TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tindak Lanjut Setelah Debat Capres di AS

Debat antara Trump dan Kamala terjadi 10 September

Capres AS Partai Demokrat, Kamala Harris dan Capres AS Partai Republik, Donald Trump. (IDN Times/Aditya Pratama)

Debat antara Capres Partai Demokrat Wapres Kamala Harris dan Capres Partai Republik,
Donald Trump telah digelar di kota Philadelphia, Pennsylvania, pada10 September lalu. Sebanyak 67 penonton mengikuti debat seru 90 menit itu melalui layar televisi mereka masing-masing.

Setelah kedua Capres bertemu di podium, Wapres Harris mendekati Trump yang berdiri di belakang lectern, tidak jelas apa yang diucapkannya. Saat itu mantan Presiden Trump menang undian dan memilih membuat pernyataan penutupnya di akhir sesi. Sedangkan Wapres Harris memilih sisi kanan di podium tersebut.

Moderator debat dari ABC kemudian memperkenalkan diri, Bret Braier dan Martha McCallum, dan menyampaikan aturan perdebatan, di mana setiap capres yang ditanya diberi waktu dua menit untuk menjawab, dan lawannya dua menit menyampaikan
sanggahan atau komentar. Setelah itu capres yang ditanya akan memberikan suatu rebuttal kalau menginginkannya selama satu menit.

Moderator memulai dengan bertanya tentang persoalan ekonomi, selama ini apakah masyarakat merasakaan keadaan ekonomi yang lebih baik atau sebaliknya dibandingkan empat tahun silam. Kontan saja mantan Presiden Trump mengatakan bahwa kondisi ekonomi saat ini sangat buruk. Menurutnya, masyarakat sangat menderita karena tidak
mampu membayar kebutuhan sehari-hari, inflasi sangat tinggi dan pengangguran meningkat.

Capres Harris dengan sigap menguraikan bahwa pemerintahan Presiden Biden dan Harris mewarisi semua masalah ini dari masa pemerintahan Presiden Trump, dan berangsur berhasil memperbaiki, baik menurunkan laju inflasi dan meningkatkan kesempatan kerja.

Setelah itu mantan Presiden Trump mulai menceritakan tentang masalah perbatasan yang menurut beliau terjadi karena kacaunya 18 juta sampai 19 juta imigran gelap masuk dari Mexico, Venezuela, dan Haiti yang merebut pekerjaan orang berkulit hitam, seperti di Sringfield, Ohio yang penduduknya jauh meningkat dengan segala masalahnya karena banyak dari mereka pengedar obat-obatan terlarang dan mantan penjahat. Kemudian
ia mulai mengemukakan cerita bohong bahwa imigran Haiti banyak yang mencuri
kucing, anjing, dan binatang peliharaan lain untuk dimakan.

Dia kemudian berjanji bahwa kalau tepilih akan melakukan deportasi massal, mengembalikan mereka ke Venezuela. Trump terlihat tidak peduli membedakan Haiti dengan Venezuela. Setelah debat, seorang ekstrem kanan, perempuan usia 31 tahun, bernama Laura Loomer, yang percaya teori konspirasi bahwa peristiwa tragis 911 itu kerjaan orang dalam, menambahkan bahwa orang Haiti juga ada yang melakukan kanibalisme. Herannya orang ini ikut rombongan capres Trump kemana-mana dalam kampanye, termasuk menghadiri peringatan peristiwa 911 di New York. Karuan saja banyak yang membubui mengatakan Laura Loomer adalah pacar Trump, karena isterinya Melania tidak pernah mendampingi Trump.

Wapres Harris selama Capres Trump membual melihatnya  dengan senyum yang
sinis, seolah-olah mengatakan, “Are you ok?”

Sebaliknya, Wapres Harris menekankan, dia akan menjadi presiden untuk semua orang Amerika, termasuk yang tidak memilihnya, dan memaparkan rencananya untuk memperkokoh keluarga kelas menengah, termasuk yang akan memulai usaha baru. Dia berjanji akan memberikan potongan pajak US$50 ribu buat yang pertama kali membuka perusahaan, juga memperkuat pemeliharaan kesehatan, membatasi harga obat-obatan dengan resep dokter dan seterusnya. Alasannya, kalau kelas menengah kuat, maka Amerika akan kuat dan karena itu Harris  berseru, “We are not going back”, “We want to make everyone not just get by, but get ahead.”  Wapres menekankan bahwa dia hidup dengan dan dari keluarga kelas menengah dan bangga akan hal ini.

Setelah itu Capres Harris berkampanye bersama Cawapres Tim Walz di negara bagian yang disebut sebagai ‘battle ground’ Georgia, dan juga bersama Presiden Biden di Pennsylvania. Dalam pada itu permasalahannya, akankah debat kedua menjadi kabur. Mantan Presiden Trump mengatakan bahwa dia keluar sebagai pemenang debat dengan angka yang fantastis, seperti 91, 81,72 persen tanpa menunjukkan bukti.

Sedangkan CNN membuat jajak pendapat dan mengatakan bahwa Harris menang dengan 63 persen. Nampaknya Mister Trump takut menghadapi Harris lagi dalam debat meskipun mengatakn menang, karena itu mengatakan tidak perlu debat lagi, waktu sudah mendesak pencoblosan di muka atau dengan surat sudah dimulai di beberpa negara bagian, ujarnya. Padahal Wapres Harris menyanggupi debat denngan penyelenggara CNN dan dia berharap ada debat antarcawapres juga. Cawapres Tim Walz menambahkan siap berdebat tiap hari membahas program kerja masing-masing.

Saya berpendapat bahwa sebenarnya aneh bahwa di negara yang paling menghormati
demokrasi, menjunjung tinggi transparansi dan kebebasan, kok menyelenggarakan debat
antarcapres saja sulit. Padahal di Indonesia debat capres dan cawapres terselenggara
dengan rapi. Karena itu ada yang berpendapat bahwa masalah utamanya adalah bahwa
Mister Trump takut berdebat lagi melawan Wapres Harris.

Pergantian lawan dari Presiden Biden menjadi Wapres Harris ternyata bikin Mister Trump kebingungan. Tetapi mengapa tidak, ternyata dalam debat Wapres Harris membuktikan yang dikatakan sebelumnya, bahwa beliau betul-betul mengenal tipe apa Mister Trump. Wapres Harris, seorang mantan jaksa wilayah dan jaksa umum California telah sering memenjarakan penipu, pemalsu dan pecundang macam Mister Trump dan dalam debat beliau menggunakan keahliannya memberikan umpan yang diambil Mister Trump
kemudian diserangnya habis. Pantas saja setelah itu takut berdebat lagi.

Saya terus terang sedikit geli dan juga kasihan menyaksikan adegan melalui tayangain televisi, bagaimana Wapres Harris seperti seorang guru yang mencecar muridnya yang ketakutan, mengatakan bahwa mantan para pejabat pendukung beliau, seperti Mark Esper, mantan Menhan, mantan KSAB Mark Willis, mantan Shief of Staff Jenderal Marinir John Kelly, mantan Wapres Mike Pence, mantan Wapresnya Presiden George W. Bush Dick Chiney, mantan anggota kongres Liz Chiney, dan mantan anggota kongres Adam Kinsinger dari Illinois, semua mengatakan akan memilih Harris sebagai Presiden.

Memang masih lebih empat puluh hari dari 4 NoVember, semua bisa terjadi yang mengubah timbangan menjadi lebih berat ke Trump. Tetapi dengan perkembangan semua ini, termasuk debat dan penyataan para petinggi Partai Republik, tampaknya memang sulit buat Mister Trump untuk bisa kembali menduduki Oval Office di White House, menjadi Presiden AS lagi.

Dengan demikian tampaknya lebih memungkinkan terjadinya pemecahan atap kaca paling tinggi bahwa seorang perempuan, keturunan orang pintar hitam dari Jamaica dan India, Kemala Harris, yang bersuamikan seorang pengacara orang Yahudi, Doug Emhoff, akan menjadi Presiden AS yang ke 47.
(Dradjad, 26/09/2024)

Guru Besar ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.

Baca Juga: Kamala Harris Kumpulkan Dana Kampanye Tiga Kali Lipat dari Trump

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya