Para Pemimpin Gereja Kesal Israel Batasi Jemaah Paskah di Yerusalem 

Jemaah Paskah dibatasi karena alasan keamanan

Jakarta, IDN Times - Otoritas Israel akan membatasi jumlah jemaat selama upacara paskah Ortodoks di Gereja Makam Suci di Yerusalem Sabtu mendatang karena alasan keamanan. Langkah tersebut menuai kecaman dari para pemimpin gereja pada Rabu (12/4/2023).

Polisi mengumumkan, pembatasan ditujukan untuk memastikan keamanan bagi ribuan jemaat Kristen, serta Muslim dan Yahudi dalam perayaan lainnya. Pihaknya menyebut jumlah jemaat nantinya menjadi seperlima dari angka pada perayaan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Mobil Polisi Irlandia Utara Dilempari Bom Molotov saat Pawai Paskah

1. Israel dinilai batasi hak dan kebebasan umat kristen  

Para Pemimpin Gereja Kesal Israel Batasi Jemaah Paskah di Yerusalem Ilustrasi beribadah (unsplash.com/Stefan Kunze)

Dilansir dari Reuters, keputusan tersebut membuat para pemimpin gereja marah. Mereka beranggapan Israel membatasi hak dan kebebasan komunitas kristen setempat. Mereka pun sepakat tidak akan kooperatif dengan polisi.

"Kami akan terus menegakkan adat Status Quo, dan upacara akan diadakan seperti biasa selama dua milenium dan semua yang ingin beribadah bersama kami diundang untuk hadir," kata Patriarkat Ortodoks Yunani, Kustodi Tanah Suci dan Armenia dalam pernyataan bersama pada Rabu (12/4/2023), dilansir Middle East Eye.

Pada beberapa tahun sebelumnya, jumlah jemaat di Gereja Makam Suci tercatat 10 ribu orang. Namun, paskah Sabtu depan hanya mengizinkan 1.800 orang di dalam, sementara 1.200 lainnya di luar gereja. 

Perayaan keagamaan tahun ini di Kota Tua begitu sensitif. Sebab, perayaan bulan suci Ramadhan, paskah Yahudi dan Kristen terjadi saat konflik antara warga Israel-Palestina memanas.

Baca Juga: PM Israel Larang Yahudi Masuk Al-Aqsa Selama Ramadan

2. Orang Yahudi dilarang masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa pada akhir bulan Ramadhan 

Para Pemimpin Gereja Kesal Israel Batasi Jemaah Paskah di Yerusalem Potret Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (twitter.com/IsraeliPM)

Pada Selasa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa pengunjung Yahudi tidak akan diizinkan masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa selama 10 hari terakhir Ramadhan. 

Netanyahu mengumumkan itu setelah negara-negara arab mengecam pasukan Israel atas serbuannya ke Masjid Al-Aqsa pekan lalu. Mereka juga geram imbas baku tembak lintas batas oleh Israel ke Gaza, Lebanon dan Suriah.  

Situasi beberapa hari terakhir jadi lebih tenang pascabaku-tembak pekan lalu. Akan tetapi, pejabat Israel menyebut potensi masalah tetap ada.

Baca Juga: 5 Fakta Serangan Israel ke Suriah Usai Penggerebekan Masjid Al Aqsa

3. Pembatasan dinilai ganggu adat status quo antar umat beragama di Israel 

Masalah akses ke Kota Tua untuk jemaat Kristen tidak berkaitan secara langsung dengan ketegangan antara umat Muslim dan Yahudi di Masjid di Al-Aqsa, dimana Yahudi diizinkan berkunjung namun dilarang untuk berdoa di situs tersebut.

Akan tetapi, umat kristiani menilai keputusan otoritas untuk membatasi jemaat ke kota itu mengganggu pengaturan status quo yang sudah berlangsung lama di antara ketiga komunitas tersebut.

Beberapa gereja menyebut upacara Api Kudus pada Sabtu mendatang, telah diadakan dengan aman selama berabad-abad meski dengan jumlah jemaat lima kali lipat dari yang ditentukan polisi.

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya