TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hewan Unik yang Hidup di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur

Beberapa pasti sudah akrab di telinga kita

sosok pesut mahakam yang sedang berenang bebas (commons.wikimedia.org/Stefan Brending)

Sungai Mahakam terletak di Kalimantan Timur yang airnya berasal dari Gunung Cemaru dan alirannya berakhir di Selat Makassar. Sungai ini merupakan sungai terpanjang kedua di Indonesia dengan panjang keseluruhan mencapai 920 km. Terdapat pula belasan anak sungai yang airnya mengalir menuju Sungai Mahakam. Selain jadi tempat yang sangat penting bagi aktivitas manusia, sungai ini juga jadi surga bagi berbagai jenis hewan di dalamnya.

Ada ratusan spesies burung, ikan, mamalia, reptil, dan berbagai keluarga hewan lain yang menjadikan sungai ini sebagai rumahnya. Beberapa di antaranya bahkan hanya bisa ditemukan di Sungai Mahakam karena beberapa alasan. Tentunya dari ratusan spesies hewan itu, ada beberapa diantaranya yang sangat unik sehingga menarik untuk diulas lebih lanjut. Agar tak makin penasaran, yuk, simak daftar hewan unik yang hidup di aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan hutan-hutan di sekitarnya!

1. Orangutan kalimantan

Orangutan jantan dengan kulit pipi besar biasanya merupakan sosok dominan dalam kelompoknya. (commons.wikimedia.org/Ridwan0810)

Tak hanya di Sumatra, Kalimantan juga jadi rumah bagi primata endemik Indonesia, yaitu orangutan. Meski masih dalam satu keluarga, ada sejumlah perbedaan pada orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). Misalnya saja, warna jingga kemerahan pada bulunya cenderung lebih gelap, flensa (semacam bantalan besar pada pipinya) yang lebih besar, serta ukuran yang secara umum lebih besar.

Dilansir Animal Diversity, bobot rata-rata orangutan kalimantan sekitar 37—87 kg dengan tinggi 78—97 cm. Akan tetapi, orangutan kalimantan juga jadi salah satu hewan dengan bimaturism, sebuah kondisi di mana pejantan dapat tumbuh dalam dua tipe yang berbeda. Bimaturism pada orangutan kalimantan ditandai dengan hadirnya flensa pada pipinya atau tidak serta adanya perbedaan ukurannya. Pejantan dengan flensa biasanya berukuran dua kali lipat lebih besar ketimbang betina.

Orangutan kalimantan termasuk hewan arboreal sehingga cukup jarang melihat mereka berada di tanah. Habitatnya meliputi kawasan hutan hujan tropis, rawa, hingga daerah dengan aliran air. Maka dari itu, daerah sekitar Sungai Mahakam yang ditumbuhi vegetasi tinggi serta sumber makanan—berupa buah-buahan, tanaman, jamur, hingga serangga—yang memadai jadi salah satu rumah yang sesuai bagi orangutan kalimantan. 

Orangutan kalimantan bisa dibilang masih sedikit bernasib mujur ketimbang dua saudaranya yang lain. Diperkirakan ada sekitar 100 ribu individu orangutan kalimantan yang masih ada di sana, tetapi jumlah ini terus berkurang dan saat ini status mereka sudah ada pada tahap terancam (endangered).

Dibandingkan dengan orangutan sumatra yang tersisa sekitar 14 ribu individu dan orangutan tapanuli dengan 800 individu, sebenarnya ancaman yang dihadapi orangutan kalimantan tetap sama, yakni manusia. Pembabatan hutan hingga perburuan jadi masalah serius yang makin menyudutkan orangutan di Indonesia.

2. Pesut mahakam

Pesut mahakam jadi salah satu hewan yang paling terancam punah di Indonesia. (commons.wikimedia.org/Paolo Berardengo)

Spesies lumba-lumba air tawar jadi salah satu keluarga hewan yang sudah sangat sulit ditemukan saat ini. Akan tetapi, Indonesia jadi salah satu negara yang beruntung karena masih punya satu spesies lumba-lumba air tawar yang berenang di sepanjang Sungai Mahakam, yaitu pesut mahakam (Orcaella brevirostris). Mamalia air ini tak memiliki moncong yang panjang, sesuatu yang berbeda dari kebanyakan jenis lumba-lumba. Kepalanya cenderung menonjol dengan dahi memanjang layaknya paus beluga.

Kulit dari pesut mahakam biasanya berwarna biru tua maupun abu-abu dan mereka memiliki gigi-gigi taring di sepanjang rahangnya dengan panjang sekitar 1 cm. Animal Diversity melansir bahwa panjang rata-rata pesut mahakam sekitar 146—275 cm dengan bobot 114—143 kg. Mamalia ini hidup dalam kelompok kecil dengan jumlah 3—6 individu, tetapi tiap kelompok diketahui dapat berinteraksi hingga bergabung untuk beberapa waktu.

Sebagai mamalia, tentu ada batasan bagi pesut mahakam untuk menyelam ke dalam Sungai Mahakam. Dalam satu tarikan nafas, mereka bisa bertahan hingga 6 menit di dalam air. Tentunya, pesut mahakam juga tergolong hewan cerdas yang bisa menunjukkan berbagai bentuk komunikasi, diluar kemampuan vokalnya. Mereka merupakan karnivor yang mengonsumsi berbagai jenis ikan, krustasea, dan cephalopoda.

Sayangnya, lumba-lumba air tawar kebanggaan Indonesia ini sedang dibayang-bayangi ancaman kepunahan. Status pesut mahakam kini sudah ada pada tingkat sangat terancam punah (critically endangered) dengan populasi di Sungai Mahakam tak lebih dari 80 ekor saja. Upaya konservasi terus didorong supaya populasi lumba-lumba ini bisa pulih. Namun, jika pencemaran Sungai Mahakam terus berlanjut, dikhawatirkan pesut mahakam tak akan bertahan hingga generasi selanjutnya.

Baca Juga: 7 Spesies Babi Endemik Indonesia, Awas Jika Bertemu Ada yang Ganas!

3. Bekantan

beberapa ekor bekantan yang sedang melompati pohon (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Di antara keluarga monyet, bekantan (Nasalis larvatus) bisa dibilang jadi salah satu yang punya penampilan paling unik. Bagaimana tidak? Hidung besar dengan panjang bisa mencapai 18 cm, yang mirip seperti hidung tokoh Squidward dalam kartun SpongeBob Squarepants ini jadi daya tarik bekantan. Bulu mereka biasanya berwarna jingga, cokelat, atau berah bata dengan bulu cerah di area perut.

Ukuran bekantan relatif besar dibandingkan jenis monyet lain. Tubuh mereka berkisar 53—76 cm, sementara bobotnya ada pada angka 7—22,5 kg. Dilansir National Geographic, monyet yang satu ini tergolong arboreal yang membuat mereka sangat jarang menyentuh tanah. Mereka secara khusus tersebar di Pulau Kalimantan, termasuk Sungai Mahakam. Pilihan habitatnya meliputi hutan dengan pohon tinggi, rawa, hingga hutan bakau di pesisir. 

Bekantan juga hidup dalam kelompok dengan satu jantan dominan bersama dua hingga tujuh betina beserta anak-anak di dalamnya. Monyet ini dikenal berkat kemampuan berenangnya yang luar biasa. Mereka akan melakukan "lompat indah" dari atas pohon untuk berenang di sungai. Untuk makanannya, bekantan biasa mengonsumsi tumbuhan, buah, hingga biji-bijian, meskipun terkadang mereka juga dapat mengonsumsi serangga.

Sama seperti hewan-hewan sebelumnya, kerusakan hutan di Kalimantan serta perburuan liar pada bekantan terus menggerus populasi mereka di alam liar. Maka dari itu, status konservasi monyet ini sudah pada tingkat terancam punah (endangered) dengan jumlah individu yang tak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan hanya tersisa ribuan individu saja. Populasi hewan ini sudah berkurang hingga 80 persen hanya dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.

4. Buaya siam

seekor buaya siam yang sedang berjemur (commons.wikimedia.org/Joxerra Aihartza)

Dibalik hiruk-pikuk Sungai Mahakam, ternyata terdapat salah satu spesies buaya yang mengintai di sekitar. Namanya buaya siam (Crocodylus siamensis) sosok buaya yang sebenarnya juga bisa ditemukan di sungai-sungai Kamboja, Vietnam, Thailand, Myanmar, termasuk pulau Kalimantan dan Jawa. Kulit buaya siam biasanya berwarna hijau zaitun atau hijau tua dan ukuran tubuhnya tergolong sedang.

Panjang rata-rata buaya ini sekitar 3 meter dengan bobot 40—70 kg, Animalia melansir. Tentunya buaya siam jadi predator puncak di habitatnya. Mangsa mereka meliputi ikan, amfibi, reptil lain, hingga mamalia kecil yang juga hidup di sekitar aliran sungai. Tak diketahui apakah mereka merupakan jenis buaya yang berkelompok atau tidak, tetapi para pejantan jauh lebih teritorial terhadap buaya lain di sekitarnya.

Populasi buaya siam di alam liar pun jadi salah satu yang paling sedikit ketimbang keluarga buaya lainnya. Diketahui kalau hanya ada 500—1.000 individu yang tersisa sehingga mereka masuk dalam kategori hewan sangat terancam punah (critically endangered) dan jumlah ini terus berkurang. Kerusakan sungai dan perburuan demi kulitnya jadi masalah serius yang harus dihadapi buaya siam.

Verified Writer

Anjar Triananda Ramadhani

Penulis artikel dengan tema sains, alam, dan teknologi | Email: anjar.triananda85@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya