Pemilu Iran Putaran Kedua, Capres Moderat vs Garis Keras

Putaran kedua diduga bakal meraup suara banyak

Intinya Sih...

  • Pemilihan umum Iran memasuki putaran kedua pada 5 Juli 2024, dengan kandidat Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili.
  • Hanya 40% dari 61 juta warga Iran yang memenuhi syarat memilih pengganti Ebrahim Raisi, angka partisipasi terendah sejak revolusi 1979.
  • Pezeshkian mendapat dukungan mantan presiden, sementara Jalili ingin menurunkan inflasi hingga satu digit dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.

Jakarta, IDN Times - Pemilihan umum Iran bakal memasuki putaran kedua yang bakal digelar pada 5 Juli 2024 mendatang, dengan menyisakan kandidat calon presiden Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili.

Dilansir Al Jazeera, Minggu (30/6/2024), keduanya masuk ke putaran kedua lantaran suara Pezeshkian dan Jalili yang paling tinggi, meski tidak mendapatkan suara mayoritas minimal 50 persen.

Kementerian Dalam Negeri Iran menyatakan bahwa dalam pemilu tahun ini, untuk mencari pengganti Ebrahim Raisi yang tewas, hanya 40 persen dari 61 juta warga Iran yang memenuhi syarat untuk memilij.

Angka ini adalah angka terendah dalam partisipasi masyarakat Iran dalam pemilu sejak revolusi pada 1979.

Baca Juga: Iran Gelar Pemilu, Cari Pengganti Ebrahim Raisi

1. Pemilu putaran kedua sejak 1979

Dalam penghitungan akhir, Pezeshkian yang moderat memperoleh sekitar 10, 41 juta suara dari total 24,5 juta surat suara yang dihitung dan lawannya Jalili mendapat 9,47 suara. Pemilu putaran kedua ini adalah kedua kalinya terjadi sejak masa revolusi Iran pada 1979.

Pezeshkian adalah politikus terkemuka Iran dan mantan menteri kesehatan, yang mendapat banyak dukungan dari para mantan presiden Iran. Ia berjanji mencabut sanksi yang dijatuhkan ke Iran dengan memulihkan perjanjian nuklir 2015 yang sempat terhenti. Ia juga ingin menjembatani kesenjangan yang semakin besar antara masyarakat dan pemerintah.

Sementara Jalili adalah seorang anggota senior dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi yang berjanji menurunkan inflasi hingga satu digit dan ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Ia juga sosok yang keras terhadap Barat dan para sekutunya.

Jalili juga pernah jadi negosiator nuklir selama bertahun-tahun dan di awal 2010-an dianggap sebagai penyebab Iran diisolasi di panggung global dan dijatuhkan sanksi dari Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga: Iran Tolak Perubahan Perbatasan Internasional Armenia

2. Warga Iran menginginkan perubahan

Pengamat kebijakan luar negeri Iran, Hamid Reza Gholamzadeh mengatakan bahwa rendahnya tingkat pemilih warga Iran pada pemilu dadakan tahun ini bisa disebabkan adanya kegagalan dari kubu reformis dalam mengajak para pemilih.

“Pezeshkian, meski didukung kelompok reformis kelas berat seperti eks Presiden Mohammad Khatami dan eks Presiden Hassan Rouhani, sudah gagal menyadarkan masyarakat yang di mana kelompok ini biasanya mendapatkan minimal 50 persen suara, yang mayoritas dari pihak reformis,” tutur Gholamzadeh.

“Saya menafsirkan sebagai orang-orang yang menginginkan perubahan. Warga Iran kini ingin perubahan,” ungkapnya.

3. Pemilu putaran kedua bisa meraup lebih banyak suara

Selain itu, putaran kedua nanti kemungkinan besar partisipasi masyarakat akan lebih banyak lantaran hanya ada dua kandidat yang bertarung.

“Ini bakal menguntungkan Pezeshkian yang membutuhkan lebih banyak suara untuk mengalahkan kekuatan gabungan dari kubu konservatif dan garis keras,” ucap dia.

Baca Juga: Bela Hizbullah, Iran Ancam Israel agar Tak Serang Lebanon 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya