Dua Akademisi Indonesia Getarkan Panggung Jalsah Salanah Inggris Raya

Keduanya profesor di UIN Jakarta dan Sunan Kalijaga

Intinya Sih...

  • Dua akademisi Indonesia berbicara di panggung Jalsah Salanah United Kingdom 2024.
  • Prof Alimatul Qibtiyah dan Prof Ismatu Ropi menyoroti perdamaian dan peran perempuan dalam kehidupan.
  • Keduanya mengapresiasi komunitas Ahmadiyah dan menyoroti kontribusinya serta perlunya hak hidup damai bagi mereka.

London, IDN Times - Dua akademisi Indonesia mendapat kesempatan berbicara di panggung Jalsah Salanah United Kingdom (UK) 2024. Keduanya tidak hanya menyoroti soal perdamaian, tapi juga peran perempuan dalam lini kehidupan.

Guru besar UIN Sunan Kalijaga yang juga salah satu Komisioner Komnas Perempuan, Prof Alimatul Qibtiyah, mendapat kesempatan bicara pada hari kedua, Sabtu 27 Juli 2024. Sedangkan, Dekan Fakultas Ushuuddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Ismatu Ropi, berbicara di hadapan ribuan jemaah kelompok Islam Ahmadiyah pada hari ketiga, Minggu 28 Juli 2024.

Ucapan takbir menggetarkan tenda berukuran raksasa di Hadeeqatul Mahdi, Oakland, Alton, Hampshire, saat Alimatuh yang berbalut hijab hijau mengucapkan salam khas kelompok Islam Ahmadiyah. 

Baca Juga: Ada Apa Saja di Jalsah Salanah UK 2024?

1. Pentingnya kepemimpinan perempuan

Dua Akademisi Indonesia Getarkan Panggung Jalsah Salanah Inggris RayaKomisioner Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah. (IDN Times/Umi Kalsum)

Dengan suara lantang, Alimatul yang berasal dari organisasi massa Islam, Muhammadiyah, mengucapkan rasa terima kasihnya karena mendapat kesempatan melihat langsung pertemuan akbar tahunan yang dihadiri tamu undangan dan peserta dari berbagai negara.

Ia mengaku mendapat pengalaman spiritual luar biasa karena bisa bertemu jemaah Ahmadiyah dari berbagai negara untuk pertama kalinya.  

"Dalam konteks Indonesia, walaupun tidak semua masyarakat Indonesia memahami Ahmadiyah, tetapi jumlah pengikutnya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun," katanya.

Saat ini komunitas muslim Ahmadiyah sudah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia atau hampir 90 persen di provinsi yang ada di Tanah Air. Dia juga mengapresiasi dedikasi anggota  Ahmadiyah di Indonesia untuk mendakwahkan dan menghilangkan stigma negatif. Sebagai akibatnya belum ada lagi terjadii insiden negatif yang dilaporkan baru-baru ini.

Alimatul yang juga guru besar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyoroti isu perempuan dalam pidatonya. Dia mengapresiasi kelompok ini yang memberikan kesempatan besar kepada perempuan untuk terlibat dalam hal  pengasuhan dan pendidikan.

"Namun akan lebih baik jika prinsip-prinsip hak asasi manusia dan partisipasi yang berarti bagi perempuan direaliasasikan dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam hal kepemimpinan," ujarnya.

Baca Juga: Potret Jalsah Salanah UK 2024, Pesan Khalifah hingga Masalah Gaza

2. Dilupakan dalam sejarah

Dua Akademisi Indonesia Getarkan Panggung Jalsah Salanah Inggris RayaDekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (IDN Times/Umi Kalsum)

Sementara pada hari ketiga, Ismatu Ropi menuturkan, sebagai akademisi dan aktivis kebebasan beragama, ia telah menjalin hubungan erat dengan komunitas Ahmadiyah di Indonesia selama bertahun-tahun.

"Semakin dekat dan mendalam hubungan saya dengan teman-teman Ahmadiyah dan pemikiran mereka, semakin jelas bahwa kontribusi mereka kepada Indonesia seringkali diabaikan atau diremehkan," katanya.

Sayangnya, kata dia, dalam jalinan sejarah Indonesia, upaya komunitas Ahmadiyah seringkali diabaikan. Apa yang telah dilakukan komunitas Ahmadiyah seperti titik yang terlupakan dalam penulisan sejarah Indonesia.

"Merupakan fakta sejarah bahwa pada pertengahan tahun 1940-an, Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (Khalifatul Masih Kedua) menyerukan kepada para Ahmadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk mendukung gerakan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, dan dukungan ini adalah salah satu faktor penting yang berkontribusi pada kemerdekaan negara ini," katanya.

Menurutnya, Ahmadiyah telah memainkan peran penting dalam membentuk lanskap budaya, pendidikan, dan sosial Indonesia. Sejak hari-hari awal pembangunan bangsa, muslim Ahmadiyah telah memimpin upaya untuk memajukan pendidikan, memerangi kemiskinan, dan mendorong harmoni di antara berbagai komunitas.

"Tindakan mereka telah melampaui retorika, memperkaya masyarakat Indonesia secara mendalam," ujarnya.

Sebagai seseorang yang sangat terlibat dalam aspek teoritis dan praktis kebebasan beragama dan toleransi, Ismatu menyampaikan, telah menyaksikan secara langsung peran penting yang dimainkan oleh komunitas Ahmadiyah dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi.

"Namun, meskipun kontribusi mereka patut dipuji, sangat disayangkan bahwa komunitas Ahmadiyah di Indonesia terus menghadapi marginalisasi dan diskriminasi yang tidak adil," ujarnya.

Meskipun dalam beberapa tahun terakhir kondisinya secara bertahap membaik di Indonesia, menurut dia, sangat jelas bahwa selama beberapa dekade, mereka telah dicap secara tidak adil dan dianiaya atas nama ortodoksi agama. Ini adalah kontradiksi yang nyata terhadap komitmen konstitusional Indonesia terhadap kebebasan beragama.

3. Hak untuk hidup damai dan bebas

Dua Akademisi Indonesia Getarkan Panggung Jalsah Salanah Inggris RayaSuasana Jalsah Salanah UK 2024. (IDN Times/Umi Kalsum)

Sebagai cendekiawan dan akademisi, ia menilai merupakan kewajiban  semua untuk menantang kesalahpahaman dan mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keragaman agama dalam Islam.

"Hak komunitas Ahmadiyah untuk hidup damai dan menjalankan keyakinan mereka dengan bebas harus dijunjung tinggi tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia," kata dia.

Tak hanya non-Ahmadiyah dari Indonesia, sejumlah pembicara lain dari berbagai negara juga menyampaikan pendapat mereka, antara lain pendeta dari Skotlandia  Revered Norman Grant, pemimpin Gwa Wa Enuk Forst Nation dari Canada Robert Josept OBC.

Baca Juga: Makna Jalsah Salanah, Pengajian Akbar Tahunan Jemaat Ahmadiyah

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya