Diminta Mundur, Biden Ngotot Maju Kampanye Pilpres AS 

Partai Demokrat mulai meragukan kemampuan Biden

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, pada Jumat (19/7/2024), mengatakan bahwa dirinya akan tetap maju dalam kampanye pemilihan presiden AS pada November mendatang. Hal ini ditegaskannya usai muncul tekanan dari Partai Demokrat yang memintanya untuk mundur.

"Saya berharap dapat kembali berkampanye minggu depan untuk terus mengungkap ancaman agenda Proyek 2025 Donald Trump, sambil menyampaikan argumen tentang rekam jejak dan visi saya untuk Amerika," katanya dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters.

Lebih dari satu dari 10 anggota Kongres dari Partai Demokrat kini telah secara terbuka meminta Biden untuk mundur pada Jumat.

Usulan itu muncul setelah debat pada bulan Juni melawan calon dari Partai Republik, Donald Trump. Kemampuan petahana berumur 81 tahun itu untuk menang dan melaksanakan tugasnya selama empat tahun ke depan sangat diragukan.Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, pada Jumat (19/7/2024), mengatakan bahwa dirinya akan tetap maju dalam kampanye pemilihan presiden AS 

1. Republik berpotensi mendominasi parlemen

Diminta Mundur, Biden Ngotot Maju Kampanye Pilpres AS Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (lu.usembassy.gov)

Perpecahan yang dialami Partai Demokrat nampak berbanding terbalik dengan kondisi dalam Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee. Para mantan pesaing partai bersatu di sekitar Trump. 

Sejauh ini, 32 dari 264 Demokrat di Kongres telah secara terbuka menyerukan Biden untuk mengakhiri kampanyenya. Sementara para pemimpin senior Demokrat lainnya telah mendorongnya di belakang layar untuk melanjutkan kampanye.

Partai Demokrat semakin khawatir tentang kemenangan telak Partai Republik dalam pemilu 5 November. Trump dan sekutunya tidak hanya berpotensi memegang kendali di Gedung Putih tetapi juga mayoritas di kedua kamar Kongres. 

"Pencalonan Anda berada di jalur yang tepat untuk kehilangan Gedung Putih dan berpotensi memengaruhi pemilihan DPR dan Senat yang penting. Karena alasan-alasan inilah saya mendesak Anda untuk mundur," tulis Perwakilan Zoe Lofgren, salah satu anggota parlemen Demokrat yang meminta Biden mundur, Jumat.

Baca Juga: Donald Trump Kembali Nyatakan Dukungan untuk TikTok 

2. Biden menghadapi jalan yang sulit

Diminta Mundur, Biden Ngotot Maju Kampanye Pilpres AS Presiden Amerika Serikat, Joe Biden (twitter.com/President Biden)

Ketua kampanye Biden, Jen O'Malley Dillon, mengakui bahwa Biden menghadapi jalan yang sulit untuk terpilih kembali. Namun dia mengatakan, dukungan Biden tidak turun secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir.

"Kami punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa kami meyakinkan rakyat Amerika bahwa, ya, dia memang tua, tetapi dia bisa melaksanakan tugasnya dan dia bisa menang," katanya.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos awal minggu ini menunjukkan Biden dan Trump secara efektif imbang secara nasional. Namun, para ahli strategi dari kedua partai mengatakan jalan Biden menuju kemenangan semakin menyempit karena ia tertinggal di sebagian besar negara bagian.

Jika Biden mengundurkan diri sebagai kandidat, Wakil Presiden Kamala Harris dapat mengisi peran tersebut. Jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa ia tampil sedikit lebih baik melawan Trump dalam pertarungan langsung secara teoritis.

3. Elektabilitas Trump juga semakin meningkat pasca penembakan

Diminta Mundur, Biden Ngotot Maju Kampanye Pilpres AS Gedung Putih di Amerika Serikat (Unsplash.com/Louis Velazquez)

Grant Reeher, profesor ilmu politik di Universitas Syracuse mengatakan, percobaan pembunuhan terhadap kandidat Partai Republik, Donald Trump, pada Sabtu (13/7) berpotensi mendongkrak elektabilitasnya.

Trump yang berlumuran darah dengan tinjunya di udara adalah gambaran kuat yang kemungkinan menunjukkan kampanye pemilihan kembali mantan presiden tersebut.

"Anda tidak tahu apa yang terjadi di dalam kepala dan hati pria itu, tetapi dia menunjukkan keberanian di luar. Dan itu bukan hanya hal yang positif bagi orang Amerika, itu sesuai dengan narasi mendasar kampanyenya," kata Reeher dilansir USNews.

Tidak hanya itu, Partai Republik sebagian besar sudah bersatu di belakang Trump. Bahkan anggota partainya yang maju melawannya di pemilihan pendahuluan kini telah mendukungnya.

"Anda tidak harus setuju dengan Trump 100 persen sepanjang waktu untuk memilihnya. Percayalah, saya tidak selalu setuju dengan Presiden Trump. Namun, kami lebih sering setuju daripada tidak setuju," kata mantan Gubernur Carolina Selatan, Nikki Haley, di konvensi pada Selasa.

Baca Juga: Mark Zuckerberg Tegaskan Tidak Akan Mendukung Biden atau Trump

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya