Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Menurut KBBI Daring, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah, dan sebagainya. Encyclopedia Britannica menjelaskan, kedaulatan awalnya dipahami sebagai padanan kekuasaan tertinggi. Namun, istilah ini juga dianggap salah satu gagasan paling kontroversial dalam ilmu politik dan hukum internasional.
Laut China Selatan adalah contoh pentingnya mempertahankan kedaulatan. Wilayah ini diperebutkan China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan berdasarkan alasan sejarah, pemetaan wilayah maritim, dan prinsip hukum laut internasional. Lantas, bagaimana Indonesia sebaiknya bertindak?
1. Klaim China melingkupi hampir 90 persen Laut China Selatan
Band Militer China (commons.wikimedia.org/Mil.ru) Klaim China, yang disebut Sembilan Garis Putus, melingkupi hampir 90 persen Laut China Selatan. Bahkan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia bertabrakan dengan klaim ini. Selain itu, ZEE Indonesia juga tumpang tindih dengan klaim Malaysia dan Vietnam.
China disebut-sebut melanggar Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC). Perjanjian ini menggaungkan sikap saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial, dan identitas nasional semua bangsa. China juga disebut-sebut melanggar komitmen TAC tentang penyelesaian dan pengelolaan perselisihan internasional dengan damai.
Pada 2020, Cina tercatat melakukan pelanggaran wilayah di Laut Natuna Utara, wilayah yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, dengan mengirimkan 2 kapal perang dan 1 pesawat pengintai. Catatan ini meningkat seiring tahun. Catatan 2023 menyebutkan, terdapat 4 kapal perang dan 3 pesawat pengintai China yang melanggar wilayah Laut Natuna Utara.
2. Filipina dihajar China habis-habisan di wilayahnya sendiri
Kapal Induk Liaoning (commons.wikimedia.org/日本防衛省・統合幕僚監部) Selama 2 tahun terakhir, Filipina mengajukan 153 keluhan terkait sikap China. Keluhan ini bukan tanpa alasan, mengingat ketegangan akhir-akhir ini. Tak lupa, China juga merebut Beting Scarborough dari kekuasaan Filipina pada 2012. Padahal, beting ini terletak sekitar 220 kilometer di lepas pantai Filipina dan masih berada dalam ZEE negara ini.
Beting Scarborough merupakan tempat penangkapan ikan tradisional yang digunakan beberapa negara dan berada dekat jalur pelayaran utama. Beting adalah akumulasi sedimen di alur sungai atau landas kontinen. Beting berpotensi membahayakan kapal.
Sikap galak China terhadap Filipina dibuktikan lewat insiden yang terjadi pada April 2024, saat kapal penjaga pantai dan kapal pemerintah Filipina diserang meriam air di Beting Scarborough selama berpatroli. Akibatnya, kedua kapal ini mengalami kerusakan mengkhawatirkan. Kendati demikian, China menyatakan, Beting Scarborough selalu menjadi milik China.
Baca Juga: Menjaga Kedaulatan dan Merajut Perdamaian di Laut China Selatan
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Tokoh antagonis teater Laut China Selatan adalah momok bagi siapa pun
Chengdu J-20 (commons.wikimedia.org/Alert5) Kemajuan militer China tidak perlu dipertanyakan. China adalah produsen persenjataan terbesar kedua di dunia, tepat di belakang Amerika Serikat. Memang, modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) adalah prioritas utama Partai Komunis China.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), terdapat empat perusahaan persenjataan China yang berada dalam daftar 25 perusahaan persenjataan teratas di dunia pada 2019. Keempatnya adalah Aviation Industry Corporation of China (AVIC), China Electronics Technology Group Corporation (CETC), China North Industries Group Corporation (NORINCO), dan China South Industries Group Corporation (CSGC). Empat perusahaan ini sukses meraup sekitar Rp910 triliun.