Apa Sebenarnya Tujuan Project 2025?

Dokumen itu setebal 922 halaman

Berkali-kali di dalam kampanye Pilpres AS, ada yang menyebutkan istilah “Project 2025”,
atau “Project Transisi Kepresidenan” baik yang mengritik maupun yang mempertahankannya. Saya sendiri karena tidak mengetahui harus melakukan pengecekan di berbagai sumber, termasuk Google tentu saja. Tetapi setelah itu rasanya saya mengetahui, minimal secara garis besarnya.

Dokumen itu sendiri setebal 922 halaman dan dikeluarkan The Heritage Foundation, suatu think tank yang berhaluan sangat kanan berpusat di Washington DC, dulunya suatu lembaga penelitian yang ternama, tetapi kurang tahu sekarang, apalagi dengan penerbitan dokumen semacam ini. Lembaga ini dipimpin seorang ahli, tidak jelas dalam bidang apa, bernama Kevin Robert. Saya terus terang belum pernah melihat karya ilmiahnya.

Yang saya amati, The Heritage Foundation ingin menonjolkan paham konservatif dan
kebijakan yang condong ke kanan, bertujuan membentuk pemahaman sesuai dengan keyakinan mereka, pemerintahan federal AS, dan mengkonsolidasikan kekuasaan eksekutif di tangan presiden kalau Mister Trump terpilih dalam Pilpres nanti. Tentu saja para penasihat mantan Presiden Trump, seperti Steve Bannon, Stephen Miller, Peter Navarro, dan Kellyanne Conway yang semua punya masalah hukum sebelumnya karena tersangkut kasus selama menjabat di masa kepresidenan Trump.

Dan mereka ini semua punya andil dalam penyusunan atau penyiapan dokumen yang tebal tersebut. Diberitakan pula bahwa Cawapres Partai Republik JD Vance membuat kata pengantar pada buku tersebut, meskipun dia tidak mau mengakuinya. Sejumlah mantan penasihat Trump sudah menjauhinya karena merasa dikorbankan, seperti penasihat hukum pribadinya, Michael Cohen, yang beberapa tahun masuk penjara, dan penasihat keuangan Trump Harold Wiessenberg yang juga meninggalkannya.

Saya tidak ingin berpretensi mengetahui secara mendetail apa itu dan tujuan dari Project
2025, tetapi dari hasil pelacakan sederhana, ada beberapa butir hal yang tampaknya
menjadi pokok sasarannya; (1) Sentralisasi kekuasaan di tangan Presiden, sampai ada yang menuduh Mister Trump ingin menjadi diktator seperti Presiden Putin dan lainnya; (2)
percaya kepada doktrin Kristen secara fanatik; (3) percaya bahwa pendidikan adalah
permasaahan pribadi, karena itu tidak diperlukan Kementerian Pendidikan, diserahkan
kepada negara bagian masing-masing; (4) larangan aborsi secara nasional, karena
kehidupan mulai sejak konsepsi.

Dalam pajak, akan menurunkan tarif pajak buat orang kaya dan korporasi, dan kekurangan penerimaan karenanya akan dibebankan kepada golongan menengah. Kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan Amerika, America First, dan Make America Great Again (MAGA), yang berarti anti globalisasi dan Kerjasama
multilateralisme.

Perang tarif dan perang dagang dijadikan bagian dari kebijakan luar negeri ekonominya. Saya mohon maaf kalau ini tidak komprehensif atau tidak benar, akan tetapi sepanjang yang saya lihat, kalaupun kurang lengkap kiranya tidak akan banyak kurangnya, apalagi melesetnya. Karena itu semua, demi kebaikan AS sendiri dan dunia, semoga Kamala
Harris dan Tim Walz akan memenangkan pilpres dan beliau menjadi Presiden AS ke-47,
Presiden Perempuan AS pertama dan presiden yang bukan orang putih kedua setelah
Presiden Obama. Dan, semoga mantan Presiden Trump tidak nongol lagi di dunia politik AS, biarlah menikmati hari tuanya dengan tenang, kalau tidak dikejar oleh sejumlah pengadilan.

Saya sendiri melihat, dari lima hari kampanye di negara-negara bagian yang dikenal sebagai swing states, Harris-Walz menunjukkan kemampuannya menggalang persatuan dari para pendukung mereka untuk menang di negara-negara bagian tersebut, termasuk
Pennsylvania, Wisconsin, Minnesota, Mischigan, dan Arizona. Pendukung mereka,
perempuan di kota, mereka yang terdidik, pemilih pemula, Afro-Americans, Hispanic, Asian Americans, dan karena calon VP Walz juga para petani di pedesaan dan rural areas pada umumnya, veteran, pekerja, dan golongan independen, yang tampak di dalam kampanye di lima negara bagian tersebut secara jelas sekali. Kemenangan Harris-Walz akan memperkokoh demokrasi AS, memperkokoh kebebasan berpendapat dan buat perempuan untuk menentukan nasib dirinya.

Di tengah penulisan naskah ini terjadi perkembangan yang sangat menggembirakan yang
menyangkut hasil negosiasi sangat kompleks pertukaran tahanan dari Rusia dengan AS dan sejumlah negara, termasuk Jerman, Polandia, Slovania, dan Turki, di mana jumlah yang dibebaskan Rusia lebih besar dari yang dilakukan AS. Mereka termasuk Marinir Whelan, yang bernasib sial karena ditangkap setelah menghadiri pesta perkawinan rekannya, seorang wartawan Wallstreet Journal, dan seorang aktivis, yang setibanya di Andrew Airport base dengan pesawat yang membawa mereka langsung disambut
Presiden Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, serta keluarga mereka masing-masing.
Puji Tuhan dan selamat kepada para negotiators dan tentu saja Presiden Biden yang ikut
langsung berunding dengan Presiden Putin.

Terus terang saya tidak terlalu sadar mengapa sangat bersemangat menulis kolom dengan cerita-cerita ini. Tetapi saya merasa terutama yang menyangkut pilpres di AS, memang taruhannya sangat besar buat AS maupun dunia dengan berbagai penekanan yang saya uraikan di atas. Karena itu saya tidak merasa perlu mohon maaf, kemanusiaan saya otomatis tergugah dengan permasalahan ini. Sebagai orang yang mengenyam pedidikan tinggi di berbagai universitas di AS dan cukup sering berkunjung ke berbagai tempat di negara itu baik dalam pekerjaan maupun sebagai turis.

Bahkan meskipun hanya 33 tahun tetapi saya pernah bekerja di negara tersebut, saya tentu senang mengikuti perkembangan ekonomi- politik negara tersebut, sehingga kadang kala serasa hanyut dalam perdebatan, padahal hak pilih juga tidak punya. Tapi mengamati kondisi negara tersebut akhir-akhir ini yang semakin kurang nyaman untuk dikunjungi apalagi untuk tinggal karena kurangnya keamanan, orang gampang tertembak sampai meninggal dimana pun, di gereja, synagogue, masjid, sekolah atau mal, kan konyol. Sampai waktu anak saya sudah mulai harus mengirim anak-anaknya masuk universitas, saya berpesan, sementara jangan ke AS dulu, nanti kalau graduate study ok-lah.

Puji Tuhan yang pertama ke Australia (Melburne University), yang kedua di Cambridge, Inggris. Sementara itu saya berharap bahwa Harris-Walz akan memenangkan Pilpres dan di bawah mereka keamanan bisa dipulihkan (Cawapres selama 24 tahun berdinas sebagai National Guard dan dia dipercaya mementingkan keamanan dengan pendisiplinan kepolisian). Semoga. (Dradjad, 12/08/2024).

 

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu, Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya