[WANSUS] Uni Eropa: Invasi Rusia Jelas Gagal!

Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Dubes Uni Eropa

Jakarta, IDN Times - Konflik Rusia dan Ukraina makin memanas. Usai mencaplok empat wilayah Ukraina, baru saja Rusia membombardir negara tersebut dengan serangan rudal.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim serangan tersebut sebagai serangan balasan atas ledakan yang terjadi di jembatan Krimea.

Hampir seluruh negara Barat mengutuk invasi Rusia dan juga aneksasi terhadap empat wilayah Ukraina tersebut, tak terkecuali blok Uni Eropa.

Lantas, bagaimana perwakilan Uni Eropa di Jakarta menanggapi konflik ini? Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket.

1. Konflik Rusia dan Ukraina ini terus bergulir. Empat wilayah Ukraina menggelar referendum dan Rusia menyatakan bahwa empat wilayah ini miliknya. Bagaimana Uni Eropa merespons ini?

[WANSUS] Uni Eropa: Invasi Rusia Jelas Gagal!Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket. (IDN Times/Sonya Michaella)

Jelas kami mengutuk aksi ini. Keputusan ini tidak memiliki dasar hukum internasional dan bertentangan dengan Piagam PBB. Menentang prinsip kedaulatan perbatasan, kedaulatan wilayah, perbatasan negara yang tidak dapat diganggu gugat, semuanya. Jadi, semua pondasi dasar tatanan dunia sedang dilanggar oleh Rusia dalam hal ini.

Uni Eropa tidak akan pernah mengakui keputusan ini. Kita juga tidak sendirian karena sebagian besar negara-negara di seluruh dunia yang duduk menjadi anggota PBB, punya pandangan yang sama. Rusia berdiri sendiri saat ini dan terisolasi selama invasi itu terus berlanjut.

Dukungan kami ke Ukraina, tentunya juga di masalah kemanusiaan. Kami menampung sekitar 4,5 juta pengungsi Ukraina di dalam Uni Eropa dan kami membuka pintu untuk mereka dalam segala hal. Mereka bisa bekerja bersama kami, mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka, mereka juga menjalani kehidupan yang normal selama mungkin, selama mereka membutuhkan kami sampai situasi Ukraina pulih kembali.

Dukungan kami pun bermacam-macam, ada dukungan bagi pemerintah, pemerintah kota, sekolah, rumah sakit. Dukungan pertahanan untuk pertama kalinya dan bahwa Uni Eropa mendanai persenjataan untuk negara ketiga dan kami akan terus melakukannya.

Kami juga berkomunikasi dengan PBB. Dan jelas bahwa Rusia sendiri juga telah terisolasi. Tidak ada yang mendukung Rusia atas apa yang telah dilakukannya.

Kami juga terus mendukung kelanjutan ekspor gandum Ukraina dan pupuk mereka ke pasar dunia, utamanya negara-negara Afrika dan negara-negara berkembang di Asia. Seperti kita tahu bahwa PBB dan Turki mengambil peran untuk ini dan ekspor ini harus terus diperluas. Dengan kita melakukan ini, kita mencegah adanya krisis pangan meluas.

Lalu Uni Eropa juga bertugas untuk memastikan suplai gas dan energi aman, karena.. ya, Rusia memotong suplai gas dan energi mereka. Kami ingin merdeka dari Rusia. Jadi kami harus mencari alternatif dan sekarang kami cukup berhasil dalam hal ini.

Kami mendapat pasokan gas dan energi baru dari Norwegia, Aljazair, negara-negara Teluk termasuk Qatar.

Memang kami mengakui bahwa harga pangan juga ikut naik, di Uni Eropa juga seperti itu. Saat ini kami mengalami lonjakan tagihan listrik hampir dua kali lipat dan ada inflasi sekitar empat hingga persen. Jadi mudah-mudahan semua bisa stabil di 2023 nanti.

Baca Juga: Rudal Rusia Sasar Kampus dan Taman Bermain di Ukraina 

2. Soal akses kemanusiaan, Rusia mengklaim bahwa Ukraina menutup akses tersebut. Menurut Anda bagaimana kenyataannya?

[WANSUS] Uni Eropa: Invasi Rusia Jelas Gagal!Para pengungsi Ukraina yang berada di perbatasan Ukraina-Polandia. (twitter.com/PLPermRepEU)

Ini tentu informasi yang sangat salah. Nyatanya kami tidak ada kesulitan untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina. Jadi mungkin yang salah dari pihak Rusia itu sendiri, tawaran dari mereka.

Kami bahkan bisa menyalurkan langsung kepada tingkat kabupaten dan organisasi masyarakat sipil. Jadi memang informasi tersebut salah dan tidak ada dasarnya.

3. Saat ini sudah tujuh bulan berlangsung invasi Rusia ke Ukraina. Dari pemberitaan media-media asing, Ukraina telah berhasil merebut kembali beberapa wilayahnya, bagaimana menurut Anda? Apakah ini mendekati akhir dari perang dan berarti invasi Rusia gagal?

[WANSUS] Uni Eropa: Invasi Rusia Jelas Gagal!Bendera negara anggota Uni Eropa. (IDN Times/Sonya Michaella)

Invasi Rusia gagal. Niat Rusia dari awal menduduki seluruh wilayah Ukraina, itu gol pertama mereka. Dan itu telah gagal.

Jadi fokusnya saat ini adalah Ukraina telah merebut kembali wilayah mereka yang diduduki Rusia, di tenggara, timur, kita lihat sejak awal September. Kota Lyman bahkan sudah direbut kembali, yang dulunya merupakan kota pusat logistik utama pasukan Rusia. Seberapa lama mereka akan bertahan?

Memang tidak bisa diprediksi, tapi saya yakin 100 persen pasukan Ukraina akan merebut kembali. Uni Eropa juga terus mendukung Ukraina, mereka tetangga kami. Secara geografis, Ukraina berbataan dengan empat negara kami.

Uni Eropa ingin kawasan damai dan stabil. Itulah mengapa kami sangat bertekad mendukung Ukraina. Jangan lupa bahwa ada retorika berbahaya dari Kremlin tentang perluasan kekuatan Rusia di wilayah lain bahkan negara Baltik yang tergabung dalam Uni Eropa.

Soal penggunaan senjata nuklir, tentu tidak ada yang setuju dengan penggunaan senjata itu. Jadi komunitas internasional termasuk para pemain besar juga harus memberi tekanan kepada Rusia untuk menghentikan perang tidak masuk akal dan tanpa harapan ini.

4. Terkait sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa kepada Rusia. Bisakah Anda menjelaskan sanksi apa saja dan sudah berapa sanksi hingga hari ini?

[WANSUS] Uni Eropa: Invasi Rusia Jelas Gagal!Presiden Rusia Vladimir Putin (ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS)

Kami sudah menjatuhkan tujuh paket sanksi sejauh ini. Yang terakhir minggu lalu, yang pada dasarnya perluasan dari yang sudah kami jatuhkan sebelumnya. Ada daftar orang-orang Rusia yang kami sanksi. Kedua, daftar barang dan produk serta teknologi yang tujuannya adalah menghalangi kemampuan Rusia untuk terus menjalankan perang ini dan membiayai perang.

Tujuan kami bukan untuk menghukum rakyat Rusia. Banyak dari mereka yang disebut-sebut juga tidak mendukung adanya perang ini tapi mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri.

Jadi tujuan kami untuk menghalangi kapasitas perang dan kemampuan Rusia untuk berperang, sebanyak yang kami bisa.

Sanksi juga bekerja, dan kami bekerja dengan komunitas internasional untuk menerapkan sanksi ini.

Baca Juga: Komisi Eropa Dukung Ukraina Jadi Anggota Uni Eropa 

5. Lalu, bagaimana dengan krisis energi dan gas yang terjadi di Eropa? Bagaimana nantinya Eropa menghadapi musim dingin yang sebentar lagi datang?

Ya, pertama-tama kami mengganti gas Rusia dengan gas dari tempat lain, dari negara lain. Ada pemasok baru dan juga lebih banyak yaitu dari Norwegia, Aljazair, Qatar dan Mesir. Akan ada lagi juga yang datang.

Kedua, kami membuat jalur pipa baru. Pekan lalu, pipa baru dibuka dari Norwegia melalui Swedia ke Polandia. Ada juga pipa baru dari Yunani ke Bulgaria untuk suplai gas dari Azerbaijan. Kami akan terus membuat koneksi jaringan pipa baru ini antar negara anggota, sehingga memungkinkan kami memasok energi ke semua anggota Uni Eropa.

Lalu, investasi terkait energi terbarukan juga berkembang dengan cepat, jauh lebih cepat dari yang kami perkirakan. Tentu juga membutuhkan pengembangan kapasitas dan terutama infrastruktur.

Eropa harus siap dengan skenario buruk pada musim dingin nanti. Ada permintaan untuk menghemat listrik sementara waktu. Penghematan ini bisa lima persen dari konsumsi energi.

6. Bagaimana menurut Anda soal kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia dan bertemu dengan kedua presiden negara tersebut?

[WANSUS] Uni Eropa: Invasi Rusia Jelas Gagal!Presiden Joko "Jokowi" Widodo usai memberikan keterangan pers bersama Presiden Volodymyr Zelenskyy di Istana Kepresidenan Ukraina, Rabu, 29 Juni 2022. (www.president.gov.ua)

Ini aksi yang sangat berani bagi Presiden Indonesia untuk mengunjungi Kyiv dan membuat pernyataan keprihatinan yang kuat, kesediaan Indonesia menjalankan misi perdamaian.

Kami sangat berharap agar Indonesia terus bersuara dan secara aktif melanjutkan upaya-upaya untuk memulihkan prinsip-prinsip dasar dalam penghormatan terhadap wilayah berdaulat.

Tentu saja, Rusia harus menarik pasukannya dari tanah yang seharusnya mereka tidak di situ.

Perang yang dimulai Rusia, tanpa alasan dan sangat mengorbankan Ukraina dan tentu juga mengorbankan rakyat Rusia. Memobilisasi sekitar 300 ribu orang untuk perang, yah tapi nyatanya warga mereka kabur ke negara lain menghindari mobilisasi tersebut.

Kami juga tetangga Rusia. Kami memiliki enam negara yang berbatasan dengan Rusia. Negara-negara anggota kami juga memiliki hubungan dengan Rusia. Jelas ada koneksi dan juga kekaguman tentang budaya Rusia, misalnya.

Tentu kami ingin memiliki hubungan yang baik dengan Rusia. Tapi saat ini tidak mungkin dengan perang yang masih berlangsung. Demi Ukraina. Demi stabilitas dunia yang kuat dan perdamaian di Eropa.

Baca Juga: Putin Tuding Ukraina Dalang Ledakan Jembatan Krimea

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya