TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fritz Honka, Pembunuh Berantai yang Menyasar Pekerja Seks 

Latar belakang berantakan hingga pernikahan yang bermasalah

Friedrich Gleydson "Fritz" Honka (31 Juli 1935 – 19 Oktober 1998) adalah seorang pembunuh berantai asal Jerman. (commons.wikimedia.org/Dark Moraes Amorim)

Amerika Serikat dan Inggris bukanlah satu-satunya negara yang terkenal dengan pembunuh berantainya yang kejam, seperti Ted Bundy dan Jack the Ripper. Di Jerman ada pembunuhan berantai yang sama brutal dan mengerikannya.

Pembunuh berantai dari Jerman ini telah menginspirasi film The Golden Glove (2019). Film ini mengikuti pembunuh berantai yang mengintai dan membunuh mangsanya di Hamburg pada awal 1970-an. Berdasarkan novel berjudul sama, film karya Fatih Akin ini mengisahkan laki-laki bernama Fritz Honka yang membunuh para pekerja seks.

Di dunia nyata, Honka lebih kejam daripada yang digambarkan di layar lebar. Dia telah membunuh setidaknya empat perempuan selama lima tahun, lalu memutilasinya. Meski jumlah korbannya jauh lebih sedikit daripada pembunuh berantai lainnya, tapi kisah Fritz Honka tak kalah menyeramkan.

1. Ayah Honka meninggal di kamp konsentrasi 

kamp konsentrasi Auschwitz (unsplash.com/Karsten Winegeart)

Seperti banyak pembunuh berantai pada umumnya, Fritz Honka memiliki latar belakang bermasalah. Honka lahir pada 1935 dari sembilan bersaudara. Keluarganya sangat miskin, sehingga ibunya terpaksa menitipkan Honka di panti asuhan saat dia masih kecil. Meskipun begitu, Honka masih diizinkan untuk mengunjungi keluarganya.

Sayangnya, ia sering kali mendapatkan kekerasan dari ayahnya yang bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran. Ini karena ayahnya adalah pecandu minuman keras. Ayah Honka juga seorang komunis yang ditentang di kalangan rezim Nazi yang saat itu mengambil alih Jerman. Karena hal ini pula, ia ditangkap bersama banyak komunis lainnya dan dikirim ke kamp konsentrasi, lalu meninggal di sana.

Saat kecil, Honka diintimidasi oleh anak-anak lain, karena mengalami gangguan bicara. Masalah yang menimpanya saat kecil mengikutinya hingga dewasa. Ia bahkan mengalami kecanduan alkohol seperti ayahnya.

2. Pernikahan yang berantakan sebelum akhirnya menjadi pembunuh

Ilustrasi Perceraian (IDN Times/Mardya Shakti)

Fritz Honka putus sekolah karena bekerja menjadi tukang batu. Sayangnya, pekerjaan ini tidak berlangsung lama, karena dia punya alergi dengan bahan yang digunakan dalam pekerjaan itu.

Pada usia 16 tahun, Honka menjadi buruh tani sebelum mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di galangan kapal Hamburg saat berusia 21 tahun. Di sinilah Honka bertemu Inga Bossleman. Keduanya berkencan ketika Honka berusia 22 tahun, dan mereka pun memutuskan untuk menikah. 

Seperti Honka, Bossleman adalah seorang pecandu alkohol. Masalah ini membuat mereka sering bertengkar hingga berujung dengan kekerasan. Meskipun pasangan itu dikaruniai anak, tetapi pernikahan mereka tidak bertahan lama. Bossleman meninggalkannya ketika mengetahui perselingkuhan Honka dengan perempuan lain.

Selain itu, Honka juga kehilangan pekerjaannya di galangan kapal. Akan tetapi, dia berhasil mendapatkan pekerjaan di sana lagi sebagai penjaga keamanan di malam hari. Namun, masih sering mengunjungi bar di Hamburg.

Alkoholismenya memburuk. Beberapa temannya perlahan menjauhinya karena kebiasaan minumnya yang parah ini. Ia mulai menghabiskan waktunya dengan pekerja seks untuk menghilangkan rasa kesepiannya.

Honka meminta perempuan pekerja seks itu untuk tinggal bersamanya sepanjang malam dengan imbalan alkohol dan tempat tinggal. Hanya masalah waktu sebelum pembunuh berantai dalam dirinya muncul dan pekerja seks menjadi sasarannya.

Baca Juga: 5 Pembunuh Berantai Paling Keji di Asia, Dukun Dari Indonesia Tersadis

3. Honka membunuh korban pertamanya pada 1969

Ilustrasi Garis Polisi (IDN Times/Mardya Shakti)

Gertrude Bräuer adalah seorang penata rambut berusia 40 tahun yang berjuang untuk memenuhi kehidupannya. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, ia menjadi pekerja seks paruh waktu. Begitulah cara dia bertemu Honka. Keduanya berkenalan di bar Hamburg dan Honka membayarnya untuk menemaninya pulang pada suatu malam pada 1969.

Saat fajar menyingsing, Honka sempat bertengkar dengannya, karena dia tidak mau berhubungan seks. Honka kehilangan kendali dan mencekik perempuan itu hingga tewas. Namun, kejadian ini membuat Honka kebingungan. Dia kesulitan membuang mayatnya, karena dia tidak mungkin menyeretnya keluar dari apartemen tanpa menarik banyak perhatian.

Honka memutuskan untuk memutilasi tubuhnya dan mengubur sebagian jenazahnya. Dia pun menyembunyikan sisanya di loteng gedung apartemen. Butuh satu tahun, ketika para pekerja menemukan bagian tubuh perempuan yang telah dikubur Honka. Bagian tubuh itu berhasil diidentifikasi, tetapi tidak ada yang tahu bahwa Honka sebagai tersangkanya.

Di lain waktu, Honka memikat pekerja seks ke apartemennya, tetapi perempuan ini berhasil melarikan diri. Hal ini menyebabkan Honka didakwa melakukan pemerkosaan. Pada 1974, dia mengulangi hal yang sama, merenggut tiga nyawa lagi sampai penangkapannya pada 1975.

4. Honka tertangkap karena kebakaran di gedung apartemennya

Ilustrasi Kebakaran (IDN Times/Mardya Shakti)

Korban Fritz Honka setelah Gertrude Bräuer adalah Anne Beuschel yang berusia 50 tahun, ia dibunuh pada Agustus 1974. Frieda Roblick yang berusia 57 tahun dibunuh pada Desember 1974. Ada juga Ruth Schult yang berusia 52 tahun dibunuh pada Januari 1975. Semua korbannya adalah seorang pekerja seks dan tewas karena dicekik oleh Honka.

Honka kembali memutilasi tubuh mereka di apartemennya dan menyembunyikan jenazah di loteng. Tetangga dari gedung apartemennya mengeluhkan bau busuk yang menyengat, sehingga membuat polisi menanyakan hal ini kepada Honka.

Honka memberi tahu pihak berwenang bahwa bau busuk itu berasal dari makanan yang biasa dimasak oleh tetangganya yang lain. Polisi mempercayainya, tetapi setelah itu Honka menggunakan pewangi untuk membantu menutupi bau mayat yang membusuk.

Suatu malam, ketika Honka sedang bekerja di galangan kapal, takdir mengungkapkan kekejiannya secara tidak biasa. Kebakaran terjadi di gedung apartemennya yang disebabkan oleh lilin yang ditinggalkan oleh salah satu tetangganya. Petugas pemadam kebakaran menemukan bagian-bagian tubuh dari beberapa perempuan. Namun, siapa yang membunuh mereka?

Polisi tahu bahwa siapa saja yang tinggal di gedung apartemen itu memiliki akses ke loteng. Akan tetapi, mereka mencurigai Honka, karena penangkapan Honka sebelumnya yang melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pekerja seks atau fakta bahwa tubuh Bräuer telah ditemukan sangat dekat dari lokasi tersebut beberapa tahun sebelumnya.

Honka menyerah di bawah tekanan interogasi dan mengaku membunuh keempat perempuan itu. Dia tidak memberikan motif pembunuhan itu tetapi memberi tahu polisi bahwa Jack the Ripper menyuruhnya untuk membunuh. 

Baca Juga: 12 Pembunuh Berantai yang Beraksi di Masa Perang

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya