Utara, Australia Selatan, dan Australia Barat. Mereka sangat suka menghuni daerah lembab yang banyak ditumbuhi tanaman hijau. Di daerah-daerah tersebut, hewan sepanjang 27 cm ini bisa dengan mudah mencari makanannya yang berupa buah dan biji-bijian.

Akibat diburu secara berlebihan oleh kucing, burung hantu, rubah, dan elang akhirnya hewan yang jago melompat ini dinyatakan punah pada tahun 1901. Namun uniknya pada tahun 1944 dan 1977 para ahli berhasil menemukan tulang belulang hewan ini di alam dan di dalam kotoran burung hantu. Walau dua penemuan tersebut sempat menghebohkan, sampai sekarang tidak ada spesimen hidup yang berhasil ditemukan dan mamalia ini tetap dinyatakan punah.

Baca Juga: 5 Hewan yang Hidup di Jurang Laut, Punya Kemampuan Adaptasi Tinggi

4. Tikus gurun kanguru

Ilustrasi tikus gurun kanguru (commons.wikimedia.org/John Gould)

Dilansir Animal Diversity Web, Caloprymnus campestris atau tikus gurun kanguru terakhir kali terlihat pada tahun 1935 di wilayah Australia Selatan. Habitatnya sendiri mencakup area kering seperti gurun dan daerah berpasir. Daerah-daerah tersebut sangat cocok dengan kebiasaan dan ciri fisik hewan kecil ini.

Dengan tubuhnya yang berwarna kuning pucat, ia bisa dengan mudah bersembunyi di bebatuan, di dalam lubang, atau di sela-sela tumbuhan kering. Kaki belakangnya yang panjang juga membuat tikus gurun kanguru mampu melompat dengan gesit dan lincah.

Secara umum tikus gurun kanguru merupakan hewan herbivor, tapi dalam beberapa kesempatan ia juga akan memakan serangga seperti kumbang. Ia merupakan hewan nokturnal dan akan mulai mencari makan pada malam hari. Di siang yang terik mamalia soliter ini biasanya akan beristirahat di lubang yang ada di dalam tanah. Lubang-lubang tersebut bisa merupakan lubang bekas hewan lain atau lubang yang ia gali sendiri. Biasanya lubang yang ditinggali hewan ini juga akan dikelilingi oleh ranting-ranting kering disekitarnya.

Verified Writer

Arzha Ali Rahmat

Mahasiswa Unnes yang suka ular.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya