Kekhawatiran Baru Terhadap Kesiapan Biden Kembali ke Kursi Presiden

Biden dinilai kalah piawai dalam debat capres melawan Trump

Berita yang mengguncangkan para pendukung Presiden Biden dari Partai Demokrat segera beredar setelah Biden dinyatakan kalah piawai dalam debat capres melawan mantan Presiden Donald Trump di Atlanta, Georgia, di mana 50 juta penonton menyimaknya.

Ini terasa di dua tempat acara pengumpulan dana di New Jersey dan New York, hal serupa  juga disuarakan congressman di Washington DC. Langsung saja para petinggi partai sibuk mencari siapa yang dapat menggantikannya untuk menghadapi Mister Trump. Mereka termasuk, Wakil Presiden Kemala Harris yang akhirnya meningkat popularitasnya, Gubernur California Gavin Newsom, dan Gubernur Michigan Gretchen Whitmer.

Bagaimana pun tampaknya kekhawatiran timbul karena mungkin tidak ada calon yang bisa menandingi Mister Trump. Apalagi belakangan sejumlah bilioner telah menyumbang dana yang besar buat mengisi koper dana kampanye capres Pratia Republik ini. Tentu saja
pendukung setia Presiden Biden tetap mengatakan, meskipun performancenya dalam debat tidak prima. Biden dinilai tetap seorang Presiden yang mampu dan banyak hasilnya selama ini, dan selalu berjuang buat negara dan bangsanya, apalagi melawan capres yang tidak bisa dipercaya dan penuh kebohongan.

Ini pernyataan yang cukup meyakinkan buat pendukung Biden dan juga mantan Presiden Obama, mantan Ibu Negara, serta rekan-rekan Senator Delaware Chris Coon dan Tom Carper, juga lainnya.

Mengenai usia, buat saya selisih usia mereka hanya empat tahun dan menurut laporan kondisi Kesehatan mereka tidak berbeda. Buat politik global dan negara sekutu AS maupun yang lain, Presiden Biden jauh lebih stabil, setuju globalisasi dan multilateralisme. Sebaliknya, mantan Presiden Trump yang terus mengumandangkan slogan politiknya “America First” dalam pemilu yang masih 130 hari lagi, banyak hal bisa terjadi dalam waktu ini, karena itu kita masih harus sabar menunggu dulu. Debat berikutnya direncanakan diadakan di bulan September. Masing-masing boleh mengharapkan yang terbaik menurut perspektifnya.

Buat perkembangan politik dunia, sudah cukup mengguncangkan bahwa tampaknya Marine le Pen dari National Front garis extreme kanan akan bisa memenangkan Pilpres di Perancis untuk menjadi Presiden Perancis baru, menggantikan Presiden Immanuel Macron yang nampaknya salah Langkah. Ini akan memperkuat Presiden Russia Putin, PM Vistor Urban dari Hongaria, PM Georgia Meloni dari Itali, Presiden Tayyip Erdogan dari Turkei, President Xi Jinping dari China dan Presiden Kim Yong Uun dari Korea Utara. Buat saya, satu-satunya harapan adalah mereka ini punya kecenderungan ada unsur egomania yang susah bekerjasama dengan yang lain dan ingin menonjolkan diri sendiri daripada membentuk suatu blok.

Dalam hal Pilpres AS akhirnya tentu tergantung dari preferensi pemilih, apakah mau memilih orang yang dianggap tua tetapi mempunyai steady hands, dan percaya kepada gobalisme. Atau sebaliknya yang sedikit lebih muda, tetapi sukar ditebak dan sangat cenderung memikirkan negaranya sendiri. Dunia tentu tidak menginginkan pemimpin negara adi kuasa yang tidak stabil, tetapi apa hendak dikata kalau pemilihnya memenangkan dia. Malah terakhir Mahkamah Agung AS membuat keputusan yang mengagetkan dengan skor 6-3, untuk menentukan bahwa presiden yang sedang menjabat mempunyai imunitas penuh dari segala tuntutan. Para justices yang menentang keputusan ini, semua wanita. Sonia Sotomayor, Karen Kegan dan Kitanji Brown Jackson, mengatakan bahwa dengan ini Presiden AS menjadi seperti Raja yang tidak bisa dipersalahkan. Mengerikan, tetapi apa hendak dikata?

Dalam buku Professor Graham Alison “Destined for War; Can the US and China Avoid
the Thucydides Trap?” Dalam catatan Professor Alison, dari 12 Traps selama ini 8
berakhir dengan perang seperti dilukiskan ahli sejarah Yunani ini tentang perang
antara Sparta dan Athena dalam “Peloponnesian War” dalam perang tersebut tidak
ada yang kalah atau menang karena semua musnah. Ngeri kan? Nah, dalam dunia
modern ini akankah terpilihnya Trump akan menimbulkan perang yang menjadi
kasus baru dari Thucydides Traps” Kalau ya, artinya kita semua menjadi bagian dari
Sejarah. (Dradjad, 04/07/2024)

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya