Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?

Selain hewan, benarkah manusia berada di ambang kepunahan?

Segala sesuatu yang ada di Bumi ini mempunyai tujuan dan segala sesuatu di setiap ekosistem itu saling terkait. Jadi, adanya perubahan populasi pada satu spesies hewan atau tumbuhan dapat memengaruhi lingkungan spesies tersebut secara drastis. Mirisnya, kepunahan hewan bukanlah fenomena ekologi baru, lho.

Dinosaurus, mamut, harimau bertaring tajam, dan burung dodo merupakan hewan yang sudah punah sejak berabad-abad atau bahkan jutaan tahun yang lalu. Kita seolah berpikir bahwa hewan hanya punah pada masa lalu, tapi sebenarnya tidak. Nyatanya, jika banyak hewan yang mati pada tingkatan parah, kepunahan hewan tersebut bisa kembali terjadi.

Lantas, bagaimana jika semua jenis hewan di dunia ini punah? Apa dampaknya bagi manusia? Apa umat manusia akan menjadi vegetarian? Atau kepunahan hewan ini juga berdampak bagi berbagai aspek kehidupan?

1. Ada banyak faktor terjadinya kepunahan hewan

Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?ilustrasi dua ekor kera yang habitatnya rusak karena kebakaran hutan (pixabay.com/pixundfertig)

Seperti yang kita tahu, Bumi sedang kewalahan menghadapi perubahan iklim yang terjadi saat ini. Meningkatnya suhu tentu saja berdampak pada kekeringan dan bencana alam. Hal ini bersamaan dengan degradasi habitat akibat pembangunan manusia, terutama penggundulan hutan dan kebakaran hutan. Ada juga eksploitasi yang berlebih karena perburuan liar dan penangkapan ikan yang berlebihan. Terakhir, ada polusi. Semuanya merupakan penyebab utama kepunahan hewan.

Council on Foreign Relations melaporkan bahwa wilayah yang berukuran lima kali Kota New York telah musnah hanya dalam waktu 6 bulan pada 2022, tepatnya di hutan hujan Amazon. Hewan seperti jaguar, kungkang, katak, lumba-lumba sungai, dan monyet hanyalah sebagian kecil satwa liar yang hidup di hutan hujan ini. Tentu saja habitat mereka rusak karena aktivitas yang dilakukan manusia.

Pembangunan ekonomi di seluruh dunia, terutama agar manusia bisa mengakses sumber daya alam, justru merusak ekosistem alam dan habitat makhluk hidup di dalamnya. Manusia tidak memikirkan dampaknya secara berkelanjutan. Hal ini pun mengurangi habitat satwa liar di hutan.

Pemburu liar atau pemburu tanpa izin resmi juga membunuh hewan dan menjual bagian tubuh hewan di pasar ilegal. Gading gajah, badak bercula, dan kulit harimau merupakan bagian tubuh hewan yang paling diminati. Anehnya, Facebook malah melanggengkan penjualan produk-produk dari hewan tersebut, sebagaimana yang dijelaskan The New York Post.

2. Pentingnya keanekaragaman hayati

Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?ilustrasi serigala (pixabay.com/Papafox/Peter Fischer)

Kepunahan hewan bukan sekadar bahwa manusia tidak bisa lagi melihat dan mengagumi semua hewan yang ada di Bumi. Faktanya, kepunahan hewan juga berdampak pada lingkungan hidup manusia. Pasalnya, segala sesuatu yang ada di Bumi ini mempunyai tujuan bagi lingkungannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tumbuhan sangat penting untuk menghasilkan oksigen. Namun, keberadaan hewan juga tak kalah penting bagi keberlangsungan hidup manusia, lho.

Keanekaragaman hayati mengacu pada keanekaragaman makhluk hidup. Hal ini mencakup keanekaragaman genetika, spesies, dan ekosistem. Dikutip Australian Museum, ada lebih dari 13 juta spesies tumbuhan dan hewan yang ada di Bumi. Wilayah-wilayah yang memiliki keberagaman yang paling berpengaruh adalah Australia, hutan hujan Amazon di Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Bahkan, serangga dan cacing yang sangat kecil pun menjadi faktor dalam keanekaragaman hayati.

Contoh keanekaragaman hayati ini ialah serigala di Taman Yellowstone—taman nasional pertama di Amerika Serikat. Sayangnya, serigala Yellowstone ini diburu hingga hampir punah. Sebagai predator utama di ekosistem Yellowstone, berkurangnya jumlah mereka membuat populasi herbivor seperti rusa mengalami peningkatan.

Nah, terlalu banyak rusa menyebabkan berkurangnya pohon dedalu (willow) dan pohon aspen di tepi sungai—yang merupakan makanan kesukaan rusa. Akibatnya, burung penyanyi juga terganggu karena pohon dedalu dan aspen merupakan habitat mereka. Selain itu, berkurangnya tanaman ini bisa menyebabkan erosi di dekat perairan. Hilangnya habitat burung juga membuat serangga seperti nyamuk jadi semakin banyak. Hal itu lantaran nyamuk adalah sumber makanan utama bagi burung. Tentu saja ini merupakan reaksi berantai yang merusak sampai ketika serigala Yellowstone berkembang biak kembali pada 1995. Taman Yellowstone lalu kembali pulih dan seimbang.

3. Kepunahan satu spesies hewan ternyata dapat memicu efek domino

Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?demo terhadap kepunahan hewan di Amerika (commons.wikimedia.org/Nick Doty)

Pada 2018, Scientific Reports menerbitkan penelitian berjudul "Co-Extinctions Annihilate Planetary Life during Extreme Environmental Change". Studi ini memperlihatkan reaksi berantai yang terlihat di Yellowstone setelah populasi serigala mengalami penurunan yang ekstrem.

“Karena semua spesies terhubung dalam jaringan kehidupan, makalah kami menunjukkan bahwa bahkan spesies yang paling toleran pun pada akhirnya akan punah ketika spesies yang kurang toleran—yang menjadi sandaran mereka—menghilang,” kata penulis studi ini yang bernama Dr. Giovanni Strona.

Rekan penulisnya, Corey JA Bradshaw menggambarkan efek domino ini sebagai kepunahan bersama. Strona dan Bradshaw menyalahkan perubahan iklim sebagai penyebab utama di balik kepunahan hewan pada abad ke-21 ini.

Nah, yang perlu kita sadari sebagai manusia ialah meski manusia sudah jauh dari alam karena pertumbuhan kota, kita masih bergantung pada alam untuk mendapatkan lahan yang subur, air minum yang bersih, dan udara untuk bernapas. Oleh sebab itu, satwa liar merupakan sumber utama dan pemegang kendali penuh atas faktor-faktor yang diperlukan bagi kehidupan manusia. "Kepunahan bersama" dapat memusnahkan kehidupan dalam suatu ekosistem, termasuk kehidupan manusia. 

Baca Juga: 5 Fakta Terunik Kungkang, Ada Bahaya Mematikan di Balik Pesonanya!

4. Keberadaan hewan memengaruhi tanah dan tanaman secara positif

Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?ilustrasi gajah dan manusia (pixabay.com/Sasin Tipchai/sasint)

Faktor penting di balik perubahan iklim ialah banyaknya karbon dioksida di atmosfer. Senyawa kimia inilah yang membuat suhu Bumi naik. Tumbuhan menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari udara. Namun, para hewan, khususnya mamalia, juga mengeluarkan karbon.

Menurut penelitian yang diterbitkan Frontiers pada 2020 berjudul "Can Animal Biodiversity Help the Climate?" menunjukkan korelasi antara jumlah mamalia dalam suatu ekosistem dapat meningkatkan jumlah karbon yang tersimpan di tanah dan pohon. Seperti yang kita tahu, mamalia memakan buah-buahan, dedaunan, dan bunga. Jadi, hewan mamalia memengaruhi konsentrasi karbon pada tumbuhan dengan memakan tanaman. Oleh karena itu, mamalia memfasilitasi pergerakan karbon. Kesimpulannya, populasi hewan dapat membantu mengurangi karbon dioksida di udara.

5. Menurunnya populasi lebah sudah sangat mengkhawatirkan dan manusia di ambang kepunahan

Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?ilustrasi lebah (pixabay.com/Annette Meyer/Nennieinszweidrei)

Lebah pernah menjadi berita utama pada 2010-an karena populasi serangga ini menurun di seluruh dunia. Meski bukan satu-satunya hewan yang memengaruhi kehidupan tanaman, lebah identik dengan penyerbukan. Lebah menyerbuki bunga sehingga tanaman bisa menjadi sumber makanan bagi manusia. Inilah sebabnya mengapa Bumi membutuhkan lebah.

Mengingat dampak positif yang dimiliki hewan terhadap unsur-unsur yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup, apakah manusia akan punah jika hewan punah? Ahli biologi, Dr. Suzanne Sadedin dari Monash University, Australia, mengatakan bahwa manusia bisa punah tanpa adanya hewan.

Pasalnya, selain penyerbukan sebagai sumber makanan, kita juga akan kehilangan hutan dan padang rumput. Hal ini akan mengakibatkan perubahan iklim lebih lanjut. Dr. Sadedin mengatakan bahwa manusia merupakan dalang yang menyebabkan kepunahan hewan secara massal. Akibat ulah manusia ini, diperkirakan 30 sampai 50 persen spesies hewan akan punah pada abad mendatang.

Manusia juga tidak memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan sumber dayanya agar dapat bertahan hidup. Yang lebih buruk lagi, manusia masih saja apatis terhadap kepunahan ini. Hanya segelintir orang yang peduli untuk menjaga kesehatan Bumi pada masa depan dengan mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan.

6. Pemerintah di seluruh dunia kurang peka terhadap rusaknya Bumi dan hewan yang terancam punah

Apa yang Terjadi pada Manusia jika Hewan Punah?ilustrasi demonstrasi di London (pixabay.com/Kevin Snyman)

Setidaknya, ada beberapa orang yang peduli, misalnya pemerintah di seluruh dunia yang melarang perburuan paus sejak 1960-an. Sejak saat itu, populasi paus bungkuk kembali pulih. Namun, tidak semua lembaga pemerintah tertarik untuk memberlakukan undang-undang perlindungan satwa liar.

CNBC melaporkan bahwa dari 2016 hingga 2020, pemerintah federal Amerika Serikat menghapus kebijakan perlindungan terhadap hewan dan tumbuhan yang terancam punah. Anehnya, pemerintah AS justru mengizinkan badan-badan federal untuk melegalkan proyek konstruksi di habitat kritis demi kepentingan ekonomi. Mereka tidak peduli dengan spesies yang terancam punah di habitat tersebut. Sementara itu, di Brasil, pemerintahnya justru melemahkan penegak hukum lingkungan hidup dan memotong anggaran lingkungan hidup.

Artinya, keuntungan ekonomi dianggap lebih penting dibandingkan menjaga Bumi agar tetap layak huni untuk generasi sekarang dan masa depan. Ahli konservasi bernama Jane Goodall bertanya, "Mengapa makhluk paling intelektual [manusia] yang hidup di Bumi justru menghancurkan satu-satunya rumah yang ditempatinya?" Memang ada baiknya manusia menggunakan ilmu pengetahuannya untuk menjaga Bumi dan menggunakan teknologi yang terus berkembang ini untuk mengurangi dampak buruk dari aktivitas manusia terhadap satwa liar.

Baca Juga: 7 Fakta Terunik Ikan Trout, Jadi Inspirasi Karakter Tom di SpongeBob

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya