Satu Menit Berbicara dengan Bapak Suci yang Penuh Arti

Ada 80 tamu yang diundang ke Kedubes Vatikan

Pagi hari, Jumat 6 September 2024, sehabis mengikuti misa yang dipersembahkan  Nucio Vatikan di Indonesia, Bapa Uskup Antonio Guido Filipazzi dan dihadiri Bapa Suci Fransiskus yang sedang berkunjung sebagai tamu negara Indonesia, kami para undangan sekitar 80 jemaat dipersilakan berdiri mengelilingi dua ruangan cukup luas.

Kami menanti Bapa Suci yang didorong dengan kursi roda menerima ucapan selamat dari tamu undangan satu demi satu, dan Bapa Suci memberikan berkat secara pribadi kepada semua. Saya berdiri bersama anak pertama saya Thomas Djiwandono dan isterinya, Mulan serta seorang cucu, Kyrand, juga adik ipar saya, Hashim Djojohadikusumo, dan isterinya, Annie, menanti dengan sabar hingga Bapa Suci sampai di tempat saya berdiri.

Saat beliau di hadapan saya, saya langsung berlutut dengan bantuan tongkat yang biasa saya pakai untuk menjaga keseimbangan. Saya langsung berbicara dengan Bapa Suci dalam bahasa Inggris secara cepat, menyampaikan bahwa beliau adalah salah satu idola dalam iman saya, bersama Santo Ignatius Loyola, seorang bangsawan Basque, Spanyol yang waktu luka karena kakinya kena tembakan peluru kanon selama beberapa bulan.

Beliau menghabiskan buku yang dibacanya, lalu pada waktu termenung seperti mendengar bisikan yang berasal dari Tuhan Yesus untuk mengajaknya bekerja bagi Kristus. Setelah sembuh Ignatius mulai bekerja mengumpulkan pemuda-pemuda yang mau mengikuti dia, bersedia berkaul untuk hidup melarat, dan mengikuti komando dari Tuhan Yesus. Mereka ini semuanya menjadi pastor yang dikenal sebagai Sarikat Jesus, S.J, atau Jesuit, sebagai penyebar ajaran Kristus di garis depan, menjadi misionaris di seluruh dunia.

Yang kedua adalah Paus Johannes XXIII sebagai Paus yang mengundang Konsili Vatican II yang banyak memodernisir ajaran Katolik, Agiornamento, yang artinya membiarkan udara bersih masuk yang membantu kita bernapas. Beliau juga menulis ensiklik Mater et Magistra, membahas hubungan antara gereja dan negara, memberikan pegangan buat orang Katolik yang berkecimpung di pemerintahan atau politik, bagaimana berkiprah dalam dunia politik dengan tetap menjadi 100 persen Katolik.

Saya dan keluarga pernah berziarah ke Bergamo, kota kecil di Italy, di suatu rumah Sotto et Monter, rumah keluarga Roncali, di mana bayi yang nantinya menjadi Bapa Suci Johannes XXIII lahir. Di kota ini beliau dikenal sebagai “The Good Pope”. Ada basilica Bergamo yang dinamakan juga Johannes XXIII. Pendiri Partai Katolik Indonesia Ignatius Kasimo menganjurkan untuk menjadi seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia.

Yang ketiga adalah Bapa Suci Fransiskus dari Buenos Aires, Argentina, sewaktu menjadi
kardinal bernama Jose Cardinal Bergoglio. Beliau menjadi Bapa Suci, 13 Maret 2013 dalam usia 76 tahun dengan nama Fransiskus, dari Francis Asisi yang sangat dekat dengan kaum papa dan termarginalisasi.

Bapa Suci Frasciskus menulis ensiklil Laodato Si yang isinya tentang bagaimana memelihara rumah kita bersama. Semua jagat dengan seluruh isi diciptakan Tuhan buat manusia untuk memanfaatkannya, karena itu harus kita pelihara bersama secara bertanggung jawab untuk pelestariannya. Pope Francis jelas mengetahui perubahan iklim dan segala dampak negatifnya. Kemudian Evangeliie Gaudium, atau The Joy of Evangelization. Surat ini mengajak umat Katolik untuk menyebarkan ajaran Katolik
tentang berita gembira karya penyelamatan Tuhan bagi manusia agar bisa hidup Bahagia di rumah Bapa di surga.

Ini harus dilakukan dengan penuh kegembiraan, bukan dengan mengeluh atau muka asam, itu saja penuh senyum kegembiraan. Dan yang terakhir Fratelli Tutti, ajaran untuk memperlakukan semua orang sebagai saudara kita, kakak atau adik secara penuh. Dalam berbagi ayat Injil diceritakan bahwa bangsa terpilih sekali-sekali kena kemarahan Tuhan setiap kali mereka melupakan perintah Tuhan, hidup iri, dengki memusuhi orang lain dan bukan memperlakukan orang lain sebagai saudaranya, memperlakukan orang lain sebagaimana kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita.

Mendoakan orang lain, bahkan musuh kita mengganti ajaran lama yang mengatakan utang mata dibalas dengan mata. Tentu saja dalam satu menit yang saya ungkapkan adalah singkatan yang sesingkat-singkatnya dari yang saya tulis di sini. Tetapi ini untuk kejelasannya saja. Satu menit saja saya kira sudah bikin orang lain yang menunggu saya marah. Sekali tempo nggak mikiran yang lain, wong hanya satu atau satu setengah menit kok. Beliau saja tersenyum sambil memberkati. Joy of evangelization! (Dradjad, 12/09/2024)

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU0, Singapore.

Baca Juga: 3 Pesan Paus Fransiskus untuk Indonesia

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya