TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa yang Masih Mereka Harapkan dari Kamala Harris

Harris sangat gamblang menjelaskan program-programnya

Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris. (twitter.com/@KamalaHarris)

Saya hanya mengikuti siaran televisi dari recording dengan berbagai komentar pakar dan
pemerhati politikyang dipandu mereka, seperti Ben Meiselas dari Midas Touch, Jan Psaki
dan Morning Joe MSNBC, Abby Philips, CNN, dan Stephen Colbert. Semuanya sangat
invormatif dan menarik untuk disimak. Reaksi saya pertama adalah apa pula yang masih
diharapkan dari Kamala Harris dan Tim Walz untuk mengatakan atau berbuat sebelum
mereka yang masih bingung menjatuhkan pilihannya bersedia memilih mereka?

Ya, saya mengakui tidak bisa netral karena berpihak pada pasangan Harris-Walz, dan debat hari Selasa, 11 September, 2024, menurut saya hanya memperkuat hal tersebut.

Wakil Presiden Harris sangat gamblang menjelaskan posisi dan program-programnya, maupun dalam mendebat argumen mantan Presiden Donald Trump. Seperti misalnya dalam hal memperkokoh middle class dengan memberikan ketentuan bebas pajak buat perusahaan yang baru mulai, perbaikan program jaminan sosial, dan asuransi kesehatan, membatasi harga prescription drugs dan pemasangan in vitro fertilization (IVF) bagi ibu-ibu yang menginginkan, dan mengembalikan ketentuan tentang Roe vs Wade yang dihapus Presiden Trump.

Sebaliknya dengan mantan Presiden Trump, dia sangat tidak jelas dalam memaparkan program yang ditawarkan, dia tidak tegas menjawab pertanyan moderator mengenai apakah dia akan memveto peraturan larangan aborsi nasional, demikian pula mengenai apakah mendukung keputusan International Court Tribunal (ICT) agar Russia
menarik tentaranya segera dari Ukraine, malahan dia lebih prihatian tentang nasib tentara
Russia di sana. Mantan Presiden Trump berkali-kali seperti orang bingung , loss in translation, dengan Wapres Harris sedikit tersenyum dan seolah-olah bertanya apakah anda ok?

Buat saya, yang bukan ahli ilmu politik, meskipun terus mengikuti perkembangannya,
dengan hasil debat seperti ini dan semakin banyaknya tokoh Partai Republik yang akan
menjatuhkan pilihan pada Harris, saya bingung dan bertanya dengan heran kepada mereka yang masih bingung untuk menjatuhkan pilihan mereka. Apa lagi yang harus diperbuat Harris sampai mereka yakin. Apa harus ada keajaiban dulu? Mereka yang memilih mantan Presiden menjatuhkan pilihannya seperti tunduk kepada pemimpin ‘cult’, takut terkutuk kalau tidak, dan bukan karena program yang ditawarkan atau keyakinan akan kemampuannya memimpin rakyat Amerika, dan bertindak sebagai pemimpin negara
adikuasa, bukan banana republic. Memang waktu ditanya moderator tentang program
pengganti social care (atau semula disebut sebagai Obama care), mantan Presiden Trump mengatakan dia sudah mempunyai suatu konsep mengenai program, bukan program secara konkrit.

Tetapi, daripada menebak-nebak bagaimana dan siapa yang akan mereka pilih, lebih
menyenangkan saya melaporkan kejadian luar biasa yang datang dari seorang penyanyi pop paling kondang di dunia saat ini, Taylor Swift, yang langsung setelah menyimak debat antara mantan Presiden Trump dan Wapres Kamala Harris, Selasa 11 September lalu, dia langsung menyampaikan pesan melalui akun Instagram-nya, dan mengatakan bahwa dia sangat yakin Kamala Harris mampu memimpin Amerika Serikat, menjadi presiden baru di
bulan Januari 2025 nanti.

Dia mengajak para pemilih utamanya anak muda dan pemula untuk mengingat bahwa semua harus lebih dahulu mendaftar, dan dia menyediakan suatu website buat mereka yang ingin mendaftarkan diri buat memilih. Dalam waktu singkat sudah ratusan ribu menggunakan jalur untuk untuk mendaftarkan diri. Pantas saja, baik wapres Kamala Harris dan Gubernur Tim Walz langsung mengapresiasi apa yang dilakukan penyanyi tenar di dunia yang Instagram-nya mempunyai pengikut 283 juta ini.

Saya orang yang tidak tahu, apalagi kenal Taylor Swift, dan juga belum pernah mendengar lagunya, ingin menyampaikan salut saya karena Taylor Swift tidak hanya penyanyi kenamaan, tetapi menjalankan hak dan kewajiban konstitusionilnya secara sangat bagus,
memberikan dukungan kepada pasangan Harris-Walz yang memang sangat pantas untuk
memimpin AS dalam pengamatan saya.

Seperti bisa ditebak, mantan Presiden Trump kemudian mengomentari dalam Twitter-nya dengan mengatakan Taylor Swift akan mendukungnya. Tetapi sewaktu Taylor Swift mengetahuinya, dia menjawab bahwa berita itu tidak benar. Mister Trump kemudian seperti seorang yang tertangkap tangan waktu melakukan pencurian, langsung menulis pesan bahwa Taylor Swift seorang liberal dan selalu mendukung calon dari Partai Demokrat.

Tetapi tak henti-hentinya mantan Presiden Trump dan juga Senator JD Vance, calon wapres, menyebar berita palsu, mengatakan dia menang telak dalam debat yang baru saja berlangsung dengan menyebut angka yang fantastis, seperti menang dengan score 92 persen, 81 persen atau angka lain yang semuanya hoax.

CNN mengumumkan hasil polling segera setelah debat dengan score 63 persen dan berpendapat Harris yang menang. Ini menjadi semacam dagelan politik yang kurang lucu saja.

Kenyataannya, sejumlah tokoh Partai Republik dan mantan pejabat tinggi dalam
Kepresidenan Trump, seperti Wapres Mike Pence, Kepala Staff AB Max Millie, mantan
Kepala Staff Gedung Putih Jendral Marinir John Kelly, mantan penasihat National Security
John Bolton, mantan Wapres Presiden George W Bush, Dick Chaney, puterinya, mantan
Congresswoman Liz Chiney, mantan Congressman dari Illinois Adam Kinsinger, mantan
Penasihat bidang national security Olivia Troye, sejumlah tokoh Cristian Rights dan
Conservative Moms, selain Taylor Swift sederetan actors, seperti George Clooney, Meryl
Streep, Mark Hamil, Robert de Nero, semua seperti bernyanyi dalam koor mendukung
Harris-Walz dan menentang Mister Trump kembali menduduki kursi Presiden AS.

Kembali pertanyaan di atas, apa yang diharapkan mereka yang masih bingung pilih, apakah mengharapkan ada mujizat dulu? Apakah mereka tidak mampu melihat perbedaan
karakter dan sikap kepemimpinan antara Harris-Walz dan Trump-Vance? Semoga mereka
tahu bahwa mereka tidak akan bisa menikmati keterbukaan seperti di AS di negara lain
dimana pun. Masih lebih dari 50 hari dari pemilihan tanggal 4 Nopember, bisa terjadi
perkembangan yang mengubah imbangan keduanya menjadi lebih menguntungkan Trump-Vance, atau sebaliknya.

Buat para pemilih mustinya tidak ada keraguan lagi; gunakan akal sehat anda, jangan ragu, mohonlah kepada Tuhan agar menunjukkan jalan terbaik. Kalau anda punya iman, setelah itu ingat advertensi NIKE, JUST DO IT, dan anda menjalankan kewajiban konstitusi secara bertanggung jawab. Tanggung benar. (Dradjad, 19/09/2024).

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya