Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitam

Hidupnya digempur dengan berbagai intimidasi

Jika membahas tentang aktivis hak-hak sipil yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah, tentunya nama Rosa Parks sudah tidak asing lagi, ya. Kebanyakan dari kita pasti tahu bahwa Rosa Parks tidak mau pindah dari kursi bus yang didudukinya saat supir memintanya untuk memberikan kursi itu kepada penumpang kulit putih (terkait masalah pemisahan ras kala itu). Namun, ini hanya secuil kisah kehidupan Rosa Parks.

Rosa Parks lahir di Tuskegee, Alabama, Amerika Serikat pada 4 Februari 1913. Ia putus sekolah karena neneknya sakit parah. Pengalamannya yang dipenuhi dengan kekerasan dan diskriminasi sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil.

Rosa Parks pernah berkata, "Saya tidak lelah secara fisik, atau tidak lelah dari biasanya di penghujung hari kerja. Tidak, satu-satunya rasa lelah yang saya alami adalah lelah menyerah."

1. Masa kecil Rosa Parks yang sangat memilukan

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitampotret Rosa Parks saat muda (commons.wikimedia.org/Bnicolejordan)

Masa kecil Rosa Parks sangat menyeramkan. Ia mengenang kejadian saat duduk di malam hari di dalam rumah bersama kakeknya yang memegang senjata. Mereka mendengarkan Ku Klux Klan--kelompok supremasi kulit putih yang membenci orang-orang kulit hitam--yang melakukan pawai di malam hari sambil berteriak, seolah-olah menindas orang-orang kulit hitam.

Dilansir The Washington Post, kakek Parks yang bernama Sylvester Edwards, adalah putra seorang pemilik perkebunan berkulit putih. Rosa Parks menulis, "Saya ingin melihatnya (kakeknya) membunuh seorang Klu-Kluxer (anggota Ku Klux Klan). Dia (kakeknya) menyatakan bahwa orang pertama yang menyerang rumah kami pasti akan mati."

Masa kecil Rosa Parks diselingi dengan kekerasan dan ancaman. Parks tahu betul mengapa dia diintimidasi. Saat berusia 10 tahun, Parks didorong oleh seorang anak laki-laki berkulit putih, dan dia melawannya, "Saya mengambil batu bata dan menantang dia untuk memukul saya. Dia berpikir lebih baik pergi," tulisnya.

Rosa Parks menikah dengan Raymond Parks di usia 19 tahun. Ia sangat mencintai suaminya. Pasalnya, Raymond bukan saja cinta sejati dalam hidupnya, tapi dia juga memiliki semangat yang sama untuk menegakkan keadilan sosial.

2. Alasan mengapa Rosa Parks melanggar aturan dan menolak memberikan kursinya untuk penumpang kulit putih

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit HitamPatung Rosa Parks di National Civil Rights Museum, Memphis, Tennessee, AS. (commons.wikimedia.org/Lieske Leunissen-Ritzen)

Banyak yang mengira bahwa tindakan Rosa Parks yang suka melanggar aturan, terutama yang menyudutkan orang-orang kulit hitam, adalah tindakan yang spontan. Namun, sebenarnya tidak. Para pemimpin hak-hak sipil setempat sudah lama ingin menentang peraturan kota yang mengharuskan penumpang berkulit hitam duduk di bagian belakang bus. Jika bagian depan bus sudah penuh diisi orang kulit putih, maka orang-orang kulit hitam yang di bagian belakang bus harus memberikan kursi mereka kepada orang kulit putih.

Kejadin itulah yang menimpa Rosa Parks. Saat sedang duduk di baris pertama dari bagian kursi berwarna, kursi yang diperuntukan orang-orang kulit berwarna atau kulit hitam di bus, Parks disuruh bangun dan memberikan kursi tersebut untuk penumpang berkulit putih. Namun, Rosa Parks menolak untuk pindah. Parks akhirnya ditangkap dan aksi boikot bus pun dimulai.

Berdasarkan laporan History, aksi protes ini bukanlah yang pertama. Pasalnya, aturan ini cukup ketat dan mempersulit penumpang kulit hitam. Jadi, penumpang kulit hitam diharuskan membayar bus melewati pintu depan. Lalu, mereka harus turun kembali dari pintu depan bus dan masuk ke dalam bus melalui pintu belakang. Ribet, kan.

Pada 12 Agustus 1950, seorang laki-laki dari Montgomery bernama Hilliard Brooks naik salah satu bus kota. Dia membayar ongkosnya dan berjalan ke bagian belakang bus tanpa keluar dulu dari pintu depan. Brooks pun melewati seorang remaja kulit putih di dalam bus.

Sopir bus yang melihat aksinya itu langsung meneriakinya untuk turun dari bus dan masuk kembali lewat pintu belakang bus. Hilliard Brooks mengatakan bahwa dia tidak menyakiti siapa pun, dan dia hampir sampai ke kursi bagian belakang. Jadi mengapa harus turun.

Sopir bus tersebut memanggil seorang petugas polisi di dekatnya dan mereka menyeret serta memukuli Hilliard Brooks dengan pentungan. Lalu Brooks ditendang keluar dari pintu bus ke jalanan. Parahnya lagi, petugas polisi itu menembak dan membunuh Brooks. Rosa Parks yang mengetahui kabar tersebut, tentu sangat prihatin. Petugas polisi itu pun tidak pernah dituntut.

3. Rosa Parks terinspirasi dari seorang gadis berusia 15 tahun

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitampotret Claudette Colvin di usia 13 tahun pada 1953. (commons.wikimedia.org/The Visibility Project, Claudette Colvin)

Rosa Parks bukanlah orang pertama yang menentang undang-undang bus, yaitu Hukum Jim Crow, yang sangat diskriminatif di Montgomery, Alabama. Pada 2 Maret 1955, seorang gadis berusia 15 tahun bernama Claudette Colvin melakukan hal serupa.

Saat itu, Colvin dan tiga teman sekolahnya diminta menyerahkan kursi mereka kepada penumpang berkulit putih, tetapi mereka menolak. Dua petugas polisi pun datang. Petugas polisi itu pun melempar buku-bukunya ke lantai, menyeretnya keluar dari bus, dan memasukkannya ke dalam mobil polisi. Di dalam mobil polisi, Colvin mengalami pelecehan verbal.

Colvin mengatakan, "Saya takut mereka akan memukul saya dengan pentungan mereka. Mereka melakukan pelecehan verbal kepada saya, dan mengatakan hal senonoh tentang payudara saya. Saya bisa saja diperkosa."

Setelah kejadian itu, Colvin ditahan di penjara, sampai ibu dan pendeta datang untuk mengeluarkannya. Colvin mengatakan kepada BBC bahwa keluarganya takut mereka akan menjadi sasaran karena tindakan Colvin. Ayahnya pun ketar-ketir di rumah, takut jika anggota KKK membobol rumah mereka.

Rosa Parks sangat menyadari tindakan yang dilakukan Claudette Colvin. Parks akhirnya memelopori penggalangan dana untuk kasus Colvin. Di pengadilan, Colvin dinyatakan bersalah karena dianggap melakukan penyerangan. Artinya, kasus tersebut tidak lagi ada hubungannya dengan segregasi. Setelah itu, Parks mengajak Colvin aktif di Dewan Pemuda setempat.

4. Rosa Parks sudah lama aktif di organisasi NAACP sebelum aksi protesnya di bus

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit HitamPemimpin NAACP, Henry L. Moon, Roy Wilkins, Herbert Hill, dan Thurgood Marshall pada 1956 dengan memegang poster NAACP di Mississippi. (commons.wikimedia.org/Al Ravenna)

Sebelum aksi penolakannya di bus Montgomery pada bulan Desember 1955, Rosa Parks sudah menjabat sebagai aktivis hak-hak sipil selama bertahun-tahun lamanya. Selain itu, suaminya, Raymond Parks adalah anggota lama The National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) Montgomery, yang bergabung pada 1934.

Berdasarkan keterangan City University of New York yang menulis biografi Rosa Parks, Raymond awalnya tidak setuju jika Rosa Parks menjadi aktivis. Sebab ia menganggap bahwa hal itu terlalu berbahaya. Akan tetapi, dia akhirnya setuju karena banyak teman perempuan Rosa Parks yang juga menjadi aktivis.

Rapat aktivis pertama yang dihadiri Rosa Parks terjadi pada 1943. Pada pertemuan itu, ia terpilih sebagai sekretaris cabang. Selama 10 tahun berikutnya, Rosa Parks dan E D Nixon bekerja sama untuk menyuarakan ketidakadilan dari orang-orang kulit hitam yang dibungkam.

Saat Rosa Parks memulai kembali cabang pemuda di organisasinya dan mendorong protes damai, sebagian besar tugasnya adalah mencatat insiden kekerasan dan diskriminasi. Dengan harapan bahwa pada suatu saat nanti, mereka bisa memberikan keadilan bagi para korban.

5. Rosa Parks menjadi penyelidik untuk kasus pelecehan seksual

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitamilustrasi perempuan menghentikan sesuatu (unsplash.com/Nadine Shaabana)

Tugas Rosa Parks di The National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) adalah sebagai seorang penyelidik dalam kasus pelecehan seksual. Kasus yang pernah ia alami sendiri. Pasalnya, pada 1931, Parks menjadi korban percobaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh tetangganya yang berkulit putih.

Rosa Parks menerima banyak aduan dan cerita pahit dari para korban. Salah satunya yang terjadi pada 1944. Seorang perempuan berusia 24 tahun bernama Recy Taylor diculik dan diperkosa oleh enam laki-laki. Beberapa hari kemudian, setelah menerima laporan, NAACP Montgomery meminta Rosa Parks untuk menyelidikinya.

Enam laki-laki tersebut mengancam akan membunuh Recy Taylor jika Taylor memberitahukan hal ini kepada siapapun. Namun, teman-teman Taylor sendiri yang melihat ia diculik. Mereka menyaksikan Taylor sedang dipaksa masuk ke dalam mobil. Mereka pun melaporkan apa yang terjadi. Meskipun berhasil ditangkap, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil diadili.

Rosa Parks mencari tahu alasannya. Seorang sheriff memberi tahu Parks  bahwa mereka tidak ingin memperpanjang masalah ini dan memilih jalur damai. Karena kesal, Rosa Parks akhirnya membentuk Alabama Committee for Equal Justice untuk Ny. Recy Taylor. Kasus ini pun menjadi berita nasional. Meskipun para tersangka sudah diselidiki beberapa kali, tetapi anehnya tidak ada yang diadili. Baru pada 2011, negara bagian Alabama mengeluarkan permintaan maaf atas kesalahan mereka.

6. Rosa Parks turun tangan dalam membantu kasus Scottsboro Boys

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit HitamRosa Parks terlihat bersama Dr. Martin Luther King Jr pada 1955 (commons.wikimedia.org/Ebony Magazine/Unknown author)

Rosa dan Raymond Parks bertemu pada 1931. Mereka menikah pada 1932, tepat di tengah-tengah kasus pengadilan yang besar. Kasus ini pun dinamakan Scottsboro Boys. Pada 1931, polisi menangkap sembilan remaja kulit hitam yang usianya mulai dari 13 sampai 19 tahun. Mereka dikeroyok massa di kereta barang Southern Railroad karena dua penumpang perempuan berkulit putih menuduh mereka melakukan pemerkosaan.

Massa yang marah berusaha menyerang mereka. Namun, Garda Nasional Alabama segera turun tangan dan menghentikan aksi main hakim sendiri. Delapan orang terduga dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Sementara nasib Leroy Wright yang baru berusia 13 tahun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Sementara itu, Rosa Parks yang baru saja menikah turun ke lapangan untuk membela hak-hak dari anak tersebut. Raymond Parks mengunjungi anak-anak lelaki itu di penjara, membawakan mereka makanan, dan memberi mereka harapan. Sementara itu, dua anak ditemukan tewas karena dibunuh. Sejak pembelaan yang dilakukan Raymond, polisi pun mengintimidasinya.

Salah satu perempuan yang menuduh sembilan anak laki-laki yang melakukan pelecehan seksual akhirnya menarik kembali kesaksiannya. Perempuan ini justru menjadi saksi untuk membela anak-anak laki-laki itu. Pada 2013, The New York Times melaporkan bahwa tiga tersangka diberikan pengampunan secara anumerta.

Baca Juga: 5 Atlet Muslim Kulit Hitam Paling Populer dan Berpengaruh

7. Rumah tetangga Rosa Parks dibom oleh Ku Klux Klan

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitamgambaran Ku Klux Klan di Muncie, Indiana, pada 1922 (commons.wikimedia.org/William Arthur Swift)

Ancaman dari kelompok seperti Ku Klux Klan (KKK) selalu ada dalam kehidupan Rosa Parks. Pada 1957, salah satu rumah tetangganya dibom oleh organisasi radikal tersebut. Pasalnya, tetangganya yang bernama Pendeta Robert dan Jeannie Graetz, adalah pemimpin gerakan hak-hak sipil di wilayah tersebut.

Sementara itu, keluarga Graetz sendiri sedang berada di rumah pada saat ledakan terjadi. Atap dan jendela rumah mereka hancur. Setelah ledakan, Rosa dan Raymond Parks datang ke lokasi, membantu mengevakuasi dan membersihkan rumah itu. Mereka yang bersalah pun telah ditangkap, namun orang-orang tersebut dinyatakan tidak bersalah.

Ini kali kedua rumah mereka dibom: yang pertama terjadi pada 1956, tidak lama setelah Rosa Parks melakukan aksi protesnya di bus. Keluarga Graetze, kata The Birmingham Times, yakin bahwa mereka termasuk dalam daftar sasaran KKK karena mereka adalah pasangan kulit putih yang membela hak-hak orang kulit hitam.

“Kami juga memilih untuk tinggal di antara kawanan kami, dan kemudian kami secara terbuka mendukung desegregasi bus Montgomery yang dimulai pada 1955. Karena alasan tersebut, kami menjadi sasaran.” ungkap Jeannie Graetz. 

Rosa Parks mendokumentasikan insiden pengeboman tersebut dalam sebuah surat. Surat itu akhirnya dibeli oleh keluarga Graetze dalam sebuah lelang beberapa tahun kemudian. Lalu, surat itu diberikan kepada Universitas Negeri Alabama sebagai bentuk dokumentasi sejarah.

8. Rosa Parks tidak diterima di masyarakat setelah ditangkap polisi atas aksi protesnya

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit HitamRosa Parks saat sedang diambil sidik jarinya pada 22 Februari 1956 oleh Letnan D.H. Lackey. Parks didakwa sebagai pemimpin boikot bus di Montgomery. (commons.wikimedia.org/Adam Cuerden/Gene Herrick)

Rosa Parks menulis tentang perasaannya yang kesepian setelah penangkapannya akibat aksi protesnya di bus. Dia merasa bersalah karena keluarganya justru menanggung beban akibat tindakannya itu.

Setahun setelah penangkapannya, aksi protesnya yang blak-blakan membuat hubungannya dengan rekan kerjanya menjadi renggang. Akhirnya, Rosa Parks harus kehilangan pekerjaannya di department store Montgomery Fair. Menurut keponakannya, Urana McCauley, "Dia (Rosa Parks) kecewa karena rekan kerjanya yang berkulit hitam tidak mau berbicara dengannya. Orang-orang berhenti berbicara dengannya."

Suami Rosa Parks juga berhenti dari pekerjaannya sebagai tukang cukur di Pangkalan Angkatan Udara Maxwell karena dia tidak boleh membahas tentang istrinya. Setelah kejadian itu, tidak ada seorang pun yang mau mempekerjakan mereka. Montgomery Improvement Association, organisasi yang mengoordinasi boikot bus pun bahkan tidak mau menerima kehadiran mereka berdua. Merasa sudah tidak diterima, Rosa Parks dan suaminya tidak punya pilihan selain meninggalkan Montgomery menuju Virginia demi melanjutkan hidup.

9. Setelah diancam, keyakinan Rosa Parks untuk menegakkan keadilan sempat goyah

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit Hitampotret Rosa Parks (commons.wikimedia.org/John Mathew Smith)

Setelah protes yang dilakukan Rosa Parks, ada sebagian masyarakat yang mulai menyebarkan rumor tentang dirinya. Dia dituduh bukan orang berkulit hitam, dituduh punya mobil, dan bahkan tidak harus naik bus. Aksi protesnya dianggap mencari sensasi saja. Lalu, Rosa Parks juga menerima ancaman.

Rosa Parks menulis, "Ada orang yang menelepon dan mengatakan ingin memukuli dan membunuh saya, karena saya membuat banyak masalah. Lalu ia tertawa di akhir percakapan sebelum menutup telepon."

Namun, Rosa Parks tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk tetap membela hak-hak sipil. Akan tetapi, saat suaminya semakin tenggelam dalam depresi karena ancaman yang terus berdatangan, Parks dilanda keraguan yang cukup besar.

10. Rosa Parks pindah ke Detroit

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit HitamRosa Parks setelah menerima penghargaan dari Presiden Bill Clinton pada 1996 di Washington D.C. (commons.wikimedia.org/John Mathew Smith)

Saat pertama kali mencari pekerjaan di Virginia, Rosa Parks memilih tinggal di Detroit. Dia bekerja sebagai penjahit. Dilansir Biography, saat momen inilah ia terserang tumor dan menjalani operasi. Lalu, Parks dirawat karena maag akut akibat stres parah.

Pada 1960, Rosa Parks hidup dalam kemiskinan dan terlilit utang. Di lain sisi, sakit maag dan tumor tenggorokan yang dideritanya memperparah kondisi hidupnya. Namun, pada 1961, kondisi hidupnya mulai membaik.

Suaminya mempunyai pekerjaan tetap. Rosa Parks akhirnya perlahan sembuh dari penyakitnya dan terus bekerja sebagai penjahit. Pada saat yang sama, dia tetap bersuara dalam gerakan hak-hak sipil.

Pada 1964, Parks menjadi sukarelawan untuk tim kampanye kongres John Conyers. Conyers sangat kagum dengannya. Jadi saat Conyers memenangkan kursinya di kongres, dia mempekerjakan Parks sebagai asistennya. Conyers dan Parks tetap menjalin hubungan persahabatan, bahkan setelah dia pensiun pada 1988.

John Conyers mengatakan, "Nyonya Parks selalu bersama saya di awal karier saya. Oleh karena itu, saya adalah salah satu dari sedikit orang yang beruntung. Saya mendapat kehormatan untuk bisa memanggilnya kolega saya, dan juga teman saya."

11. Rosa Parks pernah kerampokan sekaligus dibantu orang yang dermawan

Perjuangan Rosa Parks demi Menegakkan Keadilan bagi Orang Kulit HitamRosa Parks meninggal pada 24 Oktober 2005, di Detroit, Michigan. Rosa Parks disemayamkan di Capitol Rotunda. (commons.wikimedia.org/USCapitol)

Pada 1994, The New York Times memuat artikel yang menunjukkan bahwa di usia 81 tahun, rumah Rosa Parks dirampok dan diserang oleh seseorang tak dikenal. Menurut laporan itu, seorang laki-laki mendobrak pintu belakang rumahnya di Detroit. Parks yang memergoki perampok itu justru mengalami kekerasan fisik.

Setelah itu, perampok tersebut melarikan diri dengan membawa uang 50 dolar AS atau setara Rp800 ribu. Petugas medis yang datang ke rumah Rosa Parks segera membawanya ke rumah sakit. Parks akhirnya dirawat karena mengalami luka di wajahnya.

Insiden tersebut menarik perhatian seorang hakim federal bernama Damon Keith, yang juga merupakan penduduk asli Detroit. Dia mencari tempat tinggal yang lebih aman untuk Rosa Parks di sebuah Apartemen Riverfront di kota itu. Cerita itu pun dimuat di surat kabar, sampai salah satu orang yang membaca artikel tersebut menghubungi Keith dan dengan sukarela membayar tagihan perumahan Parks tanpa batas waktu.

Orang itu adalah Mike Ilitch, tulis CNN, pendiri Little Caesars. Mulai tahun 1994, Ilitch diam-diam terus membayar sewa rumah Rosa Parks sampai kematian Parks. Pada 2004, Rosa Parks didiagnosis menderita demensia progresif. Sayangnya, dia meninggal di apartemennya di Detroit pada 24 Oktober 2005.

Kisah Rosa Parks tentunya sangat menginspirasi banyak orang. Keberaniannya membela hak-hak warga kulit hitam tentunya memiliki pengaruh besar hingga hari ini. Tanpa orang-orang seperti Rosa Parks, mungkin segregasi ras masih ada hingga hari ini.

Baca Juga: 5 Tokoh Aktivis Kulit Hitam Abad Ke-20 yang Mengubah Pandangan Dunia

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya