World Bank sebut Ekonomi Sudan Mulai Membaik

Berusaha untuk mereformasi ekonomi secara cepat

Jakarta, IDN Times – Presiden World Bank, David Malpass, menyebut Sudan telah mengalami kemajuan setelah beberapa kali dirundung konflik. Buktinya adalah Sudan sudah mulai terhubung dengan ekonomi global. Kendati begitu, kata Malpass, dibutuhkan kesabaran untuk melihat perkembangan Sudan selanjutnya. 

Malpass menginjakkan kaki di Khartoum, ibu kota Sudan, pada Rabu (29/9/2021) malam. Kegiatan itu merupakan kunjungan pertama seorang presiden World Bank ke negara Afrika Timur itu selama lebih dari 50 tahun.

1. Inflasi mulai melambat

Melansir Reuters, inflasi Sudan sedikit melambat sejak bulan lalu menjadi 388 persen dan mata uang yang terdevaluasi tajam telah menunjukkan tanda-tanda yang mulai stabil. Meski demikian, masih banyak rakyat Sudan yang masih sedang berjuang dalam kemiskinan, kekurangan obat-obatan, dan pemadaman listrik. Kesejahteraan rakyat Sudan masih belum terlihat membaik.

“Sudan sedang melakukan transisi dari situasi konflik, dari situasi kekurangan ke situasi yang berangsur-angsur membaik,” kata Malpass, setelah bertemu dengan Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok. 

Lebih lanjut, dia juga mengingatkan bahwa kesabaran sangat diperlukan untuk melihat perkembangan yang terjadi serta pentingnya solidaritas rakyat Sudan.

“Butuh waktu untuk melalui proses ini dan penting bagi orang-orang untuk melakukan pendekatan dengan kesabaran dan toleransi satu sama lain, mengingat bahwa keseluruhan bangsa Sudan akan lebih kuat daripada sekadar bagian-bagian individu”, tambahnya.

Baca Juga: Pengungsi Asal Afghanistan dan Sudan Buat Onar di Makassar

2. Mulai terhubung dengan ekonomi internasional

Berdasarkan laporan Aljazeera, pada awal tahun ini, Sudan mulai meminta dana bantuan lebih dari 50 milliar dolar AS (sekitar Rp715 triliun) dalam bentuk utang luar negeri. Diketahui bahwa Sudan berusaha untuk melakukan reformasi ekonomi secara cepat dengan membuka akses ke pembiayaan internasional.

Selama setahun ke depan, World Bank akan memberikan sekitar 2 miliar dolar AS (Rp28 triliun) dalam bentuk hibah, untuk mengentaskan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan mendorong pertumbuhan.

Selain itu, pemerintah Sudan juga telah kembali mengizinkan ekspor minyak mentah Sudan Selatan melalui laut merah. Hal ini akan sangat berdampak pada perkembangan ekonomi Sudan setelah mengalami krisis.

Sebelumnya, ekonomi Sudan mulai terperosok ke jurang krisis di bawah pimpinan Omar al-Bashir. Krisis itu pula yang meneyebabkan dia digulingkan pada 2019 dan krisis ekonomi tersebut masih berlanjut hingga kini.

Baca Juga: Dewan Militer Sudan "Bersihkan" Jajaran Kabinet Warisan Omar al-Bashir

3. Upaya kudeta yang gagal

Pekan lalu, pihak berwenang Sudan berhasil menggagalkan upaya kudeta yang dilakukan oleh sejumlah pihak. Para pelaku diduga memiliki hubungan dengan pemerintahan Omar al-Bashir yang sebelumnya telah digulingkan pada 2019.

Militer Sudan mengatakan bahwa 21 perwira dan sejumlah tentara telah ditahan sehubungan dengan upaya kudeta dan pencarian terus dilakukan. Semua lokasi yang terkena dampak sudah di bawah kendali tentara.

Upaya kudeta memperlihatkan kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam masa transisi sejak jatuhnya penguasa sebelumnya. Pemerintah Sudan telah berjuang keras dengan berusaha mendapatkan keringanan pinjaman kepada negara-negara Barat, mengambil langkah normalisasi hubungan dengan Israel dan terus berjuang mengatasi krisis ekonomi yang parah.

Baca Juga: Duta Besar RI untuk Sudan Rossalis Rusman Meninggal Dunia

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya