AS: Yaman, Suriah, Somalia, Irak Jauh Lebih Berbahaya dari Afghanistan

AS masih memantau ancaman ISIS-K di Afghanistan

Jakarta, IDN Times - Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS), Avril Haines, mengatakan ancaman teror terbesar yang dihadapi Washington datang dari negara-negara seperti Yaman, Somalia, Suriah dan Irak. Adapun Afghanistan tidak seberbahaya negara-negara tersebut.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nasional tahunan, Haines menuturkan AS menaruh kekhawatiran terhadap Afghanistan karena potensi negara itu menjadi sarang teroris, terlebih setelah Taliban berhasil merebut kekuasaan sejak pertengahan Agustus lalu.

"Terkait tanah air, ancaman sekarang dari kelompok teroris, kami tidak memprioritaskan di daftar teratas Afghanistan. Apa yang kami lihat adalah (ancaman dari) Yaman, Somalia, Suriah, dan Irak karena ISIS. Di situlah kami melihat ancaman terbesar,” kata Haines dikutip dari Middle East Eye.

Baca Juga: 10 Cabang ISIS di Berbagai Belahan Dunia Selain ISIS-K 

1. Intelijen AS menyoroti kebangkitan ISIS-K di Afghanistan

AS: Yaman, Suriah, Somalia, Irak Jauh Lebih Berbahaya dari AfghanistanSuasana kekacauan di luar Bandara Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan setelah ledakan pada Kamis (26/8/2021) (Twittr/@BarzanSadiq)

Komentar intelijen muncul di tengah kritik oposisi dan Partai Republik terhadap pemerintahan Joe Biden. Mereka menilai penarikan pasukan dari Afghanistan merupakan suatu keselahan serta kebijakan yang terburu-buru.

Haines mengakui bahwa pengumpulan informasi di Afghanistan telah berkurang tanpa pasukan AS di sana. Tetapi, ia bersikeras bahwa komunitas intelijen siap untuk menghadapi segala kemungkinan untuk beberapa waktu mendatang.

Dalam pertemuan tersebut, para pejabat AS menyoroti ancaman dari ISIS-K, cabang lokal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang berbasis di Afghanistan. Pada 26 Agutsus lalu, serangan ISIS-K di sekitar Bandara Hamid Karzai, Kabul telah membunuh ratusan orang, termasuk di antaranya 13 tentara AS.

Haines menuturkan bahwa fokus intelijen sekarang adalah memantau setiap kemungkinan rekonsiliasi kelompok teror di Afghanistan.

2. ISIS telah kalah di Suriah dan Irak

AS: Yaman, Suriah, Somalia, Irak Jauh Lebih Berbahaya dari AfghanistanIlustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

ISIS, yang masih aktif di Suriah, telah kehilangan benteng terakhirnya di Baghouz pada Maret 2019. Sejak saat itu, ISIS tidak lagi menguasai satu senti pun teritorial di Suriah. Kendati begitu, ISIS masih melakukan serangan dalam skala kecil terhadap pemerintah Suriah dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh Washington.

Sementara itu, Irak telah mendeklarasikan kemenangan atas ISIS sejak Desember 2017. Tetapi, kelompok itu masih aktif melakukan pemberontakan dalam skala kecil di pedesaan dan pegunungan di Irak utara serta barat. Beberapa kejadian pemboman juga dikaitkan dengan kelompok yang didirikan oleh Abu Bakar al-Baghdadi itu.

Ribuan pejuang yang ditangkap dan keluarga mereka telah dipindahkan ke kamp-kamp darurat dan pusat-pusat penahanan yang dijalankan oleh SDF di Suriah. Diperkirakan kamp-kamp tersebut menampung sekitar 43 ribu laki-laki, perempuan, dan anak-anak.

Baca Juga: 3 Fakta Terkini Intervensi AS di Irak setelah Akhiri Misi Tempur

3. Radikalisme di kalangan anak-anak jadi bom waktu

AS: Yaman, Suriah, Somalia, Irak Jauh Lebih Berbahaya dari AfghanistanPerempuan-perempuan simpatisan ISIS dan anak-anak mereka di Kamp Al-Hawl, Suriah. twitter.com/smmsyria

Pada April, panglima militer AS di Timur Tengah mengatakan, radikalisasi anak-anak di kamp-kamp penampungan merupakan ancaman terbesar bagi kawasan.

“Kecuali kita menemukan cara untuk memulangkan mereka, mengintegrasikan kembali atau telah berhasil dideradikalisasi, (jika tidak) sama saja seperti memberi setiap pejuang hadiah (waktu untuk menyebarkan radikalisme) lima sampai tujuh tahun ke depan,” papar panglima tersebut.

Baca Juga: Perang antara Houthi dengan Pemerintah Yaman Kembali Membesar

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya