TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Senyawa CFC, Bahan Kimia Penuh Manfaat yang Merusak Lingkungan

Berkontribusi besar dalam penipisan lapisan ozon

ilustrasi pelepasan senyawa berbahaya ke atmosfer (pexels.com/Marcin Jozwiak)

Apakah kamu pernah mendengar kata CFC? Atau senyawa CFC? Kata atau senyawa ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, walaupun ternyata senyawa ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. CFC atau klorofluorokarbon adalah senyawa kimia yang banyak digunakan dalam berbagai produk sehari-hari seperti lemari es, pendingin ruangan, aerosol, dan busa.

Senyawa yang sering digunakan dalam berbagai produk sehari-hari ini ternyata memiliki dampak yang sangat merusak pada lingkungan. Para ahli menemukan bahwa salah satu penyebab utama penipisan lapisan ozon adalah CFC. Ingin mengetahui informasi lebih banyak terkait senyawa CFC? Yuk, simak faktanya di bawah!

1. Apa itu senyawa CFC?

ilustrasi semprotan yang mengandung CFC (unsplash.com/Mockup Free)

Dilansir laman Britannica, CFC atau klorofluorokarbon adalah salah satu dari beberapa senyawa organik yang terdiri dari karbon (C), fluorin (F), dan klorin (CI). Senyawa ini juga dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Freon, yaitu merek dagang milik perusahaan Du Pont.

CFC awalnya dikembangkan untuk refrigeran atau zat fluida yang berfungsi sebagai pendinginan pada sistem penyejuk udara selama tahun 1930-an. Senyawa ini juga diguakan sebagai sistem semprot aerosol, pelarut, dan agen peniup busa. Senyawa CFC sangat cocok diterapkan pada benda-benda sehari-hari karena tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Walaupun begitu, ternyata senyawa ini memiliki dampak negatif yang cukup serius terhadap lingkungan.

2. Sejarah penggunaan senyawa CFC

ilustrasi sejarah pengguaan senyawa CFC (wikimedia.org/Snoopywv)

Pada akhir tahun 1800-an, barang-barang pendingin seperti kulkas menggunakan gas beracun ammonia, metil klorida, dan sulfur dioksida sebagai refrigeran atau pendinginnya. Setelah serangkaian kecelakaan fatal pada tahun 1920-an ketika senyawa metil klorida mengalami kebocoran, tiga perusahaan Amerika yaitu Frigidaire, General Motors, dan Du Pont mulai melakukan penelitian untuk mencari senyawa alternatif.

Pada tahun 1928, Thomas Midgley Jr. dari General Motors mencetuskan senyawa CFC untuk pertama kalinya, sebagai senyawa kimia yang lebih aman dan mudah untuk digunakan sebagai pendingin. Lalu, di tahun 1930, General Motors dan Du Pont membentuk Kinetic Chemical Company untuk memproduksi Freon (merk CFC dari perusahaan Du Pont) dalam jumlah besar. Selama tahun 1950-an hingga awal tahun 1960-an, CFC menjadi solusi yang murah dan aman untuk pendingin udara di banyak mobil, rumah, dan gedung perkantoran.

3. CFC untuk produk sehari-hari

ilustrasi pendingin ruangan sebagai salah satu produk CFC (unplash.com/Illia Horokhovsky)

CFC atau klorofluorokarbon adalah bahan kimia tidak beracun dan tidak mudah terbakar yang mengandung atom karbon, klorin, dan fluorin. Dilansir laman NOAA, senyawa kimia ini banyak digunakan dalam pembuatan semprotan aerosol, bahan peniup busa dan bahan pengemas, bahan pelarut, dan sebagai zat pendingin (refrigeran).

Contoh benda sehari-hari yang menggunakan senyawa CFC adalah lemari es, pendingin ruangan, semprotan rambut, deodoran semprot, dan obat-obatan. Walaupun memiliki banyak manfaat di kehidupan sehari-hari, manfaat tersebut tidak sebanding dengan dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan atas penggunaan CFC. Hingga pada tahun 1987, banyak negara sudah merasakan dampak CFC pada lingkungan dan memutuskan mengurangi penggunaan dari senyawa ini.

4. Dampak senyawa CFC terhadap lingkungan

ilustrasi dampak penggunaan senyawa CFC (unsplash.com/Patrick Hendry)

Pada tahun 1974, dua ahli kimia asal California yaitu Profesor F. Sherwood Rowland dan Dr. Mario Molina, menunjukkan bahwa CFC bisa menjadi sumber utama klorin anorganik di stratosfer. Selain itu, CFC juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap penipisan ozon dan pemanasan global.

Ozon adalah gas yang terletak di stratosfer yang berguna untuk menyerap radiasi ultraviolet berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan biologis pada tumbuhan dan hewan. Hilangnya lapisan ozon di stratosfer akan menghasilkan lebih banyak radiasi ultraviolet berbahaya yang mencapai permukaan bumi. Radiasi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kanker kulit, katarak, hingga penurunan sistem kekebalan tubuh.

Verified Writer

Alifya Putri

Bibliophile

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya