Janjikan Jet Tempur F-35, Pakta Pertahanan AS-Saudi Hampir Diteken

Pakta pertahanan ini mengarah ke upaya normalisasi Israel

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi hampir mencapai kesepakatan akhir untuk menyetujui pakta pertahanan bilateral. Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan ada kemajuan signifikan dalam pembicaraan dengan Saudi selama akhir pekan ini.

”Kedua belah pihak lebih dekat dari sebelumnya dalam perjanjian bilateral yang kini mendekati final,” kata Gedung Putih, Senin (20/5/2024), dilansir Reuters.

Melalui pakta tersebut, AS akan memberikan jaminan formal terkait keamanan kerajaan serta akses persenjataan Washington yang jauh lebih canggih. Itu juga sekaligus menjadi imbalan atas penghentian pembelian senjata China dan membatasi investasi Beijing di negara tersebut.

”Pakta pertahanan tersebut tidak akan setara dengan perjanjian gaya NATO,” kata seorang pejabat AS.

1. Potensi penjualan pesawat F-35 ke Saudi

Janjikan Jet Tempur F-35, Pakta Pertahanan AS-Saudi Hampir DitekenPesawat jenis F-35 buatan AS. (pixabay.com/Military_Material )

Untuk mencapai kesepakatan tersebut, perunding juga telah membahas terkait penjualan jet tempur F-35 dan senjata lainnya ke Arab Saudi.

Potensi penjualan F-35 ke Saudi tidak dijamin akan terealisasi lantaran AS dan Israel sebelumnya telah meneken perjanjian untuk tidak menjual senjata serupa ke negara di wilayah tersebut. Hal itu dikarenakan Israel berupaya untuk unggul secara kualitatif di kawasan.

Namun demikian, Saudi menempatkan F-35 itu sebagai prasyarat untuk pakta pertahanan tersebut. Selain itu, Saudi telah menginginkan pesawat itu sejak lama. Perjanjian keamanan AS-Saudi juga diperkirakan akan melibatkan pertukaran teknologi baru dengan Riyadh, termasuk kecerdasan buatan.

Baca Juga: Israel Kecam DK PBB yang Heningkan Cipta untuk Presiden Iran

2. AS mengupayakan normalisasi Saudi dan Israel

Janjikan Jet Tempur F-35, Pakta Pertahanan AS-Saudi Hampir DitekenIlustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Melalui kesepakatan itu, Washington menghendaki terealisasinya normalisasi hubungan antara Saudi dan Israel.

“Tentu saja kami juga harus mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan Israel dan Palestina, yang merupakan komponen penting dari potensi kesepakatan normalisasi,” kata seorang pejabat anonim.

Setelah kesepakatan tersebut rampung, ini akan menjadi bagian dari kesepakatan luas yang diserahkan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Mereka akan memutuskan apakah akan memberikan konsesi guna mengamankan kesepakatan yang menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi.

Penasihat Keamanan Gedung Putih, John Kirby mengatakan, waktu tercapainya kesepakatan AS-Saudi masih belum jelas. Menurutnya, tujuan akhir Biden adalah negara Palestina, tetapi dengan kondisi perang saat ini di Gaza, kemungkinan besar tidak akan ada kesepakatan mengenai negara dalam waktu dekat.

“Tentu saja, Presiden tetap berkomitmen pada solusi dua negara. Dia menyadari bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang akan kita lihat di masa depan,” katanya.

3. Pakta pertahanan bukan solusi konkrit

Janjikan Jet Tempur F-35, Pakta Pertahanan AS-Saudi Hampir DitekenPertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Pakta pertahanan yang diinisiasi oleh AS dan Saudi ini adalah langkah awal untuk mencapai negara Palestina. Kemerdekaan Palestina akan menjadi prasyarat Saudi dalam normalisasi dengan Israel.

”Untuk mewujudkan itu, AS juga akan berkomitmen pada penguatan aliansi keamanan dengan Saudi untuk melawan pengaruh China yang semakin besar di Timur Tengah dan menghalangi ambisi regional Iran,” kata Y.L. Al-Sheikh di Foreign Policy.

Menurut Al-Sheikh, pakta keamanan Timur Tengah bukanlah sebuah solusi konkrit atas penyelesaian permusuhan di kawasan saat ini. AS sejatinya hanya perlu memberikan pengakuan terhadap Palestina sebagai negara berdaulat dengan mengacu pada perbatasan sebelum 1976.

Selain itu, Washington perlu mendukung hak Palestina untuk menuntut pertanggungjawaban hukum atas tindakan Israel. Dengan demikian, Israel tidak akan bertindak seenaknya.

Kondisi kawasan saat ini masih terus memanas. Perang di Gaza masih terus berlanjut. Perang itu memicu reaksi dari proksi Iran lainnya, seperti Hizbullah Lebanon dan Houthi Yaman. Mereka juga melancarkan serangan terhadap Israel di kawasan.

Baca Juga: Komentar Kontroversial Biden: Serangan di Gaza Bukan Genosida

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya