Menlu Retno Angkat Isu Perempuan di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB 

Retno singgung perempuan jadi korban di konflik Gaza

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menghadiri debat terbuka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait partisipasi perempuan dalam perdamaian dan keamanan internasional.

Salah satu yang disinggung Retno adalah perempuan yang menjadi korban di Jalur Gaza akibat serangan Israel. Pasalnya, lebih dari 60 persen korban kekerasan di Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

“Harus saya sampaikan dengan jujur bahwa meski telah ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan, namun realitasnya masih jauh dari ideal,” kata Retno, dalam keterangannya, Kamis (26/10/2023).

Di berbagai belahan dunia, lanjutnya, perempuan menjadi korban pertama dari setiap konflik. Fenomena ini harus membangkitkan kesadaran semua pihak untuk memberikan perhatian lebih besar kepada agenda Women, Peace, and Security (WPS).

“Perempuan mencakup separuh populasi dunia. Karena itu, perempuan adalah bagian tak terpisahkan dari solusi dan agen perdamaian yang efektif,” ucap Retno.

Baca Juga: Menlu Retno Cecar DK PBB soal Konflik Gaza: Kapan Bergerak?

1. Pemberdayaan perempuan adalah investasi

Menlu Retno Angkat Isu Perempuan di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/John Diez)

Ada tiga hal yang menjadi fokus Retno ketika hadir di pertemuan ini. Pertama, membangkitkan kembali pemahaman mendasar mengenai partisipasi perempuan. Memberdayakan dan merangkul perempuan tidak boleh dilihat sebagai beban, tetapi harus dilihat sebagai investasi, yang harus menjadi standar global.

“Pemberdayaan dan partisipasi perempuan di sektor ekonomi, sosial, dan politik akan memperkuat ketahanan masyarakat dan berkontribusi bagi perdamaian. Ini saya saksikan sendiri, termasuk melalui kontribusi positif personel perempuan dalam misi perdamaian di lapangan,” ujar dia.

2. Kepemimpinan perempuan dalam proses perdamaian

Menlu Retno Angkat Isu Perempuan di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. (IDN Times/Sonya Michaella)

Lalu, Retno menekankan harus ada kepemimpinan perempuan dalam proses perdamaian.

Data menunjukkan bahwa partisipasi perempuan memperbesar peluang tercapainya perundingan damai. Namun pada kenyataannya, perempuan justru kurang terwakili dalam proses perdamaian dan sering kali tidak dibekali kemampuan menjalankan peran dalam situasi konflik.

“Oleh karena itu, kita harus berinvestasi lebih besar, termasuk di sistem PBB, guna memastikan lingkungan yang aman dan kondusif bagi perempuan agar mereka sukses berperan dalam proses perdamaian global,” ungkapnya.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Gagal Sepakat Respons Perang Hamas-Israel

3. Memajukan pendidikan bagi perempuan

Menlu Retno Angkat Isu Perempuan di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB Pengungsi anak-anak menunggu penerbangan berikutnya setelah didaftarkan di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan, Kamis (19/8/2021). Gambar diambil 19 Agustus 2021 (ANTARA FOTO/1stLt. Mark Andries/U.S. Marine Corps/Handout via REUTERS)

Menurut Retno, pendidikan berperan kunci dalam meningkatkan peran perempuan di masyarakat. Retno memberikan contoh di Afghanistan, lebih dari 80 persen perempuan usia sekolah, malah tidak mendapatkan hak bersekolah.

“Pendidikan inklusif menjadi pondasi penting untuk masa depan Afghanistan yang lebih baik. Oleh karena itu, Indonesia bekerja keras untuk memajukan akses pendidikan perempuan Afghanistan,” tuturnya.

Indonesia juga berkomitmen memberikan beasiswa dan pelatihan bagi perempuan Afghanistan, serta terus berkontribusi membangun lingkungan yang kondusif bagi perdamaian abadi di Afghanistan.

Baca Juga: Menlu Retno ke PBB, Suarakan soal Kondisi Palestina

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya