Lembaran Hitam Biden dan Trump

Menarik membandingkan Biden dan Trump jelang pilpres AS

Suatu hal yang menarik untuk membandingkan catatan kedua calon Presiden AS, antara
Presiden Joseph R. Biden Jr yang sudah pasti akan menjadi calon Partai Demokrat, dan
mantan Presiden Donal J. Trump, dari Partai Republik. Kalau kita ikuti hasil polling pun
mereka nampak susul menyusul, di mana beberapa waktu mantan Presiden Trump lebih
unggul dan kemudian sebaliknya. Yang terakhir diberitakan bahwa di berbagai daerah yang dikenal sering berubah, mantan Presiden Trump nampak mengungguli Presiden Biden.

Bulan November semakin mendekat, namun belum jelas siapa dari keduanya yang akan unggul. Kita hanya dapat mengikuti pemberitaan dari sumber-sumber berita yang resmi untuk terus mengikuti perkembangan kontes antara kedua capres ini. Mari kita mulai dengan mantan Presiden Trump yang akhir-akhir ini banyak diberitakan, terutama mengenai sidang pengadilan di Manhattan Selatan, New York.

Sidang baru saja mendengarkan testimoni dan tanya jawab dari dua saksi pokok, bintang film pornografi yang dikenal dengan nama Stormy Daniels – nama sebenarnya Stephanie Clifford – yang mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan Trump di tahun 2006, tetapi dirahasiakan. Dan, baru di tahun 2016 pada waktu Trump masuk kontes pemilihan Presiden, dia ingin merahasiakan hal tersebut dari publik dan isterinya dengan meminta penasihat hukum pribadinya, Michael Cohen, membayar uang diam, atau “hush money” sebesar US$130.000. Stormy Daniels memegang janji merahasiakan hubungannya sampai pengadilan memanggilnya.

Sebelumnya perlu diingat bahwa pada pasar calon presiden Partai Republik ada sejumlah
peserta, seperti Gubernur Florida Ron DeSantis, mantan Gubernur South Carolina dan
mantan Dubes AS di PBB, Nikki Haley, mantan Gubernur New Jersey Christ Christie, dan
seorang entrepreneur muda Vivek Ramaswamy. Tetapi mereka satu demi satu mundur, atau karena kehabisan bensin atau merasa tidak akan bisa melawan Mister Trump, dan akhirnya hanya tinggal yang terakhir ini yang tentu akan dipilih Partai Republik sebagai capres mereka. Menarik untuk disimak bahwa mister harus disibukkan dengan kasus-kasus hukum yang menyita waktu dia untuk berkampanye.

Trump saat ini harus mengikuti persidangan pengadilan di Manhattan dalam kasus pemberian uang diam kepada Stormy Daniels yang saya singgung di atas. Ini masih ditambah lagi dengan ancaman hakim pengadilan di Manhattan. Tetapi di samping itu, masih ada kasus pelecehan proses demokrasi dalam Pilpres 2020 yang lalu di Atlanta Georgia, kasus dukungan kepada para supporter yang menyerbu dan merusak milik negara di Gedung Capitol, Washington DC, kasus fraud dalam hal pembayaran pajak di Manhattan, dan seterusnya.

Dalam kasus penyerbuan di Gedung Capitol, kalau tidak salah ada polisi yang meninggal, ancamannya adalah pelanggaran peraturan subversi terhadap pemerintahan yang sah dan ancaman hukumannya selain kurungan adalah bahwa Trump tidak boleh ikut dalam pemilihan untuk jabatan pemerintahan apapun, apalagi sebagai Presiden Republik. Karena itu kasus-kasus ini berat, kalau tidak salah masih ada lagi tentang penyimpangan dokumen negara yang classified. Tetapi dalam kasus ini kalau tidak salah hakim memutuskan menunda persidagan sampai waktu yang tidak ditentukan. Atau mungkin akan dipeti-eskan.

Dalam hal ini Presiden Biden juga tidak bebas dari tuduhan keterlibatannya dalam kasus-
kasus pelanggaran hukum. Yang banyak disorot adalah yang menyangkut puteranya Hunter Biden waktu menjadi komisaris perusahaan negara migas Ukraina, dia dianggap
memanfaatkan posisi ayahnya, karena saat itu  Biden adalah wapres dari Presiden
Obama. Tetapi dalam berbagai kesempatan Presiden Biden mengatakan, dia tidak
mencampuri urusan hukum Hunter Biden dan menyerahkan kepada pengadilan. Presiden
Biden juga tersangkut masalah penyimpanan dokumen yang classified. Memang tidak tanpa noda, namun dibandingkan dengan sederet masalah hukum yang dihadapi  Trump, jelas Presiden Biden kasusnya sangat kecil menurut pernilaian saya.

Anehnya mengapa tampaknya Presiden Biden kewalahan menghadapi saingan Trump dalam pilpres. Menurut penalaran murahan saya, Presiden Biden kurang lihai dalam
mengemukakan hasil-hasil yang dicapai pemerintahannya. Apakah tentang UU Perpajakan, pengendalian inflasi, penciptaan kesempatan kerja, kebijakan luar negeri berkaitan dengan Ukraina dan konflik Timur Tengah yang semuanya bagus, tetapi kenapa seperti tidak dihargai. Pencapaian tingkat pengangguran 3,8 persen adalah sangat rendah.

Dalam pelajaran ekonomi makro di AS, tingkat pengangguran 4 persen itu dianggap full employment, jadi 3,8 persen ya lebih bagus lagi kan? Tapi kok tidak dihargai? Atau mungkin benar bahwa dalam politik sering penalaran yang sehat ditinggalkan dan yang ada emosi, sehingga mereka menggunakan ukuran berbeda untuk menilai yang satu, Trump, dengan waktu menilai Presiden Biden. Atau Presiden Biden kurang beruntung saja? Tidak tahulah.

Mengenai umur, ya Presiden Biden 81 tahun, mantan Presiden Trump 77 tahun. Tetapi
dunia telah menyaksikan 5 tahun kepresidenan Trump. Beliau mengutamakan kepentingan Amerika saja dengan slogannya “America First” dan Make America Great Agaian (MAGA). Artinya, Trump tidak percaya kepada multilateralisme, dia percaya kepada perang tarif maupun perang dagang, bahkan mungkin kalau perlu bersedia menekan tombol “n” yang kalau dilakukan berarti Armageddon, hancurnya semua yang ada didunia, tidak akan ada yang tersisa, seperti apa yang terjadi dalam perang Peloponnesian antara Sparta dan Athena yang menyebabkan kehancuran keduanya. Semoga pemilih Amerika masih mempertahankan Presiden Biden tetap di White House. Dradjad, 16/05/2024.

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya