Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?

Campur tangan alam di balik bebasnya orang Israel

Menurut beberapa kepercayaan Abrahamik, Nabi Musa diutus oleh membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir yang berlangsung hingga lebih dari 400 tahun. Dari menurunkan 10 tulah, akhirnya Musa berhasil menggiring bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.

Salah satu cerita yang paling menakjubkan adalah saat Musa mengarahkan tangan dan tongkatnya, dan Laut Teberau pun terbelah. Reaksi beberapa orang Israel,

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?giphy.com

Saat pasukan Firaun tengah menyeberang juga, Laut Teberau kembali menyatu dan menghabisi mereka.

Para penganut kepercayaan Abrahamik pun percaya terbelahnya Laut Teberau (dalam Bahasa Inggris diartikan "Laut Merah"/Red Sea) di zaman Nabi Musa sebagai salah satu manifestasi kuasa Tuhan terbesar. Percaya atau tidak percaya, ternyata fenomena terbelahnya laut dapat dijelaskan dalam segi ilmiah. Atau begitulah para penelitinya mengklaim hal tersebut.

Disclaimer: artikel ini hanya membahas bahwa ada sebuah penelitian terhadap terbelahnya laut di zaman Nabi Musa, tidak ada anjuran untuk mempercayainya atau tidak. Selain konten dari risetnya, artikel ini juga membahas tanggapan para ilmuwan lain terkait penelitian ini. Kamu dianjurkan untuk membaca hingga akhir.

1. Menetapkan latar tempat dan waktu Nabi Musa dan bangsa Israel melewati Laut Teberau

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?wsj.com

Nabi Musa membelah Laut Teberau agar ia dan bangsa Israel dapat lolos dari kejaran armada Firaun saat itu. Namun, apakah betul, lautan yang mereka seberangi adalah Laut Merah?

Melalui penelitiannya pada 2010 berjudul "Dynamics of Wind Setdown at Suez and the Eastern Nile Delta", Carl Drews and Weiqing Han dari University of Colorado, AS, mengemukakan bahwa kejadian terbelahnya Laut Teberau di zaman Nabi Musa terjadi di sebelah utara dari Laut Merah, wilayah Delta Nil Timur, tepat di selatan Laut Mediterania.

Untuk waktunya, Drews memaparkan bahwa kejadian terbelahnya Laut Teberau terjadi kira-kira pada 1250 SM.

2. "Laut Teberau", interpretasi "Laut Merah" dari catatan sejarah bangsa Israel

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?freeenglishsites.com

Sebelum membicarakan faktor alam di balik terbelahnya Laut Merah, Drews memaparkan bahwa sebenarnya, Nabi Musa dan bangsa Israel tidak membelah laut secara harafiah. Dalam rekaman sejarah bangsa Israel, laut yang sebenarnya dilewati orang Israel disebut "Laut Teberau" (יַם-סוּף/yam suph) dalam bahasa Ibrani.

"Jadi, laut merah bukan tempat sungguhan?"

Jangan salah, Laut Merah benar-benar ada. Meskipun disebut laut, Laut Merah adalah sebuah perairan sempit dan panjang yang mengalir antara Arab Saudi di sebelah timur serta Mesir dan Sudan di sebelah barat. Kebayang kan besarnya?

Dikarenakan topografi di tempat kejadian sudah banyak berubah sejak 1250 SM (waktu Nabi Musa membelah laut), sedikit susah untuk mengetahui lokasi pastinya. Berpegang pada peta dari James Hoffmeier, seorang ahli budaya Mesir dan arkeolog dari Trinity Evangelical Divinity School berikut topografi Delta Nil Timur pada waktu itu.

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?plos.org

Jadi, Musa dan bangsa Israel menyeberang dari titik "B" ke Kedua, saat air menumpuk di Danau Tanis sehingga jembatan darat sepanjang tiga atau empat kilometer timbul di antara kedua titik ini. Sedangkan "Laut Merah" yang selama ini dikira diseberangi oleh Nabi Musa ternyata adalah Danau Tanis yang dijuluki "Laut Teberau".

"Danau Tanis adalah laguna yang dangkal, dan habitat ideal bagi tanaman papirus, sampai saat ini. Jadi, jika ingin menemukan 'laut teberau', masih ada di Danau Tanis," ujar Drews.

Yang benar ternyata bukanlah Laut Merah, melainkan Laut Teberau, menurut penelitian ini. Benarkah begitu? Baca hingga akhir.

Baca Juga: 7 Penjelasan Ilmiah Kalau Jatuh dari Gedung Tinggi Gak Langsung Mati

3. Angin yang membelah Laut Teberau

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?biblestudytools.com

Sejarah bangsa Israel mencatat bahwa Nabi Musa membelah Laut Teberau dengan mengangkat tangannya. Maka, Tuhan membuat angin timur bertiup kencang semalaman untuk membelah Laut Teberau.

Masih dengan lokasi yang sama, Drews mengatakan bahwa butuh angin yang luar biasa kencang untuk membelah air. Nah, inilah topik utama penelitian Drews dan Han.

Drews dan Han berpendapat bahwa terdapat fenomena pantai yang disebut "tolakan angin", di mana angin kencang (kurang lebih 96 km/jam) menciptakan "dorongan" pada air pantai dan menciptakan gelombang badai di satu lokasi. Sedangkan perairan timur, di arah datangnya angin, air bergerak menjauh.

Hasilnya? Air pun terbelah dan daratan kering pun timbul untuk sementara waktu.

Pada 2013, Drews juga mencatat fenomena yang sama terjadi di Danau Erie, AS, pada 2006 dan 2008 dan di Delta Nil pada 1882.

"Sama seperti badai, fenomena tolakan angin tersebut sering terjadi. Untungnya, fenomena tersebut hampir tidak pernah menyakiti orang, hanya membuat pelabuhan benar-benar kering," ujar Drews,

"anginnya membuat air bertolak dari satu tempat ke tempat lain, sehingga kering." lanjutnya lagi.

Sebagai demonstrasi, inilah video simulasi komputer menggambarkan fenomena tolakan angin di lokasi Laut Teberau:

https://www.youtube.com/embed/XZqIZqDh1ns

Dengan asumsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Nabi Musa dan bangsa Israel berhasil lolos dari kejaran Firaun dengan menyeberangi perairan yang terbelah oleh angin kencang.

Seperti yang kamu bisa lihat dari video sebelumnya, Musa dan bangsa Israel harus melewati daratan kering tersebut dalam waktu sekitar empat jam, sebelum air kembali memenuhi "jembatan" tersebut. Daratan kering tersebut merentang sepanjang 3 - 4 km dengan lebar 5 km.

4. Kesimpulan: Kitab suatu kepercayaan bukanlah sebuah rekaman sejarah yang dapat diteliti

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?hartenergy.com

Oke, jadi Drews dan Han berhasil membuktikan kalau laut yang Nabi Musa belah bukanlah Laut Merah sungguhan melainkan Laut Teberau. Bagaimana selanjutnya?

Hoffmeier mengatakan hukum taurat orang Israel memang menuliskan sejarah keluarnya Nabi Musa dan bangsa Israel dari tanah Mesir. Namun, hal tersebut bukanlah untuk dapat diteliti sebagai sejarah, melainkan sebagai peringatan.

Sembari memuji penelitian Drews dan Han, seorang peneliti fenomena atmosfer dari National Center for Atmospheric Research, Greg Holland, bahkan tidak yakin jika peristiwa tersebut benar-benar terjadi.

"Apakah peristiwa pembelahan air laut tersebut benar-benar terjadi? Kita tidak akan pernah tahu," imbuh Holland.

Dalam bukunya yang berjudul "A History of Ancient Israel and Judah" pada 1986, James Maxwell Miller mengatakan bahwa peristiwa Nabi Musa membelah Laut Teberau adalah sebuah "karya sastra buatan manusia yang lekat dengan aspek agamawi".

Lebih keras lagi, Israel Finkelstein dan Neil Ascher Silberman pada 2001 menuliskan pada bukunya, "The Bible Unearthed", bahwa kejadian tersebut hanyalah "imajinasi manusia".

Drews memang berhasil membuktikan kalau alam bermain peran penting dalam terbelahnya Laut Teberau. Namun, untuk menjelaskan faktor alam di balik sebuah mukjizat? Oh, tidak semudah itu. Sudah menjadi common sense bahwa agama dan mukjizat tak selalu bisa dijelaskan secara ilmiah.

5. Pro dan kontra penelitian Drews dan Han

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?jns.org

Setelah penelitian Drews dan Han rilis pada 2010, berbagai kecaman pun ditujukan kepada penelitian tersebut, baik dari segi tokoh agama hingga para penganut ateisme.

Dari segi tokoh agama, mereka menekankan bahwa terbelahnya Laut Teberau adalah murni kuasa Tuhan dan penelitian Drews dan Han dinilai tidak perlu, karena kuasa Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan.

Bahkan, profesor di Quartz Hill School of Theology, Jim West, menyindir bahwa para ilmuwan - yang sering kali dicap sebagai orang yang tidak percaya kuasa Tuhan - akhirnya tergoda untuk meneliti mukjizat-Nya secara ilmiah.

Mendukung opini para tokoh agama, seorang biolog dan penganut ateisme asal Amerika, P. Z. Myers, pun menganggap penelitian Drews dan Han sebagai sebuah "lelucon".

"Kalau ada seseorang yang meletakan penelitian semacam ini untuk saya kaji, hal pertama yang saya tanyakan adalah 'kamu bercanda?'" ujar Myers.

Riset Ilmiah Menjelaskan Mukjizat Terbelahnya Laut di Zaman Nabi Musa?testeverythingblog.com

Drews sendiri tidak begitu ambil pusing. Jika kamu mau tahu penelitian Drews soal Nabi Musa dan Laut Teberau lebih lanjut lagi, kamu dapat membacanya di "Between Migdol and the Sea: Crossing the Red Sea with Faith and Science", buku karangan Carl Drews yang rilis pada 2014.

Meskipun ia percaya dengan terbelahnya Laut Teberau di masa Nabi Musa, sebagai seorang ilmuwan, Drews sendiri juga percaya dengan teori evolusi Charles Darwin. Baginya, sains dan agama tidak selalu harus bertentangan.

"Kepercayaan dan sains bisa saling cocok jika kamu mau mempertimbangkan tafsiran lain dari naskah kitab tersebut," tutup Drews.

Apakah kamu setuju dengan pernyataan dan penelitian Drews? Atau tidak? Diskusi di kolom komentar dengan bijak, ya.

Baca Juga: Penjelasan Ilmiah di Balik Bergosip, Rata-rata 52 Menit per Hari loh!

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya