Kepemimpinan Inklusif Diperlukan untuk Perdamaian Dunia

Menlu Retno bicara di Debat Terbuka DK PBB

Intinya Sih...

  • Menlu Retno angkat isu Palestina dan serangan terhadap Lebanon di Debat Terbuka DK PBB.
  • Retno tekankan perlunya kepemimpinan yang lebih demokratis untuk perdamaian.
  • Inklusivitas dan sinergi dalam pengambilan keputusan untuk perdamaian penting dilakukan menurut Retno.

New York, IDN Times - Isu Palestina dan serangan terhadap Lebanon diangkat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB, pada rangkaian Sidang Majelis Umum PBB ke-79.

Retno mengungkapkan perdamaian tidak ditemukan di mana pun bagi rakyat Palestina. Padahal korban tewas terus bertambah hingga 41 ribu jiwa. Jutaan orang pun mengungsi dan akses kemanusiaan ditutup.

“Ini adalah gejala kepemimpinan yang gagal untuk perdamaian. Tidak ada perdamaian, tidak ada rasa hormat terhadap kedaulatan dan integritas teritorial. Semua mata tertuju pada DK PBB,” kata Retno, di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat (AS), Rabu (25/9/2024).

Baca Juga: Warga Gaza Palestina Ungkapkan Solidaritas terhadap Rakyat Lebanon

1. Perang mengancam Lebanon

Kepemimpinan Inklusif Diperlukan untuk Perdamaian Duniailustrasi situasi lebanon (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)

Retno menuturkan, perang membayangi Lebanon yang baru saja diserang habis-habisan oleh Israel. Padahal di perbatasan negara tersebut, ditempatkan pula Pasukan Perdamaian PBB atau UNIFIL.

“Jika kita tidak dapat menegakkan perangkat yang diamanatkan DK PBB untuk menjaga perdamaian, apa yang tersisa dari kepemimpinan DK untuk perdamaian? Oleh karena itu, memulihkan kredibilitas dan kepercayaan kepada DK adalah prioritas kita. Reformasi DK sangat penting untuk memastikan kepemimpinan untuk perdamaian,” tegas Retno.

Baca Juga: Pidato Terakhir Biden di PBB: Pemimpin Dunia Harus Tetap Optimis

2. Kepemimpinan demokratis untuk perdamaian

Kepemimpinan Inklusif Diperlukan untuk Perdamaian DuniaMenteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB. (IDN Times/Sonya Michaella)

Sejumlah hal dikemukakan Retno, salah satunya kepemimpinan yang lebih demokratis untuk perdamaian.

“Tidak ada urgensi lebih besar sekarang dari pada membangun perdamaian segera di Gaza. Kita tidak boleh membiarkan eskalasi konflik yang terjadi di Lebanon tambah parah. Pola pikir Perang Dingin harus dihindari,” tuturnya.

Indonesia juga menyerukan mekanisme yang lebih demokratis dan efektif dalam pengambilan keputusan. Khususnya, dalam menghadapi ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan internasional.

Baca Juga: Indonesia Minta DK PBB Bangun, Setop Ulah Israel di Gaza

3. Inklusivitas untuk perdamaian

Kepemimpinan Inklusif Diperlukan untuk Perdamaian DuniaMenteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB. (IDN Times/Sonya Michaella)

Lalu, Retno menegaskan inklusivitas dan sinergi dalam pengambilan keputusan untuk perdamaian penting dilakukan.

“DK PBB harus lebih banyak suara dan tindakan yang lebih luas untuk diakomodasi demi perdamaian. Kerja sama inklusif harus terjalin antara DK PBB, badan-badan PBB serta organisasi regiononal. Proporsi yang lebih baik dari wilayah-wilayah yang kurang terwakili dan negara berkembang juga diperlukan untuk memastikan semua pihak terlibat ketika perdamaian dunia dipertaruhkan,” tegasnya.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya