Pertambangan Laut Dalam, Manfaat dan Dampak pada Ekosistem

Aktivitas ekstraksi mineral dari kedalaman ribuan meter

Pertambangan adalah suatu aktivitas pengambilan sumber daya alam dari dalam bumi yang kemudian diolah kembali dan dimanfaatkan untuk kehidupan. Sumber daya alam yang ditambang dapat berupa mineral logam (emas, perak, tembaga), mineral bukan logam (batu bara, pasir, batu kapur), dan bahan bakar (minyak bumi dan gas alam). Proses pertambangan tidak hanya dilakukan di daratan dan pesisir, tetapi juga di lautan, salah satunya laut dalam (deep sea).

Pertambangan laut dalam merupakan aktivitas ekstraksi mineral dari dasar laut pada kedalaman 200 hingga 6.500 meter. Pertambangan ini biasanya dilakukan menggunakan pompa hidrolik yang membawa endapan dari laut dalam ke permukaan untuk diproses. Ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait pertambangan laut dalam? Yuk, simak faktanya di bawah!

1. Apa itu pertambangan laut dalam?

Pertambangan Laut Dalam, Manfaat dan Dampak pada Ekosistemilustrasi aktivitas pertambangan laut dalam (wikimedia.org/Askjell)

Saat ini, permintaan terhadap endapan mineral dasar laut terus meningkat. Hal ini diduga karena menipisnya endapan logam di daratan seperti tembaga, nikel, alumunium, mangan, seng, litium, dan kobalt. Permintaan terhadap logam-logam ini juga meningkat karena diperlukan untuk memproduksi berbagai teknologi seperti smartphone, turbin untuk listrik, panel surya, dan baterai.

Menipisnya mineral di daratan, membuat banyak orang mencari area pertambangan baru salah satunya laut dalam. Dilansir laman IUCN, pertambangan laut dalam adalah proses ekstraksi dan penggalian endapan mineral dari dasar laut. Proses pertambangan laut dalam ini biasanya dilakukan pada kedalaman 200 meter hingga 6.500 meter.

2. Mengapa banyak perusahaan di dunia ingin menambang laut dalam?

Pertambangan Laut Dalam, Manfaat dan Dampak pada Ekosistemilustrasi mobil listrik (wikimedia.org/Michael Movchin)

Perkiraan menunjukkan bahwa permintaan global untuk beberapa mineral meningkat sebanyak 40 persen hingga 600 persen dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini karena dunia semakin bergantung pada kendaraan listrik, baterai, dan teknologi nol-karbon lainnya.

Dilansir laman Greenpeace, banyak perusahaan di dunia ingin menambang laut dalam untuk mengekstrak logam yang nantinya akan dijual kembali untuk  keperluan industri. Logam ini dapat berupa mangan, kobalt, nikel, dan tembaga.

Perusahaan pertambangan melakukan pertambangan dasar laut untuk membuat baterai guna transisi energi dari bahan bakar fosil. Padahal, aktivitas pertambangan laut dalam sendiri merupakan aktivitas yang berpotensi dapat merusak ekosistem. Tidak hanya untuk baterai, banyak perusahaan lain juga memutuskan untuk menambang dasar laut untuk mengambil logam yang akan digunakan untuk membuat persenjataan.

Baca Juga: Jenis-Jenis Izin Pertambangan Mineral dan Batu Bara: IUP hingga IUJP

3. Bagaimana pertambangan laut dalam dilakukan?

Pertambangan Laut Dalam, Manfaat dan Dampak pada Ekosistemilustrasi aktivitas pertambangan laut dalam (wikimedia.org/Wikichops)

Pertambangan laut dalam bertujuan untuk mengambil endapan mineral berharga yang ditemukan di dasar laut. Dilansir laman World Resources Institute, di laut dalam, mineral-mineral ini terkandung dalam nodul polimetalik, sulfida polimetalik (endapan), dan kerak yang kaya akan logam. Mineral ini nantinya akan ditambang dengan mengirimkan kendaraan ke bawah untuk memanen endapan mineral tersebut.

Kendaraan pertambangan akan mengumpulkan endapan mineral dari laut dalam, layaknya traktor yang membajak ladang. Setelah itu, material tersebut akan dikumpulkan, kemudian disalurkan atau dipompa ke kapal di permukaan untuk diproses. Limbah dari hasil pemrosesan ini seperti sedimen dan material organik lainnya akan dipompa kembali ke dalam air.

4. Hukum pertambangan laut dalam

Pertambangan Laut Dalam, Manfaat dan Dampak pada Ekosistemilustrasi aktivitas pertambangan laut dalam (wikimedia.org/IGB Ingenieurgesellschaft)

Hingga Mei tahun 2022, International Seabed Authority (ISA) atau Otoritas Dasar Laut Internasional yang mengatur aktivitas di dasar laut telah menerbitkan kontrak untuk mengeksplorasi endapan mineral di laut dalam. Lebih dari 1,5 juta km dasar laut internasional telah disisihkan untuk eksplorasi mineral.

Sampai saat ini, ISA hanya baru menerbitkan kontrak eksplorasi, tetapi baru sedang mengembangkan peraturan untuk mengatur aktivitas eksplorasi laut dalam. Regulasi, standar, dan pedoman yang diperlukan untuk aktivitas pertambangan laut dalam masih jauh dari kata selesai. Oleh sebab itu, pertambangan laut dalam di perairan internasional dapat dimulai paling cepat pada tahun 2026.

5. Dampak pertambangan laut dalam terhadap lingkungan

Pertambangan Laut Dalam, Manfaat dan Dampak pada Ekosistemilustrasi keadaan ekosistem laut dalam (wikimedia.org/NOAA Ocean Exploration & Research)

Laut dalam masih belum banyak diteliti dan dipahami sehingga akan banyak kesenjangan dalam memahami tentang keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Hal ini mengakibatkan beberapa terjadinya dampak yang disebabkan dari adanya pertambangan laut dalam.

Dampak yang pertama yaitu penggalian dan pengukuran dasar laut oleh mesin dapat mengubah atau menghancurkan habitat laut dalam, sehingga menyebabkan hilangnya spesies dan fungsi ekosistem laut dalam. Ini adalah dampak langsung dari pertambangan laut dalam yang kemungkinan besar bersifat permanen.

Selain itu, pertambangan laut dalam akan mengaduk sedimen halus di dasar laut sehingga menciptakan gumpalan sedimen yang berbahaya begi spesies di laut dalam. Spesies seperti paus, tuna, dan hiu juga terkena dampak oleh kebisingan, getaran, dan polusi cahaya yang disebabkan oleh peralatan tambang dan kapal di permukaan. Terdapat pula potensi kebocoran, tumpahan bahan bakar, dan produk beracun ke laut.

Permintaan global terhadap beberapa mineral terus meningkat, sedangkan ketersediaan mineral logam di daratan semakin berkurang. Hal inilah yang membuat banyak perusahaan dan negara berencana untuk melakukan pertambangan laut dalam. Walaupun kaya akan sumber daya mineral, aktivitas pertambangan laut sendiri memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan habitat makhluk hidup laut dalam. Oleh sebab itu, daripada harus mengorbankan ekosistem laut dalam, berbagai pihak seharusnya berfokus untuk mencari dan melakukan penelitian terkait hal alternatif yang lebih berkelanjutan salah satunya dengan mendaur ulang logam yang diperkirakan oleh Bank Dunia akan meningkat secara signifikan pada tahun 2050.

Baca Juga: Bidik Segmen Pertambangan, Hexindo Rilis 2 Seri Eskavator Hidrolik

Alifya Putri Photo Verified Writer Alifya Putri

Bibliophile

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya