Ketika Penasaran Ingin Tahu Rasanya Salat Idul Fitri

Harmoni hidup di Indonesia penuh kebhinekaan

Jakarta, IDN Times - Lahir di keluarga majemuk yang sebagian besar muslim, membuat saya sebagai pemeluk agama nasrani, memahami bagaimana indahnya Bulan Suci Ramadan

"Syahru Ar-Rahmah," begitu kata Mbah Buyut memberikan pemahaman kepada saya sewaktu kecil bahwa sejatinya Ramadan merupakan bulan yang penuh rahmat.

Namun sayangnya, julukan itu baru bisa saya pahami semenjak menginjak umur dewasa. Bahwa rahmat dari Sang Khalik nyatanya untuk semua umat manusia.

Ada banyak pengalaman pribadi yang begitu mengesankan setiap menyambut  Ramadan. Salah satunya bisa merasakan bagaimana antusiasme dari fenomena mudik Lebaran untuk berkumpul bersama keluarga besar.

Ya, sejak kecil kami punya tradisi seperti mayoritas umat muslim kebanyakan. Kami mudik bersama untuk berkumpul, kemudian saling bermaaf-maafan dan ditutup dengan nikmatnya kuah opor ayam lengkap dengan ketupat.

Saya jadi ingat, pengalaman berkesan pertama kali bulan Ramadan. Waktu itu saya masih berusia lima tahun, dengan penuh keingintahuan, saya meminta kepada nenek, pakde, dan bude untuk diajak mengikuti salat Idul Fitri di halaman Alun-alun Kutoarjo. Maklum, umur segitu belum paham soal perayaan agama tertentu. 

Tanpa mengelak, mereka dengan telaten mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan saat salat, mulai dari koran, tikar, hingga sajadah. Tak lupa mereka memakaikan kopiah di kepala saya. 

Kemudian, kami sekeluarga berbondong menuju alun-alun bersama warga setempat lainnya yang setiap bertemu diiringi tegur sapa. Sesampainya di alun-alun, terlihat bagaimana antusiasme umat muslim melaksanakan ibadah dengan penuh sukacita.

"Ternyata mirip kayak merayakan Natal," ujar saya bergumam dalam hati kala itu. Sebab, tempat kami menggelar sajadah untuk salat, dekat dengan halaman gereja yang sering saya kunjungi setiap natal.

Polosnya, saya waktu itu, turut mengikuti gerakan salat mulai dari berdiri, ruku, itidal, duduk, hingga sujud.

Setelah melaksanakan ibadah salat Idul Fitri, kami langsung kembali menuju ke rumah untuk sungkem dengan mbah sebagai anggota keluarga yang dituakan. Pada momen ini, seluruh anggota keluarga, baik yang muslim maupun nasrani saling bermaaf-maafan. 

Tak lupa, kami pun berganti busana dengan warna seragam untuk sekadar mengabadikan momen kebahagiaan yang datang setahun sekali itu.

Makna rahmat pada Bulan Suci Ramadan benar-benar semakin terasa semenjak saya dewasa. Kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga besar semakin sulit terulang di tengah kesibukan saya sebagai jurnalis.

Baca Juga: Prank Lempar Petasan ke Orang Buka Puasa di Warteg

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya