Koalisi Presiden Prancis Kalah di Pemilu Parlemen

Putaran kedua digelar 7 Juli mendatang

Intinya Sih...

  • Koalisi Macron kalah di putaran pertama pemilihan parlemen Prancis, Le Pen unggul dengan 34% suara.
  • Putaran kedua pemilihan parlemen digelar 7 Juli, Le Pen yakin akan menang dan harus raih minimal 289 kursi parlemen.
  • Pemerintah Prancis membubarkan kelompok ekstrem kanan dan Islam radikal menjelang pemilihan legislatif yang terburu-buru.

Jakarta, IDN Times - Koalisi Presiden Prancis Emmanuel Macron kalah di putaran pertama pemilihan parlemen Prancis, kemarin. Sebaliknya, kubu Partai National Rally (RN) yang digawangi Marine Le Pen, unggul jauh dari koalisi Macron.

Dilansir CNN, Senin (1/7/2024), pemilihan parlemen putaran pertama ini rampung pada Minggu malam waktu setempat. Koalisi Le Pen berhasil meraup 34 persen suara, koalisi sayap kiri New Popular Front 28 persen sementara aliansi Macron, Ensemble ada di posisi ketiga dengan 20,3 persen suara.

Baca Juga: Dugaan Penipuan Dana Publik, Capres Prancis Marine Le Pen Diselidiki

1. Butuh kursi mayoritas

Tahap selanjutnya adalah koalisi Le Pen harus bisa memenangkan kursi mayoritas terbanyak, di mana Le Pen harus bisa meraup minimal 289 kursi parlemen. Sementara itu, pemilu parlemen putaran kedua sedianya bakal digelar Minggu depan di mana Le Pen yakin akan menang.

“Demokrasi berbicara. Dan rakyat Prancis telah menempatkan Partai Nasional dan sekutunya di tempat pertama, dan otomatis menghapus Macronist,” kata Le Pen.

2. Prancis bubarkan kelompok ekstrem kanan sebelum pemilu parlemen

Prancis mengambil langkah tegas dengan membubarkan beberapa kelompok ekstrem kanan dan Islam radikal pada Rabu (26/6/2024). Tindakan ini dilakukan hanya empat hari menjelang putaran pertama pemilihan legislatif yang diperkirakan akan melihat lonjakan dukungan untuk ekstremisme politik.

Pemilihan nasional mendadak yang diusulkan oleh Presiden Emmanuel Macron telah menjerumuskan negara ke dalam perlombaan pemilihan yang terburu-buru. Sementara itu, partai National Rally (RN) pimpinan Marine Le Pen memimpin semua jajak pendapat menjelang pemilihan dua putaran pada 30 Juni dan 7 Juli.

Baca Juga: Macron Peringatkan Perang Sipil jika Ekstremis Menang Pemilu Prancis

3. Kelompok apa saja yang dibubarkan?

Di antara kelompok-kelompok yang dibubarkan, GUD menonjol sebagai organisasi yang dikenal karena kekerasan dan antisemitisme. Kelompok ini memiliki sejarah panjang mendukung tokoh politik sayap kanan, termasuk Marine Le Pen di masa lalu.

Les Remparts, kelompok berbasis di Lyon, juga menjadi target pembubaran. Kelompok ini dituduh menghasut kebencian, diskriminasi, dan kekerasan terhadap orang asing dan non-kulit putih. Beberapa anggotanya diketahui mengenakan jaket bertuliskan "White Division" dan menawarkan pelatihan bela diri.

Pemerintah Prancis juga membubarkan dua kelompok lain, La Traboule dan Top Sport Rhône. Keputusan pembubaran ini didasarkan pada hasil investigasi yang menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tersebut menimbulkan risiko kekerasan dan mengancam keamanan nasional.

Baca Juga: Presiden Macron Usulkan Otonomi di Pulau Corsica, Prancis

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya