Upaya Hilirisasi sebagai Langkah Besar Mencapai Tujuan SDG

Hilirisasi berefek pada ekonomi hingga lingkungan

Keberlimpahan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia membuat kita menjadi negara pemasok bahan baku utama bagi negara-negara lain di dunia. Mulai dari hasil tambang, seperti nikel, batu bara, tembaga, dan berbagai jenis bahan bakar mineral, hingga hasil bumi, seperti kopi, kakao, dan karet. Bahkan, Indonesia dikenal sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Dengan kata lain, banyak negara di dunia bergantung pada hasil nikel dari negara Indonesia.

Potensi besar inilah yang saat ini sedang dikembangkan pemerintah agar makin banyak manfaat yang didapat, yakni melalui hilirisasi SDA. Hilirisasi artinya upaya untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengah jadi sebelum dilempar ke pasar. Melalui pidatonya dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI - DPD RI, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa kekayaan SDA yang dimiliki Indonesia tidak cukup untuk membangun negara. Maka dari itu, Indonesia butuh hilirisasi untuk meningkatkan nilai ekonomi dan manfaat dari sumber daya yang dimiliki. 

Setali tiga uang, proyek hilirisasi SDA ini juga ampuh untuk menuntaskan misi yang terusung dalam Sustainable Development Goals (SDG). SDG merupakan sebuah konsep pembangunan global berkelanjutan yang lahir dari kesepakatan para pemimpin dunia dan telah diresmikan pada 2015 di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Peresmian terebut dihadiri oleh 193 perwakilan negara termasuk Indonesia. Tujuan inti dari SDG adalah mengentaskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan dan menjaga lingkungan.

Adapun jika diuraikan, terdapat 17 tujuan utama dari SDG, yaitu : 1). Tidak ada kemiskinan, 2). Nol kelaparan, 3). Kesehatan dan kesejahteraan yang baik, 4). Kualitas pendidikan, 5). Kesetaraan gender, 6). Air bersih dan sanitasi, 7). Energi yang terjangkau dan bersih, 8). Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, 9). Industri, inovasi & infrastruktur, 10). Mengurangi ketimpangan, 11). Kota dan komunitas berkelanjutan, 12). Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, 13). Aksi iklim, 14). Kehidupan di bawah air, 15). Kehidupan di darat, 16). Perdamaian, keadilan & kelembagaan yang kuat, dan 17). Kemitraan untuk tujuan. Karena konsep SDG merupakan kesepakatan global, maka semua negara wajib melakukan upaya terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Upaya hilirisasi SDA merupakan suatu langkah besar dalam mencapai tujuan SDG. Pengolahan barang mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi tidak hanya akan meningkatkan nilai SDA secara signifikan. Kita harus ingat bahwa dalam prosesnya, negara membutuhkan banyak tenaga kerja baru dan investor yang mau menanamkan modalnya secara berkelanjutan. Keberlanjutan program ini tentu akan melahirkan lapangan pekerjaan baru dalam jangka waktu yang panjang sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan warga negara. Seperti yang diketahui, kemiskinan dan pengangguran masih menjadi PR bersama hingga saat ini.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023 tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,45 persen, sedangkan tingkat kemiskinan mencapai 9,36 persen pada Maret 2023. Dengan adanya penambahan lapangan kerja baru, tentu persentase pengangguran berpotensi menurun, begitu pula dengan persoalan kemiskinan. Ekonomi yang baik akan mengantarkan pada kesejahteraan serta kemampuan untuk mengakses pendidikan dan kesehatan jauh lebih baik. Dari sini, bisa diilhami jika upaya hilirisasi mendukung tujuan SDG dalam beberapa aspek, yakni nomor 1 yang menyangkut permasalahan kemiskinan, nomor 2 tentang kelaparan, nomor 3 terkait kesehatan dan kesejahteraan, nomor 4 persoalan pendidikan, nomor 8 tentang pekerjaan dan nomor 10 tentang adanya ketimpangan. Siapa sangka, dengan mengambil satu langkah penting hilirisasi, transformasi ekonomi di Indonesia segera tercipta.

Tidak hanya transformasi ekonomi, hilirisasi SDA juga berdampak baik ke keberlanjutan  lingkungan

Hilirisasi SDA yang sangat menonjol dan gencar dilakukan dewasa ini adalah logam nikel yang diolah menjadi bahan baku baterai. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, hingga saat ini terdapat 34 smelter yang aktif beroperasi dan 17 smelter yang masih dalam tahap pembangunan berhasil menyerap sebanyak 120 ribu tenaga kerja. Investasi yang telah tertanam di Indonesia sebesar 11 miliar dolar AS atau setara Rp165 triliun untuk smelter pirometalurgi, serta 2,8 miliar dolar AS atau hampir setara Rp40 triliun untuk tiga smelter hidrometalurgi.

Bahlil Lahadalia dari #KementerianInvestasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga sangat menekankan pentingnya hilirisasi SDA bagi percepatan pertumbuhan ekonomi. Besarnya manfaat ekonomi dari hilirisasi nikel memang sudah terbukti dengan naiknya angka Produk Domestik Bruto (PDB) logam dasar di triwulan I - 2023 yang tumbuh 11,39 persen. Hal ini karena proses pengolahan nikel menghasilkan nilai tambah hingga  puluhan bahkan ratusan kali lipat. Ketika bijih nikel menghasilkan produk berupa nikel matte, maka nilai tambahnya akan naik 43,9 kali lipat per ton. Apalagi, sekarang Indonesia sudah memiliki smelter yang menghasilkan MHP (bahan baku baterai) yang akan meningkatkan nilai tambah sekitar 120,94 kali lipat. Hal ini tentu akan meningkatkan pemasukan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak lain.

Seperti yang kita tahu, nikel merupakan bahan baku untuk produksi baterai mobil listrik. Baru-baru ini, pemerintah menganjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan mobil listrik yang dinilai lebih ramah lingkungan untuk mengganti mobil konvensional berbahan bakar minyak. Hal ini tentu didorong oleh memanasnya isu lingkungan, di mana kendaraan berbahan bakar bensin akan menghasilkan emisi berupa gas karbon dioksida dan karbon monoksida. Tidak hanya menyebabkan pemanasan global, tetapi juga berdampak buruk bagi manusia karena udara yang tercemar. Belum lagi jika terjadi kebocoran minyak dari platform pengeboran minyak yang menyebabkan pencemaran di laut.

Dengan memasok bahan pembuatan baterai mobil listrik, upaya hilirisasi memiliki andil besar dalam menjaga lingkungan. Kembali lagi ke konsep SDG, tentu hal ini sangat berkaitan. Pengolahan bijih nikel menjadi baterai mobil menjadi langkah besar untuk menjaga lingkungan sesuai dengan tujuan SDG nomor 13 terkait aksi iklim, nomor 14 tentang kehidupan air, dan nomor 15 mengenai kehidupan di darat.

Multiplier effect yang timbul berkat hilirisasi SDA sangat terlihat pada berbagai bidang. Rasanya, tidak berlebihan jika menyebut hilirisasi SDA yang digawangi oleh #KementerianInvestasi/BKPM ini menjadi salah satu langkah besar dan konkret untuk mencapai tujuan SDG. Bagi kamu yang ingin ikut berkontribusi dan mendukung #HilirisasiUntukNegeri, kamu bisa memulainya dengan menuliskan ide-ide cemerlangmu ke dalam tulisan agar dapat dibaca oleh lebih banyak stakeholder, ya!

Baca Juga: 5 Strategi Hilirisasi untuk Tingkatkan Perekonomian Negara

Lulu Fatikhatul Maryamah Photo Verified Writer Lulu Fatikhatul Maryamah

you can reach me on my IG @lulumaryamah23

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya