TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Kodok Hasselt, Kodok Kecil Asli Indonesia!

Nama kodok ini diambil dari nama naturalis asal Belanda

Kodok hasselt (inaturalist.org/Muh Imam Ramdani)

Nama yang diberikan pada hewan bukanlah nama sembarangan yang tiba-tiba muncul entah darimana. Biasanya nama-nama yang diberikan pada hewan didasarkan pada penemunya, ciri fisiknya, kebiasaannya, tempat penemuannya, atau klasifikasinya. Hal ini juga terjadi pada Leptobrachium hasseltii atau kodok hasselt yang mana namanya didasarkan pada nama seorang naturalis asal Belanda.

Kamu mungkin tidak familiar dengan kodok ini, padahal ia merupakan hewan endemik Indonesia, lho. Bahkan ia hanya bisa ditemukan di beberapa pulau seperti Pulau Jawa dan Bali. Namun pamornya tetap kalah dari kodok lain seperti kodok sawah, bangkong, atau kodok buduk. Sayangnya dikarenakan penyebarannya yang sempit dan habitatnya yang sulit dijangkau penelitian terhadap kodok ini jarang dilakukan. Padahal kodok hasselt punya banyak fakta unik yang sangat menarik untuk dibahas dan diulik lebih dalam.

1. Hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa, Madura, dan Bali

Kodok hasselt (inaturalist.org/Diki Muhamad Chaidir)

Dilansir American Museum of Natural History, kodok hasselt hanya bisa ditemukan di beberapa Pulau di Indonesia seperti Pulau Jawa, Bali, Madura, dan Kangean. Namun selain di Indonesia beberapa orang juga melaporkan kalau ia menghuni wilayah Filipina, Tiongkok, dan Myanmar. Sayangnya laporan tersebut belum valid dan populasi yang ada di luar Indonesia dipercaya sebagai spesies lain yang belum dideskripsikan secara resmi. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan validitas dari spesies tersebut.

Kodok hasselt merupakan amfibi yang artinya ia hidup di dua alam, yaitu di daratan dan perairan. Kodok ini dengan mudah dapat ditemukan di area lembab seperti hutan, sungai, danau, dan rawa. Biasanya ia terlihat berenang di sungai atau hanya bersandar di bebatuan dan bertengger di ranting dan batang pohon. Gerakannya terbilang cepat dan lompatannya juga jauh yang membuatnya sulit ditangkap oleh predator.

2. Namanya diambil dari nama seorang naturalis Belanda bernama Johan Conrad van Hasselt

Kodok hasselt (inaturalist.org/Alfonsus Toribio Eko Saputro)

Nama spesies dari kodok ini, yaitu hasseltii diambil dari nama Johan Conrad van Hasselt yang merupakan seorang naturalis asal Belanda. Penamaan ini bukanlah sesuatu yang baru karena banyak spesies hewan dan tumbuhan yang dinamai berdasarkan nama seseorang. Tujuannya juga beragam, seperti untuk menghormati penemunya atau sebagai penghormatan kepada seseorang yang telah berjasa dalam ilmu pengetahuan.

Dilansir DBpedia, van Hasselt lahir pada 24 Juni 1797 dan meninggal pada 8 September 1823. Sepak terjangnya dimulai saat ia berkuliah di University of Groningen yang setelah lulus van Hasselt sering melakukan ekspedisi dan perjalanan untuk menemukan spesies baru dan meneliti hewan atau tumbuhan. Salah satu ekspedisinya yang paling terkenal adalah ekspedisi yang dilakukan pada tahun 1820 yang ia lakukan bersama Heinrich Kuhl. Ekspedisi tersebut dilakukan di Pulau Jawa atas perintah Pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan mempelajari flora dan fauna yang ada di pulau tersebut.

Baca Juga: 6 Katak dan Kodok Unik dari Brasil, Ada yang Sekecil Kacang Polong

3. Punya badan bulat berwarna cokelat yang dihiasi pola tutul

Kodok hasselt (inaturalist.org/Max Hicks)

Dengan panjang maskimal sekitar 7 cm kodok ini termasuk kodok dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Ciri fisiknya juga mudah dikenali dari badannya yang ramping, kepala yang besar, mata hitam bulat yang besar, kaki yang ramping, dan kulit yang halus. Kodok ini juga menunjukan dimorfisme seksual di mana individu betuna biasanya punya ukuran yang lebih besar dari individu jantan.

Jika berbicara mengenai warna dan corak kodok ini juga tidak mencolok dengan tubuh yang berwarna gelap. Warnanya tidak jauh-jauh dari cokelat, kehitaman, abu-abu, dan putih. Di tubuhnya juga terdapat beberapa garis, tutul, dan bercak hitam yang ukurannya bervariasi dan tersebar di kepala, punggung, perut, sampai kaki. Namun saat menginjak dewasa corak-corak tersebut cenderung memudar dan tubuhnya akan didominasi warna cokelat polos. Hal ini merupakan mutasi yang umum terjadi pada hewan dan dengan warna cokelat sepertinya amfibi ini bisa berkamuflase dengan lebih baik, khususnya di tanah dan kayu.

4. Populasinya terancam oleh kerusakan alam

Kodok hasselt (inaturalist.org/Haris Akbar Hidayat)

Tiap tahun hutan dan daerah hijau selalu berkurang yang mana hal ini juga terjadi di Pulau Jawa. Deforestasi hutan, pembuangan limbah ke sungai, pengalihan lahan, dan industrialisasi jadi beberapa hal yang menyebabkan hutan di Pulau Jawa semakin lama semakin berkurang. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan karena kerusakan-kerusakan tersebut populasi kodok hasselt juga terus menurun dan populasinya mulai terancam, jelas IUCN Red List.

Bahkan tak hanya kerusakan alam, perburuan liar dan kedatangan hewan invasif juga mengancam eksistensi hewan kecil ini. Saat ini kodok hasselt memang tidak dilindungi dan menyandang status least concern atau risiko rendah. Tapi jika dibiarkan bisa saja kodok ini akan menjadi hewan terancam punah di masa depan. Untuk mencegah hal ini pemerintah dan masyarakat harus menjaga hutan dan memberi hukuman yang berat bagi siapapun yang berani merusak dan mengancam kelestarian alam di Indonesia.

5. Kecebongnya biasa ditemukan di perairan berair tenang

Kecebong kodok hasselt (inaturalist.org/nasythasas)

Layaknya amfibi lain kodok hasselt juga mengalami metamorfosis yang dimulai dari telur, kecebong atau larva, dan akhirnya menjadi kodok dewasa. Kodok dewasa memang bisa hidup di daratan namun hal ini berbeda dari larvanya yang secara penuh hidup di air. Perairan yang jadi habitat larvanya juga bukan sembarangan perairan karena ia lebih suka tinggal di sungai, danau, atau kolam berair tenang, terang iNaturalist. Perairan tenang membuat larva kodok ini dapat tumbuh dengan nyaman tanpa takut terbawa arus atau diterkam predator.

Indonesia memang menyimpan segudang satwa endemik yang sangat unik dan menarik. Diantara banyaknya satwa endemik yang ada kodok hasselt jadi salah satunya. Walau ia termasuk satwa endemik sayangnya hewan ini tidak seterkenal komodo, elang jawa, atau yang lain. Namun jika berbicara tentang keunikan hewan ini tidak bisa diremehkan, lho. Keunikan kodok hasselt dapat dilihat dari namanya, kebiasaannya, ciri fisiknya, penyebarannya, sampai populasinya.

Baca Juga: 5 Fakta Katak Spring Peeper, Jantan Bersuara seperti Peluit 

Verified Writer

Arzha Ali Rahmat

Mahasiswa Unnes yang suka ular.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya